||Alletheia||

170 32 116
                                    


Kembali lagi akhirnya diriku setelah beberapa hari sibuk buat trailer. By the way itu trailer untuk next book ya. Ini kita masih lanjut cerita hubungannya Jisae. Enjoy this chap guys😘

++++

Alletheia; merupakan bahasa Yunani yang mengartikan suatu makna tentang kebenaran. Alletheia sering disebut dengan House of Truth atau rumah dari semua kebenaran. Saat ini Alletheia sedang dihubungkan dengan kisah perjalanan Ryu Saemi. Tak kala rumit dari labirin yang menjebak. Saemi tak ingin mencintai lagi, tak lagi ingin kembali kehilangan jati diri. Dan tidak menginginkan dirinya kembali kepada masa terpuruk di dalam nerakanya yang mengerikan.

Jimin baru saja membuka kedua matanya setelah ia terkapar tak berdaya akibat ulah dirinya sendiri. Tatkala kedua manik itu mengarah ke samping ranjang, seketika guratan tipis pada ujung bibir terbentuk seraya menatap sayu sesosok siluet wanita yang tengah tertidur pulas dengan paras begitu bersinar.

Menyesal Jimin melakukan segala tindakan konyolnya dulu. Ingin sekali rasanya kembali bersama dengan sang pengisi hati namun seperti yang di tahu, sudah tak ada lagi ruang yang tersedia untuk semua harapan itu. Dengan sekali tarikan nafas bersama atmosfer cahaya yang sudah masuk dan menyinari ruangan. Saemi mulai mengatupkan kedua manik kendati silaunya cahaya sudah menyengat dan menyerang wajahnya yang sudah terasa hangat karena terik sang surya.

Namun dengan segera sebelah tangan Jimin di arahkan tepat pada atas wajah Saemi, berusaha menghalangi cahaya yang menggangu tidur wanita itu. Andai waktu dapat dihentikan, maka Jimin akan segera menghentikan detik ini juga. Agar ia dapat selalu melihat wajah cantik di hadapannya ini. Nafas Saemi sudah kembali teratur, menandakan jika ia sudah kembali pada alam mimpi.

Hanya satu alasan yang menjadikan Saemi begitu lelah pagi ini, yaitu sebab kemarin malam ia terlampau keterlaluan dalam mengurus beberapa hal untuk pengobatan Jimin. Saemi sudah tak lagi menyadari jika ia terlalu larut dengan emosi dan rasa perdulinya untuk merawat Jimin.

Namun kendati dirinya yang sudah sering terbangun cepat di pagi hari, membuat semua tindakan Jimin tak terlalu bermanfaat. Matanya kembali mengerjap dan perlahan mulai terbuka untuk menyapa pagi dari dunia sengsaranya. Pancaran pupil yang masih begitu berkilau di lemparkan pada Jimin yang tersenyum manis menatapnya. Andaikan kehidupannya tak serumit labirin, mungkin mereka akan menjadi keluarga yang paling bahagia. Tetapi segalanya itu hanyalah sebuah harapan hampa, realitanya Jimin dan dirinya tak akan pernah baik. Sejak awal mereka memang tidak deal dan tak akan pernah.

"Kau sudah bangun? Maafkan aku sudah merepotkanmu" ujar Jimin tersenyum hangat.

"Tak perlu minta maaf, kejadian kemarin memang tak seharusnya terjadi. Yoongi terlampau emosi melihat dirimu kemarin. Dan seharusnya aku yang minta maaf, karena tak membiarkanmu menemui Yooli" balas Saemi bersama kelu yang sangat pekat di lidahnya.

"Sae..." lirihnya begitu sendu.

"Wae?"

Jimin tersenyum kecil ke arah Saemi. Pria itu mendekatkan wajahnya dan menangkup sebelah rahang kurus milik Saemi. Tetapi fokusnya terarah pada kegugupan wanita itu. Perlahan wajah Jimin semakin mendekat, menatap dalam kedua netra milik Saemi yang begitu gelap. Jimin mempertemukan dahinya dengan Saemi seraya memejamkan kedua matanya. Airmata kembali keluar dari mata tertutupnya. Jemari Jimin mulai menyapu lembut pipi Saemi. Isak tangis kembali terdengar memenuhi ruangan.

Saemi sukses menegang ketika aroma manis dan isakan Jimin memenuhi seluruh indra perasanya. Dirinya selalu gagal menahan segala candu akan Jimin. Memejamkan mata menahan gejolak pada hatinya ketika sapuan jemari Jimin terus diberikan.

Memory✔️ || Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang