Malam ini adalah malam yang aneh, khususnya di Bar yang baru didirikan oleh teman Gerald, salah satu konglomerat bergelimang harta yang belum lama berpindah hidup dari Surabaya ke Jakarta.
Bar yang senantiasa dipenuhi gema lagu memekakkan telinga, bar yang senantiasa berbau alkohol hingga ke setiap pelosoknya, bar yang selalu dihuni oleh para wanita penghibur, siap untuk menemani jiwa-jiwa pria yang kesepian pada malam rembulan itu, seketika berubah menjadi sebuah ajang perjudian raksasa.
Meja bar yang semula memanjang, menjadi pameran pajangan minuman berwarna-warni memabukkan, seketika berubah menjadi alas permainan catur yang menegangkan. Sofa dan meja mabuk bar, dipenuhi onggokan kartu remi berlimpah. Dan sosok para wanita seksi berpakaian minim yang senantiasa menggoda setiap mangsa yang mereka terkam, kini bergeming jinak, hanya menjadi penonton setiap kepada setiap judi yang berlangsung sengit.
Entah antar pejabat, entah antara pengusaha.
Bagaimana bisa menjadi seperti ini? Apa gerangan yang telah mengubah suasana Bar menjadi area game semacam ini?
Jawabannya ada pada dua orang pria, yang menempati diri bak Raja menyongsong singgasana di sofa termewah dan terbesar, dikerumuni kerumunan paling ramai, dan dihinggapi paling banyak wanita-wanita penghibur, yang sayangnya tidak mampu menggoda satu pun dari mereka.
Rian dan Gerald, biang kerok pembawa judi yang mendatangkan diri untuk mengganti suasana Bar menjadi permainan menegangkan. Kedatangan Gerald seorang sudah cukup mengejutkan, cukup menggemparkan, namun derap kaki Rian yang mengekor di belakang, semakin membuat semua orang menganga sempurna.
"Mengapa dua orang tak terkira kaya raya ini datang kemari?"
Beratus-ratus orang bertanya-tanya. Para wanita penghibur bahkan tak berpikir dua kali, langsung melayangkan diri ke sofa pribadi mereka, mencari perhatian sebesar mungkin dari dua sumber uang mengalir itu.
Mereka datang untuk bermain, berjudi akan setiap permainan yang bisa mereka sentuh. Awalnya hanya berdua, bersama seorang anak kecil berumur 4 tahun yang menonton sembari menepuk tangannya berkali-kali tanpa mengerti satu apa pun. Namun begitu sengit setiap perjudian yang Gerald dan Rian gelar, laksana magnet kencang-kencang, perhatian orang-orang perlahan demi perlahan menyorot kepada mereka.
Dan dengan begitu tanpa sadar, judi mereka telah menjadi tontonan publik yang menyenangkan.
Semua orang melupakan dansa mereka, melupakan minum mereka, melupakan penat mereka. Mereka mengerumun untuk menonton perjudian sengit, dan beberapa berakhir ini ikut berjudi juga bersama teman mereka, ingin ikut merasakan panasnya permainan menegangkan.
Sungguh dua pria yang ajaib. Hanya kedatangan dua sosok itu berhasil menarik perhatian seluruh bar dan lantai dansa untuk menyorot kepada mereka. Ini adalah hal mengejutkan yang tidak pernah terjadi, sepanjang bar anyar ini buka.
Namun tahu apa yang lebih mengejutkan lagi?
Kejadian yang terjadi setelahnya, itulah yang membuat malam ini berbeda dari malam yang lain.
"Gerald, apa yang kau pikirkan!?"
Pekik nyaring seorang wanita yang menerjang bersamaan langkahnya yang mengetuk lantai lantang, menggema hampir ke seluruh sudut bar. Wajah wanita itu memerah, rahangnya terkatup kuat-kuat.
Dera yang pemalu, Dera yang tidak bisa berlaku apa pun si depan publik, Dera yang membenci perhatian banyak orang, rupanya kalau sudah menyangkut putra kesayangannya, wanita itu pun bisa berubah 180°
Diambil olehnya Carl yang tertawa di atas meja bar, dan digendongnya erat-erat, tanpa membiarkannya bergerak sejengkal pun keluar dari dekapan aman ibundanya. "Apa kau gila membawa anakmu ke bar, Gerald!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Age Does(n't) Matter
RomanceBagi Rian Andira, hubungan percintaan adalah yang tersulit. Kekayaan, Harta, gelar, perusahaan maha besar, bahkan penggemar yang menggilainya semua begitu mudah dia dapatkan. Namun percintaan, dia selalu gagal dalam hal itu. Diawali dengan cinta per...