Hii semuanya! Back with update malem malem wkwkwk
Bagaimana keadaan kalian? Baik semua?
Sebelum mulai jangan lupa VOTE dan KOMEN YA! thank you semuanya!
Happy reading!
~~~
Chapter 6 - poker
~~~
Seulas senyum, lebar dari ujung wajah hingga ke ujung yang lain tersemat di bibir Charlotte. Terulur, mencipta sebuah bulan sabit cantik di bibir merahnya. Matanya ikut melengkung saking lebarnya senyumnya terukir. Charlotte menahan senyum bodoh seraya dia pergi berjalan menjauh, meninggalkan jendela yang sedari tadi dipandanginya tanpa henti.
Rian... dia pasti senang sekali.
Tatapannya menyiratkan kelembutan, kebahagiaan murni tercetak di mata Charlotte. Pemandangan yang sangat jarang dilihatnya baru saja selesai dia pandangi. Pemandangan Rian yang sedang berbincang dengan Tuan France, laki-laki yang paling dikaguminya.
Laki-laki itu pasti sedang tersenyum seperti kuda. Rian pasti bahagia tanpa tara.
Keberadaan Tuan France Francois seorang saja sudah mampu memberi cahaya yang sangat membahagiakan ke hari-hari Rian setiap mereka bertemu. Tambah lagi malam ini mereka berbincang, bersama-sama. Charlotte tahu kalau malam nanti dia akan disuguhkan oleh beratus-ratus cerita kebahagiaan dari Rian.
Menceritakan tentang Sir France yang sangat dikaguminya melebihi siapa pun.
Beruntung sekali dirimu, Rian. Kau benar-benar layak mendapatkannya. Charlotte membatin pelan.
Layak mendapatkan perhatian dari idolamu setelah bekerja laksana robot setiap malam. Kau benar-benar telah menjadi seseorang yang istimewa.
"Kak Charlotte, kemarilah! Mari main!" Pikiran Charlotte terputuskan kala dia mendengar seorang gadis memanggil namanya. Charlotte menebarkan pandangan ke seluruh ruangan. Siapa itu tadi?
"Di sini, astaga, Kak. Aku!" Tangan yang melambai di udara berhasil menarik perhatian. senyum yang semula sudah mereda sekali lagi mengembang di wajah Charlotte kala matanya menangkap sosok tubuh mini seorang perempuan bangsawan, berbalut dress berwarna merah maroon, terlihat begitu bahagia memanggilnya.
"Pretzel." Panggil Charlotte seraya dia menghampiri. "Ada apa?"
"Kemarilah, ayo bermain poker bersama-sama," ajaknya, kelewat antusias.
Setelah seminar berakhir tadi, seluruh tamu beranjak ke ruangan yang lain. Untuk berbincang-bincang atau sekedar bermain ria. Mata Charlotte menyorot ke kanan dan ke kiri. Memperhatikan Rian membuatnya tidak sadar kalau sedari tadi satu ruangan ini seakan sudah diubah menjadi game arcade. Ada meja billiard yang dipenuhi kerumunan di ujung ruangan, beberapa meja yang dipenuhi orang-orang bermain poker, dan bahkan kebanyakan sudah mulai berjudi.
Charlotte menghela nafasnya panjang-panjang. Para bangsawan ini terlihat terlalu santai. Bisa-bisanya mereka berjudi di tempat seperti ini. Apakah mereka tidak memiliki reputasi mereka yang akan rusak bila tertangkap kamera?
Charlotte terkekeh pelan, merasa bodoh dirinya sendiri. Biarkanlah orang bodoh itu melakukan hidup bodoh mereka, apa hubungannya denganku?
Tatapannya kembali mengarah kepada Pretzel, putri bungsu dari perusahaan bank besar di London. "Kau benar mengajakku bermain poker? Kau tahu kalau aku bukan lawan yang mudah, bukan?" Charlotte menaikkan sebelah alisnya sembari mengambil duduk di samping Pretzel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Age Does(n't) Matter
RomanceBagi Rian Andira, hubungan percintaan adalah yang tersulit. Kekayaan, Harta, gelar, perusahaan maha besar, bahkan penggemar yang menggilainya semua begitu mudah dia dapatkan. Namun percintaan, dia selalu gagal dalam hal itu. Diawali dengan cinta per...