"Apa kau gila!? Apa yang kaulakukan di sini?! Keluarlah!"
Mulut Charlotte membuka lebar, matanya membelalak terkejut. Di hadapannya berdirilah sosok seorang pria kekar, berbaju santai, serta berambut acak-acakan yang memenarainya, membuat Charlotte terlihat kecil di hadapannya.
Setelah pertemuan di perjamuan tadi selesai, tidak ada acara lagi yang harus dihadiri. Bulan di langit telah memuncak, kini jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Semua hadirin dipersilahkan masuk ke kamar pribadi mereka masing-masing. Cruise ini memakan waktu satu malam penuh, keesokan hari barulah mereka sampai ke tujuan, Paris. Itu artinya satu malam akan mereka habiskan di kapal, dan seperti layaknya tamu VIP, masing-masing mendapatkan satu kamar luxury untuk mereka tempati.
Tentu saja Rian dan Charlotte berbeda kamar. Karena mereka datang tanpa ada siapa pun mengetahui kedekatan mereka.
Kericuhan tentang pertemanan Rian dan Charlotte tadi saja sudah cukup menguras energi, sudah cukup membakar staminanya. Dan kini pria yang sama, pria yang telah membuat heboh seluruh acara tadi kembali datang, memijakkan kaki ke depan pintu kamar Charlotte.
Wajahnya terlihat santai, ekspresinya tidak menyiratkan ketegangan sama sekali. Apakah dia tidak jera mendapatkan keributan seperti tadi!? Charlotte tidak dapat mengerti cara berpikir absurb Rian Andira. Bagaimana kalau paparazi melihat mereka? Tidak, bagaimana jika tamu lain memergoki Rian berkunjung ke kamar Charlotte semalam ini!?
Apa yang akan terjadi!?
Bukankah itu sama dengan menambah minyak kepada api yang sedang menyala!?
"Mendatangimu, apalagi?" Tanya Rian, seringan bulu.
"Dan mencoba membuat kericuhan?" Charlotte bertanya, sembari berkacak pinggang.
"Kau yang mencari masalah, bukan aku," balas Rian. Masalah? Apa yang kulakukan?
"Oh benarkah? Aku tidak mengingat mencari masalah," ucap Charlotte, menaikkan sebelah alisnya. Dia menatap Rian dari atas sampai bawah memperhatikan tubuhnya yang bahkan tidak mengenakan pakaian formal dalam acara formal seperti ini.
Kaus putih polos. Celana olahraga selutut yang longgar, dan sendal shallow.
Tunggu... Sendal shalow!?
Apakah dia mencoba menarik perhatian publik dengan pakaiannya!?
"Kau harus berganti."
"Mengapa?"
"Kau bisa-bisa masuk ke majalah hanya karena pakaianmu. Orang akan menganggapmu tak pantas mengenakan yang semacam itu ke acara sebesar milik Tuan France," ucap Charlotte, dengan nada tajam mencekam.
"Karena itu masukkanlah aku ke kamarmu, agar tidak ada yang melihat walau aku mengenakan yang seperti ini sekalipun," Rian berucap.
"Dan membiarkan aku yang menjadi penarik perhatian!? Satu kamar dengan pria sepopuler dirimu!?" Tanpa sadar, Charlotte bahkan menaikkan suaranya. Rasa panas menjalar sampai ke dadanya, rasa kesal bercampur dengan gemas terbakar di perasaannya.
"Sudahlah, kembali, Rian. Kau hanya mencari masalah di sini. Aku lelah berdrama ruwet." Charlotte menghela nafasnya panjang. "Kembalilah sebelum ada yang melihat kita bersama seperti ini. Aku ingin tidur."
Namun nyatanya, mereka terlambat.
Charlotte dan Rian keduanya memaku terkejut, kala sebuah pintu di ujung lorong terdengar terbuka. Suara bising seorang wanita terdengar dari dalam sana, sedang membicarakan betapa berisiknya lorong itu dengan suara seorang pria dan wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Age Does(n't) Matter
RomanceBagi Rian Andira, hubungan percintaan adalah yang tersulit. Kekayaan, Harta, gelar, perusahaan maha besar, bahkan penggemar yang menggilainya semua begitu mudah dia dapatkan. Namun percintaan, dia selalu gagal dalam hal itu. Diawali dengan cinta per...