||Can't to be United||

202 59 73
                                    

[Tahukah kau? Sungguh melelahkan saat semua tengah berhadapan dengan realita
Sebaliknya diriku disini sendirian,
Masih berkutat pada harapan.
Ingin ku bertanya, mengapa jalan yang kucari tak kunjung menampakan?
Mengapa jika di akhir cerita hanya menjanjikan kebahagiaan?
Namun kehampaan tetaplah yang menjadi garis terdepan.

Saemi mengaku dari semua kejadian dari kehidupannya, bukanlah penuh kesalahan Jimin. Ini juga sebagian dari kesalahannya, karena telah terlalu mempercayai.

Sudah dua hari sejak Jimin mengirimkan surat itu, dan sejak itu Saemi hanya bergelut dengan pikiran dan hatinya. Sungguh menyedihkan, bahkan dirinya terpaksa mengabaikan Yooli karena terhanyut di dalam benaknya. Namun kali ini lamunannya pecah karena mendengar suara ketukan pintu di kamarnya. Saemi tahu itu adalah Yoongi, dan pasti pria itu ingin membicarakan tentang dirinya dan Jimin. Saemi sama sekali tak tertarik namun dirinya tak bisa egois, dia sekarang harus memikirkan keadaan Yoongi dan juga Yooli. Sering Saemi merasa bersalah karena selalu terlihat merepotkan Yoongi.

"Sae, bisa aku masuk?" tanyanya lembut.

"Masuklah" satu jawaban itu langsung diberikan respon dengan presensi Yoongi yang mulai terlihat dari balik pintu kamar. Berjalan ke arah ranjang tempatnya duduk sekarang, dan mendudukkan dirinya di samping Saemi.

Tanpa membuang waktu lagi, Yoongi langsung mengatakan hal yang ingin dikatakannya.

"Bertemulah dengan Jimin, dengar Sae... keadaan berbeda dari yang pernah kukira. Aku tak tahu kau mengandung dan jelas Yooli adalah putri Jimin. Aku tak ingin di masa depan Yooli berpikir kita sudah menipu dirinya"

Yoongi benar adanya, namun Saemi tetap tak bisa menerima kedatangan Jimin dan kembali merasakan sakit. Saemi juga tak ingin Yoongi sampai terpisah dari Yooli.

"Yoon... jika aku kembali pada Jimin. Maka bagaimana dirimu?" sebenarnya itu memang alasan Saemi tak ingin bertemu dengan Jimin, karena dirinya takut Yoongi juga akan tersakiti.

"Jangan pikirkan aku, tanpamu juga aku selalu baik-baik saja. Jika soal Yooli, dia akan tetap menjadi putriku. Walaupun kau kembali pada Jimin, Yooli tetap akan mencintai diriku dan memanggilku papa", ujarnya dengan tawa kecil yang keluar dari bibirnya.

"Yoon aku ingin bertanya"

"Silahkan, aku tak pernah melarang"

"Bagaimana jika bertemu hanya akan menyakiti mereka?"

Ketakutan Saemi hanya saat ketika semua dari mereka akan tersakiti. Jika hanya dirinya tak masalah, namun jika Yoongi dan Yooli harus terlibat, dirinya sama sekali tak rela.

"Kalau begitu, itu takdir mereka" Saemi tercekat, dirinya tahu Yoongi benar untuk sekian kalinya. Namun bisakah tidak mengatakan realita pahit itu secara gamblang. Saemi benar-benar tak menyangka Yoongi itu memang menyebalkan. Sudah Saemi putuskan, dia tak akan peduli dengan keadaan Yoongi lagi. Bagaimana mana ingin peduli, sedangkan yang dipedulikan saja tak peduli pada dirinya sendiri.

"Sae... Aku tak peduli apa yang kau lakukan padaku, aku akan baik-baik saja. Jadi lanjutkan kehidupanmu"

Mendengar Yoongi berkata seperti itu, semakin membuat Saemi merasa bersalah karena tak bisa membalas perasaan tulus pria itu. Sudah berulangkali dirinya mencoba untuk sekali saja membiarkan hatinya diisi oleh seorang Min Yoongi, namun untuk kesekian kalinya dirinya berakhir gagal karena Jimin yang masih mengisi semua tempat itu. Jimin brengsek! Namun tetap saja Saemi terlanjur mencintainya.

Memory✔️ || Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang