Dua

58 9 4
                                    

30 Maret 2004

⏳⏳⏳⏳

"Ayahh, balonnya meletus!!"

Teriakan itu menggema di sebuah ruangan yang sedang didekorasi keluarga Ibu Dwi.

Hari ini, ulang tahun Raina, semua tampak sibuk menghias ruang tamu yang berukuran 10 × 10 meter tersebut. Ibu Dwi dan Nenek Parti mengurus bagian dapur yaitu membuat kue dan makanan yang akan disajikan untuk tetangganya.

Ulang tahun Raina kali ini akan dirayakan, pertama kalinya dalam hidup Raina ulang tahunnya dirayakan. Namun, dikarenakan orang tuanya belum mempunyai rumah, jadi ulang tahunnya dirayakan di rumah Nenek Parti dan Kakek Suri.

"Tadaa, kuenya sudah siap." Ibu Dwi membawa kue itu ke meja yang sudah disediakan.

"Ibu, mau kuenya, kuenya ku makan sekarang yaa..." matanya berbinar menandakan Raina benar benar ingin kuenya.

"Jangan, nanti ya makannya bareng sama temen temen." Ibu langsung kembali menuju dapur mengabaikan tatapan memohon Raina.

Raina yang tahu keinginannya tidak akan terwujud hanya bisa duduk dan melihat kue itu. Karena jika dia nekat memakan kue itu, dia tau apa yang akan terjadi padanya.

"Rain, ayo main petak umpet sama aku sama Kak Rizky aja." Saudara sepupu Raina, Fatin, mengajak Raina bermain dengan saudara sepupunya yang lain, Rizky.

"Ayoo, tapi aku gak mau jadi yang jaga ya, aku mau ngumpet aja." Kata Raina.

"Oke, ayo, biar Kak Rizky aja yang jaga." Mereka berdua menuju ke tempat Rizky menunggu keduanya.

⏳⏳⏳⏳

"Selamat ulang tahun Raina!!" Seluruh teman Raina yang ada di acara ulang tahun Raina mengucapkan selamat padanya. Semua maju untuk memberi Raina hadiah dan Raina akan memberi mereka kue dan jajanan.

"Ibu, Kak Rizky nakal, masa kue ku krimnya di colekin sih.." ujar Raina yang sedang mengadu pada ibunya.

"Udah gapapa, Rizky jangan gitu ya nanti tante kasih kuenya" Ibu Raina memperingatinya. Rizky hanya diam sambil menunggu tantenya itu mengiriskan kue untuknya.

Semua mendapat kue, Raina mendapat hadiah dan doa. Semua bahagia, Raina juga bahagia. Hingga mereka semua pulang, menyisakan keluarga Raina yang sedang bersih bersih.

"Kak, ayo bantuin Rain buka hadiahnya, tapi kakak bukanya sedikit aja ya, biar Rain buka yang banyak." Raina bersemangat untuk membuka hadiah, dari dulu Raina memang suka hadiah, apalagi saat membuka kertas kado hadiah itu. Raina suka itu. Tidak peduli hadiahnya apa, yang penting Raina bisa buka kertas kado.

Semua hadiah telah dibuka. Banyak sekali hadiah yang Raina dapat. Raina merasa ini berlebihan untuknya.

"Kak Fatin sama Kak Rizky, ambil aja mainan yang kakak mau, tapi jangan semua ya, sisain buat Rain, Rain juga mau mainan." Ketiganya langsung berbagi hadiah milik Raina itu.

⏳⏳⏳⏳

Malamnya, Raina pulang ke rumah Nenek Sarni. Ketika makan malam, Raina bersemangat menceritakan bagaimana acara ulang tahunnya tadi. Nenek Sarni dan Kakek Ahmad memang tidak hadir saat acara tadi, karena mereka harus menjemput kakak Pak Bagas yang baru pulang dari luar kota di bandara, dan jarak bandara dari rumah Nenek Sarni memang jauh.

"Tadi Rain dapat hadiah mainan banyak nek." Kata Raina sambil memakan ayam goreng buatan ibunya.

"Banyak? kok itu mainannya cuma ada satu boneka anak perempuan pakai topi pink sama keranjang masak masakan?" tanya neneknya yang terlihat bingung dengan cucunya.

"Tadi soalnya Rain kasih hadiahnya ke Kak Rizky sama Kak Fatin jadi berkurang deh, tapi gapapa Rain cuma mau mainan itu aja kok." kata Raina yang tersenyum memandang neneknya.

"Kamu anak yang baik Rain, tetap baik pada siapa aja seperti sekarang ya, walaupun kamu bukan lagi Rain si anak kecil yang lugu." Nenek Sarni menasihati Raina dengan penuh kasih sayang.

"Rain kalau sudah besar mau jadi seperti nenek, biar punya suami kayak kakek dan biar punya rumah kayak nenek sama kakek." Raina berkata dengan semangat sambil memegang ayam gorengnya.

"Kenapa begitu? Jadi seperti Rain yang apa adanya sudah cukup, jangan jadi seperti orang lain. Karena suksesmu karena dirimu, bukan orang lain." kata Nenek Sarni pada Raina.

"Ah Rain ngantuk, mau tidur aja ya, ayamnya juga sudah habis, nasinya sudah nggak tersisa, jadi nggak akan ada nasi yang nangis. Selamat malam Nenek." Raina mengecup pipi neneknya dan bergegas menuju kamarnya untuk tidur.

"Rainaa, jangan lupa cuci tangan cuci kaki dan gosok gigi dulu, jangan langsung tidur!!" teriak Nenek Sarni ketika melihat Raina menuju kamarnya.

"Iya nek, ini Rain ke kamar mandi kok" balas teriak Raina yang membuat tawa kecil Nenek Sarni muncul.

Raina muncul dari kamar mandi menuju Nenek Sarni. "Nek, kakek mana? Rain mau tidur sama kakek aja boleh gak?"

"Coba cari di kamar, mungkin lagi nonton tv, ya sudah tidur aja sama kakek." ucap Nenek Sarni yang sedang membersihkan piring bekas Raina.

Raina bergegas menuju kamar dimana biasanya kakek dan neneknya tidur. Setelah sampai, Raina melihat kakeknya sedang menonton tv di kasurnya. Oh iya, kasur Nenek Sarni sama Kakek Ahmad pisah, karena Nenek Sarni yang badannya bisa dibilang tidak kurus jadi Kakek Ahmad memutuskan untuk beda kasur saja.

"Kakek, Rain tidur sama kakek ya." ucap Raina sambil naik ke kasur kakek.

"Yaudah, tidur ya, udah malem, biar besok bisa bangun pagi terus jalan jalan." Kakek Ahmad mengelus rambut Raina supaya Raina cepat tidur.

Nenek Sarni yang sudah selesai berberes langsung menuju kamar untuk tidur. Nenek Sarni melihat Raina yang sudah tertidur lantas berjalan menuju Raina untuk mengecupnya dan membisikinya, "Selamat tidur Raina, semoga mimpimu indah, semoga kamu tetap bahagia sampai kapanpun."

BERSAMBUNG

Yeyy, udah bab 2 nih, lumayan banyak kan? Alhamdulillah. Maapin ya kalo ada typo:) Jangan lupa vote dan comment.

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang