Empat

60 7 17
                                    

17 Oktober 2008

⏳⏳⏳⏳

Pelajaran dimulai seperti biasa, Antariksa yang duduk dibangkunya memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi. Raina di sebelahnya, mencoba memperhatikan dengan mata mengantuk.

Kringg... Kring...

"Akhirnyaa, istirahat juga, ke kantin gak kamu?" Tanya Raina kepada Antariksa yang sedang mengemasi barangnya.

"Ayo."

Antariksa dan Raina pergi bersama menuju kantin. Setelah mereka sampai, ternyata kantinnya dipenuhi manusia yang kelaparan, sangat amat penuh. Raina menghela nafas melihat kondisi kantin yang seperti itu.

"Kamu mau makan apa? Biar aku aja yang pesenin, kamu tunggu di kelas gapapa." Kata Antariksa yang merasa kasihan jika Raina berhimpitan di lautan manusia kelaparan.

"Nasi goreng sama air putih aja deh, nih uangnya, makasii Antaa, aku ke kelas ya."

Anta menerima uang dari Raina dan menuju kios yang menjual nasi goreng. Sedangkan Raina menuju kelasnya. Raina duduk di bangkunya sembari menunggu Antariksa membawa makanannya.

"Rain, anterin ke kamar mandi yuk." Ajak Fitri yang memasang wajah menahan sesuatu.

"Oke deh, ayo."

Mereka menuju ke kamar mandi yang terletak di ujung koridor. Fitri masuk ke kamar mandi, Raina menunggu dengan melihat keadaan lapangan. Saat Fitri keluar, mereka segera bergegas menuju kelas.

Saat mereka menuju kelas, tiba tiba ada yang menyandung kaki Raina.

"Aduhh! sakit ih!" Raina mendongak mencari tau siapa pelakunya.

"Ah, kamu ngapain nyandung kakiku sih!"
Setelah tau siapa pelakunya, Raina memarahinya.

"Lah, kakiku diem aja kok, lagi aku lurusin nih kakiku, kamu aja yang jalan ga liat liat." Kata Rifqi, si biang onar sekaligus pelaku penjegalan kaki Raina.

"Kok jadi aku yang salah, liat nih kakiku berdarah." Kenapa bisa berdarah? Karena Raina jatuhnya bukan di lantai, tapi di jalan yang banyak kerikilnya.

"Lah terus? Aku suruh ngobatin kamu gitu? Ogahh" Rifqi berlalu meninggalkan Raina.

Raina yang terlanjur kesal memilih untuk menuju kelasnya dengan kaki tertatih. Fitri membantunya berjalan menuju kelasnya.

"Jangan bilangin Anta ya Fit." Kata Raina saat mereka hampir sampai kelas mereka.

"Kenapa?"

"Nanti aku dimarahin Anta karena ga hati hati."

"Kan kamu gak salah, yang salah kan Rifqi."

"Yah, pokoknya jangan deh."

Fitri hanya mengangguk saja. Raina takut Antariksa tahu karena dulu Raina pernah terjatuh dari sepeda saat Raina belajar naik sepeda. Raina yang tidak bisa menjaga keseimbangan jatuh ke selokan dengan sepedanya sekaligus. Bayangkan selokannya sempit, apalagi ditambah air yang hitam, dan yang paling parah, Raina harus berhimpitan dengan sepedanya.

Raina pulang dengan baju kotor, rantai sepeda yang lepas, dan tangannya berdarah. Alhasil, keesokan harinya saat Antariksa melihat luka di tangan Raina dan meminta Raina menceritakan kejadiannya, Antariksa langsung menceramahi Raina karena Raina tidak hati-hati. Raina yang baru pertama kali melihat Antariksa bicara panjang lebar kali tinggi hanya terbengong saja.

"Dari mana kamu?" Tanya Antariksa saat Raina sampai dibangkunya.

"Anterin Fitri ke kamar mandi, ini nasi gorengku kan? Makasi Antaa." Raina mulai memakan nasi gorengnya.

"Kok tadi jalanmu agak aneh sih, kenapa? jatuh?"

Raina menoleh saat Antariksa menanyainya seperti itu. "Engga kok, aku gapapa."

Antariksa yang tidak percaya langsung melihat kondisi kaki Raina. Dan matanya melebar saat melihat darah menetes di lutut Raina.

"Rainaa! Ini kenapa?"

"Tadi jatuh Antaa."

Raina hanya diam pasrah saat Antariksa menyeretnya ke UKS untuk mendapatkan obat merah. Padahal Raina masih lapar karena baru dua sendok Raina memakan nasi gorengnya. Nasi goreng yang sabar ya, nanti Rain balik lagi, batin Raina.

⏳⏳⏳⏳

Raina menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Belum sempat ia memejamkan mata, kamarnya terbuka secara kasar dan pelakunya adalah adiknya.

"Kalau buka pintu pelan-pelan napa sih, rusak aku suruh ganti ya kamu."

Juan hanya memutar bola matanya saat mendengar kakaknya mengoceh tidak jelas.

"Disuruh makan tuh sama Ibu."

Pintu tertutup dengan bantingan yang sama kerasnya seperti sebelumnya. Raina hanya memandang kasihan pintu yang tak bersalah itu dan bergegas ganti baju lalu makan.

Ya, Raina memiliki adik, adiknya berusia 4 tahun. Juan lahir saat Raina TK. Juan itu sukanya menganggu Raina, maka dari itu Raina bersikap galak pada Juan. Kalau mereka bertengkar, mereka sering pukul pukulan, berakhirnya? saat mereka sudah lelah. Lalu salah satu merajuk dan terjadi perang dingin, tapi setelah beberapa menit mereka akur kembali. Aneh? Memang, tapi begitu lah mereka. Jika tidak ada salah satu dari mereka, pasti mereka mencarinya. Jika tidak ada keduanya di rumah, rumah menjadi damai sentosa.

Bagi Raina, adiknya itu penghibur dirinya saat Raina sedang dalam mood yang buruk. Tapi saat Raina dalam mood yang baik, adiknya lah yang membuat moodnya menjadi buruk. Jika ditanya lebih baik punya adik laki laki atau perempuan, pasti Raina pilih perempuan, karena menurutnya adik perempuan tidak akan sebar-bar Juan. Itu membuat hidupnya akan lebih damai.

BERSAMBUNG

Jangan lupa vote dan comment ya😊

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang