Satu

65 12 1
                                    

30 Maret 2000

⏳⏳⏳⏳

Semua orang di rumah itu tertidur pulas. Rumah berlantai dua milik dua orang paruh baya yang sudah lanjut usia. Kakek Ahmad dan Nenek Sarni namanya. Lampu yang dibiarkan menyala menerangi ruangan rumah itu. Pukul 01.00 semua masih tertidur sebagaimana mestinya. Tetesan air turun dari langit perlahan lahan. Dari gerimis hingga hujan yang sangat deras. Hingga akhirnya tiba saatnya pukul 04.00.

"Aduhh!!!! sakit!!!"
Teriakannya menggema di seluruh ruangan rumah itu. Ibu Dwi sang pelaku teriakan itu hanya bisa memejamkan mata sambil menahan rasa sakit yang menjalar di perut yang membesar.

"Kenapa bu?" Pak Bagas, suami Bu Dwi seketika panik karena melihat sang istri kesakitan seperti itu.

"Sakit banget pak, ayo ke rumah sakit!!"

Seketika Pak Bagas bergegas ke rumah sakit menggunakan mobil milik Kakek Ahmad, ayahnya.

"Sabar bu, sabar, bentar lagi sampai" Mobil terus melaju menembus jalan yang terlihat ramai oleh rintikan hujan yang turun bersamaan.

Rumah Sakit Daerah, tepatnya di ruang IGD, tempat Bu Dwi diperiksa kondisinya. Dokter spesialis kandungan yang mengetahui bahwa Bu Dwi akan bukaan 9 langsung mempersiapkan untuk membantu kelahiran Bu Dwi.

Hingga akhirnya terdengar lagi teriakan Bu Dwi yang tandanya Bu Dwi akan melahirkan saat itu juga. Dokter langsung bergegas menuju IGD untuk membantu melakukan proses melahirkan.

Pak Bagas yang melihat istrinya berjuang melahirka, hanya mampu berdoa supaya semua berjalan lancar dan istri serta anaknya selamat. Adzan Subuh menggema diiringi suara tangisan bayi yang memekakan telinga.

"Alhamdulillah" ucap semua yang ada di ruangan tersebut.

"Pak, silahkan di adzani dahulu" ucap dokter kepada Pak Bagas yang terlihat bahagia.

Pak Bagas melangkah menuju sang bayi dan mengadzaninya. Pak Bagas menyeka keringat sang istri dengan rasa terima kasih yang amat banyak.

⏳⏳⏳⏳

Suara langkah kaki yang berderap mengisi lorong yang tampak sepi. Pintu terbuka, memperlihatkan Kakek Ahmad dan Nenek Sarni. Mereka masuk dan mengucapkan selamat kepada Pak Bagas dan Bu Dwi.

"Akhirnya, aku punya cucu juga." Nenek Sarni terlihat bahagia menggendong sang cucu pertamanya.

"Lucu sekali kamu, siapa namanya?" Pak Bagas yang ditanyai seperti itu oleh ayahnya hanya diam terbingung karena belum menyiapkan nama untuk anaknya.

Pintu terbuka lagi menampilkan orang tua Bu Dwi yang sedang bahagia.

"Wah, cucuku." ucap Nenek Parti yang baru saja datang dengan suaminya, Kakek Suri. Bagi mereka, anak Pak Bagas bukan cucu pertama, karena kakak dari Bu Dwi sudah ada yang melahirkan terlebih dahulu.

"Siapa namanya?" Kakek Suri bertanya kepada Pak Bagas. Pak Bagas yang ditanyai begitu lagi tetap memasang tampang bingung.

"Ah yasudah, aku aja yang beri dia nama." ucap Kakek Ahmad yang mengetahui kebingungan anaknya.

"Karena dia lahir saat hujan, maka harus ada sesuatu yang berhubungan dengan hujan." Kakek Ahmad terlihat berpikir untuk memberi nama sang cucu pertama.

"Ah, aku tau, bagaimana kalau Rain?" ucap Bagas yang memberi ide untuk ayahnya.

Kakek Ahmad langsung menjawab, "Bagus, baiklah biar aku lengkapi namanya, Raina artinya hujan, Nirmala artinya bersih, suci, tanpa noda, Permata artiya perhiasan berharga. Diharapkan anak ini yang lahir saat hujan, dia akan bersih, suci, dan dia adalah perhiasan berharga bagi keluarga. Jadi, nama lengkapnya adalah Raina Nirmala Permata."

BERSAMBUNG

Maaf gais masih sedikit, soalnya baru bab pertama, jadi masih sedikit, setelah ini bakal banyak kok, jadi sabar ya:) Oh iya, aku mau ucapin selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan, semangatt😊

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang