||Don't Cry||

214 65 68
                                    

Vote sebelum membaca, komen banyak-banyak biar Cheo semangat.
Aku sayang kalian guys
( ˘ ³˘)♥

*
*
*

Babak pertama dari kehidupan Saemi telah dimulai. Percaya atau tidak banyak sekali orang yang mengatakan saat menjadi orang tua, maka kita akan menjadi dewasa, bijaksana, dan hangat. Namun kali ini Saemi menepis semua itu. Karena saat Yooli lahir ke dunia ini, bisa Saemi lihat wajah ayah Yooli, ah maksudnya Yoongi. Saemi bisa ingat wajah pria dingin itu menjadi sepucat batu marmer dan menjerit histeris mendampingi diriku. (Bisa kalian ingat adegan jerit-jeritan ketika persalinan Yooli di chap sebelumnya个_个)

Saemi tak ingin menghina Yoongi dengan mengatakan dia ayah yang paling bodoh se-alam semesta, walaupun semalam terpaksa Saemi harus menenangkan Yooli yang histeris karena merasakan susu asin buatan ayahnya itu, kalian bisa tebak yang Yoongi masukkan ke dalam susu Yooli. Tapi Saemi berusaha memahami bagaimana Yoongi sudah berusaha keras untuk menjadi ayah yang baik dengan sedemikian rupa. Kalian tahu jika kita tak bisa menjadi sempurna begitu saja, bukan? Jadi, Saemi mencoba bersyukur saja karena pria itu tidak menjadi gila dan melompat dari atap rumah sakit saat tahu wanitanya akan mengeluarkan buntalan kecil dari perutnya. Entahlah antara idiot dan bodoh, Saemi rasa Yoongi sedang berada dipertengahan itu semua.

Sudah tujuh bulan sejak Yooli lahir, selama itu juga suara tangisan bayi melengking mengisi kesunyian malam di apartemen Yoongi. Hampir setiap hari hal seperti itu terjadi. Mengganggu waktu tidur kedua sepasang siluet pria dan wanita itu.

Dengan Yooli digendongannya, Saemi berjalan ke dapur mencoba membuatkan susu formula untuk sang buah hati. Kembali lagi ke arah kamar sembari menidurkan Yooli.

Tanpa ada seorangpun berada di kamar itu, hanya sosok ibu muda dan bayi cantiknya. Yoongi sedang berada di studionya. Karena ruang studio yang sengaja dibuat kedap suara, sering kali Yoongi menyembunyikan dirinya dibalik ruangan itu agar tak mendengar suara bayi yang menggangu tidurnya. Namun terpaksa karena tak ingin ada niatan mengganggu Yoongi, karena pria itu harus bekerja. Maka dengan lapang dada Saemi yang harus menenangkan Yooli seorang diri.

Sering emosi Saemi memuncak ketika Yooli kembali menangis tengah sampai seperempat malam. Bahkan kepalanya terasa berat saat pagi karena kekurangan tidur. Terkadang Yooli hanya dibiarkan terus menangis sendiri tanpa ditenangkan. Bukannya dirinya tak perduli, namun masalahnya adalah lelah yang dialaminya sudah berada di puncak.

"Yoolie sayang, berhentilah menangis. Eomma mengantuk sayang" ujar Saemi lembut pada putrinya yang menolak diberikan susu formula. Saemi meletakkan kembali susu itu di atas meja di samping ranjangnya, beralih untuk menggendong Yooli untuk diberikan asi. Namun Yooli lagi-lagi menolak. Saemi mulai berpikir jika Yooli ingin mengajak dirinya bermain di tengah malam seperti dengan kondisinya yang sudah menahan kantuk berat di kedua matanya. Sungguh bahkan karena Yooli, sekarang memiliki kantung mata.

Seharusnya kali ini Yoongi di sisinya untuk membantu menenangkan Yooli. Namun sering saat Saemi membawa Yooli ke kamar pria itu, yang terjadi dia justru berpindah tempat ke studionya dan melanjutkan tidur lagi disana.

Bahkan pernah sewaktu-waktu Saemi berpikir kenapa dulu dia bisa percaya jika Yoongi akan menjadi ayah yang baik dan akan menikahi pria itu. Namun melihat Yooli yang terlelap begitu damai dengan cepat semua pikiran buruk itu pergi.

Tapi malam ini darurat, Saemi butuh bantuan Yoongi untuk menangani Yooli yang tak berhenti menangis dari tadi. Menggendong Yooli dalam dekapannya sambil menyusuri jalan ke studio Yoongi yang berjarak cukup jauh dari kamarnya. Bertekad untuk membangunkan Yoongi yang pasti sudah tidur nyenyak.

Memory✔️ || Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang