Hi! Karena banyak yang maunya hari Senen jadi here you go! Update!
Jangan lupa VOTE dulu ya sebelum mulai!
Happy reading!
~~~
Chapter 14 – dressing fights
~~~
Waktu itu laksana air. Laksana arus air yang terus berjalan tanpa mampu dikendalikan. Suatu ketika hanya mengalir 1 meter ke depan, suatu ketika, berkilo-kilo meter telah digandrungi. Bak air yang tak mampu dibendung, bak arus yang tak mampu dicegat, waktu pun sama, tak bisa berhenti oleh kehendak manusia belaka. Sebab waktu terus berpacu, kian berputar, tanpa menurut, hanya menyisakan orang-orang yang tak mampu beradaptasi, ditinggal di belakang.
Satu minggu yang terasa lama, satu minggu yang terdengar panjang, namun jika dihabiskan bersama orang yang tepat, bahkan setiap detik waktu yang berlalu terasa pun tidak. Semenjak mendapatkan undangan France Francois, dan memutuskan untuk mengikuti acara yang sama itu, Rian dan Charlotte terpaksa memperpanjang waktu mereka di Eropa. Sebab acara Sir France akan diadakan di Prancis dan kembali ke Indonesia, baru sekali lagi menggandrungi benua, sampai ke Eropa, adalah pembuangan waktu yang sia-sia.
Walau harus membatalkan beberapa pertemuan, harus mengundur sekian banyak meeting, dan harus mengulur waktu bertemu beberapa client di Indonesia, namun keduanya mendapati batin tak sama sekali menyesal memutuskan perpanjangan waktu ini.
Sebab mereka mampu berada bersama jauh lebih lama, jauh lebih panjang, ketimbang bagaimana mereka di Indonesia, dalam tempat kerja yang berbeda. Rian maupun Charlotte tidak menyesal kehilangan waktu produktif mereka, sebab waktu yang mereka habiskan di Inggris ini, tak terkira, dipenuhi canda tawa dalam setiap detik yang berlalu.
"Menurutmu mana yang lebih cantik? Yang biru atau yang merah?" Pertanyaan Charlotte seperti biasa terdengar begitu lembut, suaranya cantik. Kedua tangan putih nan mulusnya terangkat di udara, menjinjing tinggi dua buah gaun dari designer ternama yang telah dia pesan.
Dari arah kasur, kening Rian berkerut. Matanya menyorot dalam delik tak suka. "Terlalu terbuka. Ganti."
Charlotte membuka rahangnya lebar-lebar. "Ini gaun ke sepuluh yang kau telah paksa aku untuk ganti, Rian! Ini tidak terbuka!"
Dihitung semenjak 2 jam yang lalu, Charlotte telah bergonta-ganti pakaian, memilih pakaian mana yang paling cocok membalut tubuh rampingnya untuk dia kenakan ke acara esok hari. Hampir semua pakaian yang dikenakannya memuaskan keinginan Charlotte, namun Rian yang membantu memilih tidak pernah menyetujui keinginannya. Pria itu selalu memprotes semua baju yang Charlotte kenakan sebagai 'terbuka', walau sebenarnya, terbuka saja tidak.
"Lenganmu tidak dibalut apa-apa."
"Modelnya seperti ini, Rian!"
"Karena itu aku katakan untuk ganti, Charlotte." Rian mendengus tidak suka. "Apakah kau memiliki hobi baru? Memamerkan tubuhmu? Kau bukan model Victoria Secret, Nona."
"Semua perempuan boleh merasa dirinya seksi walau tak menjadi model sekalipun, Rian!" Charlotte kian tak terima.
"Ya sudah, pandangi saja dirimu lama-lama di depan kaca, kagumi betapa seksi lekukan tubuhmu lalu ganti. Sudah kukatakan yang tangan panjang di sofa terlihat cantik padamu." Rian berucap, sembari menunjukkan dagunya ke arah sepasang baju yang tergeletak naas di atas sofa.
"Itu baju kantorku, orang bodoh!"
"Lebih baik ketimbang baju terbuka seperti itu." Tetap, Rian mempertahankan kepala batunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Age Does(n't) Matter
RomanceBagi Rian Andira, hubungan percintaan adalah yang tersulit. Kekayaan, Harta, gelar, perusahaan maha besar, bahkan penggemar yang menggilainya semua begitu mudah dia dapatkan. Namun percintaan, dia selalu gagal dalam hal itu. Diawali dengan cinta per...