Kenapa terus mempertahankan hubungan? Jika di dalamnya tanpa kepercayaan?
-Ryu Saemi( ˘ ³˘)♥
Love without trust is nosense. I never believed in love, because i believed in a trust.
***
18+
Ryu Saemi, panggil saja Saemi. Wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu tengah duduk di salah satu kursi Caffe-sendirian. Bersama jemari lentiknya menggenggam gelas berisi Lemon Tea. Namun, sedari tadi dirinya terus menggerutu sebab orang yang ditunggu tak kunjung datang menemui, bahkan menghubungi.
"Astaga kenapa Jimin lama sekali?" cebiknya kesal.
Bagaimana tidak? Ia sudah menunggu dari satu jam lalu. Tetapi, seperti yang diketahui, orang yang ditunggu juga belum terlihat presensinya. Berusaha menghiraukan, dengan senang hati Saemi harus membuang-buang waktunya dengan berkutat di Caffe sendirian, sambil membaca novel-novel yang selalu dengan sengaja dibawa, agar terhindar dari rasa bosan jika mengalami kejadian seperti saat ini.
"Ya Saemi-shi?" sapa seorang wanita yang tiba-tiba muncul di hadapan Saemi.
Saemi membawa kedua maniknya menjelajahi wanita berkacamata tersebut. Dan mulai mendapati balutan tubuh wanita tersebut-yang mengenakan Black Jeans dan Red Hoodie sebagai atasan. Kemudian beralih pada wajah wanita tersebut, dengan teliti Saemi memandanginya. Sampai akhirnya ia termangu dan menutupi mulutnya dengan sebelah tangan.
"Haneulie?!" pekiknya keras.
Haneul sampai menutup kedua telinganya.
Lantas setelahnya, Saemi bergegas untuk menautkan erat pelukan hangat pada Haneul, dengan senyum lebar merekah. Tidak mau kalah, Haneul pun dengan tanggap merespon dan membalas dengan pelukan eratnya.
Kim Haneul adalah teman Saemi semasa universitas-nya dulu. Sebelumnya bertemu karena kedua suami mereka bersahabat dekat. Setelah beberapa kali pertemuan, akhirnya mereka menjadi teman dekat. Namun, setelah pernikahan Saemi hari itu, Haneul pun sangat jarang bertemu, terlebih karena ia yang berprofesi sebagai dokter. Hal itu nyaris menghilangkan seluruh waktunya dengan kesibukan.
"Sedang apa kau sendiri disini?" tanya Haneul sambil menarik kursi di depan meja Saemi. Dan mendaratkan bokongnya-duduk, tanpa melepaskan sorot pandangannya dari Saemi.
"Aku menunggu Jimin," katanya terjeda.
"Tapi dari satu jam yang lalu dia belum juga datang." Saemi memajukan bibir bawahnya-merasa kecewa.
Awal dari kesendirian Saemi di Caffe adalah karena Park Jimin-pria yang ber-notabene sebagai suaminya-mengajaknya untuk makan siang bersama dan berkata akan membawanya ke suatu tempat. Mulanya, Saemi sudah teramat bahagia mengetahui Jimin ingin menemui dirinya ditengah jadwal kesibukan pria itu. Yang tentu tidak akan ada habisnya.
Namun, bukan Jimin namanya jika tidak selalu berhasil mengecewakan. Bisa dikatakan, jika Park Jimin yang brengsek, terlalu beruntung mendapatkan seorang istri yang memiliki kesabaran dan komitmen begitu tinggi dalam hubungan, terutama dalam hubungan mereka pastinya. Saemi itu dominan.
Tidak bisa dibayangkan, andai saja wanita lain yang menikahi Jimin. Mungkin wanita tersebut akan di nyatakan terkena depresi berat, sebab semua perlakuan dan tingkah Jimin yang begitu menyebalkan. Tapi bersyukurlah, masalah tersebut tidak berlaku untuk seorang Ryu Saemi, baginya itu sama sekali tidak lebih dari memelihara seekor anak itik kecil. Ya, Jimin itu anak itiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory✔️ || Park Jimin
FanficKisah pilu tentang cinta, kepercayaan, dan juga kehancuran Park Jimin dan Ryu Saemi. Berusaha mempertahankan hubungan yang bahkan sudah tak mungkin dipertahankan. "Bisakah kau kembali padaku? Aku berjanji kau akan bahagia." Ryu Saemi hanya seorang g...