T W E N T Y T W O - litte boy

2.8K 398 85
                                    

Udah lama ya aku ngga challange macem-macem 🤣

Yaudah nih challange : 50 komen + aku update hari senen (bukan hari selasa), bisa ga ya?

Happy reading!

~~~~

Welcome to Indonesia.

Kalimat kecil yang tertera di banner airport, kalimat singkat yang hanya mengandung 3 kata simpel, Rian tak menyangka kalimat sekecil itu mampu mengembangkan senyum di wajahnya, hingga melebar dari ujung wajahnya, hingga ke ujungnya yang lain.

Indonesia, aku sangat merindukan negara ini.

Kepergian mereka yang seharusnya hanya berlangsung selama 1 minggu lamanya, telah memanjang hingga 2 minggu lebih, demi menghadiri acara France Francois. Dua minggu terdengar singkat, hanya dua pekan, tidak begitu lama, bukan? Namun untuk Charlotte dan Rian yang mengalaminya, untuk mereka yang sudah lama sekali rasanya tidak menginjak rumah, perjalanan dua minggu terasa lama, terlalu lama, sampai rasanya kembali ke Indonesia tidak pernah seindah ini sebelumnya.

Jemputan privat dengan sigap langsung menghampiri mereka, di Heston Private airport.

Iya, Heston, perusahaan mantan bosnya.

Rian memiliki landasan pesawatnya sendiri, sejak 3 tahun yang lalu dia telah membuatnya agar dia bisa berkeliling dunia kapan pun dia mau, menggunakan semua pesawat pribadinya.

Lantas mengapa dia memutuskan untuk mendarat di bandara mantan bosnya?

Tentu saja agar dia bisa memperkerjakan pria itu, dengan menagih jemputan untuknya sesampainya dia di bandara.

"Sopirmu saja banyak! Mengapa kau harus memanggil Pak Matro untuk menjemputmu?" bentakan mantan bosnya itu, Gerald Heston langsung menggema, kala Rian meletakkan ponsel di telinganya.

Pak Matro adalah sopir pribadi Dera, istri mantan bosnya itu sekaligus sahabat terdekatnya. Dari berpuluh-puluh sopir yang Gerald Heston miliki, entah di perusahaan mau pun di rumahnya, Rian begitu menyukai Pak Matro. Dan sekali lagi kenapa? Karena pria itu adalah sopir kesukaan keluarga Heston, dan Rian sekali lagi ingin mengusik kebahagiaan Gerald.

Ya, dengan mengokupasikan pekerjaan sopir paruh baya itu untuk menjemputnya.

"Kau ini pelit sekali. Aku tidak aneh jika Tuhan merebut kekayaanmu suatu kali, Pak Tua." Charlotte menghela nafas dari sampingnya.

Rian lagi-lagi, mencari ribut dengan Gerald.

"Kurasa Tuhan akan lebih membencimu ketimbang aku. Kau merepotkan banyak orang, beban hidup. Apakah kau tak sadar umurmu sudah dewasa dan sudah waktunya kau mempertanggung jawabkan hidupmu sendiri?" geram Gerald tak terima.

"Astaga, kau menganggapku dewasa? Romantis sekali, Pak Tua."

"Bocah ingusan brengs-"

"Apakah kau ada makan di rumahmu?" tanya Rian, menyela secepat kilat sebelum Gerald sempat membentak lagi. "Aku lapar, aku rindu makanan istrimu. Aku ke sana, ya? Carl sudah bangun?"

Sekali lagi Gerald menggeram. "Terakhir kali kau bertemu dengannya, kau merusak otak anakku dan menghasutnya untuk tidak meneruskan perusahaanku. Kau tidak akan kubiarkan masuk ke rumahku selama 1 tahun."

"Jangan begitu, bodoh. Anakmu akan merindukanku," ucap Rian, sembari terkekeh geli. "Tunggu aku di sana ya. Siapkan saja makanan yang banyak, aku benar-benar kelaparan rasanya aku bisa mati sekarang juga."

Age Does(n't) MatterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang