Sebelas

37 6 21
                                    

"Anta.."

Lirih Raina yang memandang sosok laki-laki didepannya dengan tatapan tak percaya.

"Hm?"

Laki-laki itu, Antariksa, menundukkan kepalanya, menatap Raina tepat di iris matanya.

"Ini beneran Anta?"

Antariksa tersenyum saat mengetahui bahwa Raina masih tak percaya.

"Ini Anta."

"Beneran Antariksa?"

Antariksa menghela nafasnya. Harap bersabar ini ujian.

"Iya. Ini Anta. Antariksa Putra Andara. Anta nya Rain."

Raina melebarkan kedua matanya. Kemudian dia berteriak.

"Kok bisa ada disini sih?! Kenapa gak bilang dulu sama Rain? Kok Anta bisa masuk sekolah Rain?"

"Pelan-pelan nanyanya."

Raina mengerucutkan bibirnya.

"Peluk?" Tanya Antariksa sambil menaikkan sebelah alisnya.

Antariksa melebarkan tangannya bersiap memeluk Raina. Tapi tangan Raina mencegahnya.

"Kenapa bisa disini?" Pertanyaan Raina terus saja terlontar dari bibirnya.

"Karena pindah."

"Kenapa bisa masuk ke sekolah Rain?"

"Karena Anta siswa sini."

Raina memandang Antariksa dengan pandangan berfikir.

"Tunggu, apa tadi? Anta siswa sini?"

Antariksa mengangguk menjawab pertanyaan Raina.

"Hah?! Beneran?!"

"Iyaa. Ini gak mau peluk nih?"

Raina yang sudah merindukan Antariksa langsung saja memeluknya.

Bagaimana bisa Antariksa kembali ke sini? Padahal dari satu tahun yang lalu, semenjak Raina masuk SMA, Antariksa tidak bisa dihubungi.

Tidak ada kabar dari Antariksa, seperti ditelan raksasa. Tapi sekarang, Antariksa sudah berada di depannnya. Tepatnya sudah berada di dekapannya.

"Rain rindu Anta."

Antariksa semakin mengeratkan pelukannya, menyalurkan perasaan rindunya kepada Raina lewat pelukannya.

Kringg kringg

Bel tanda jam istirahat selesai sudah terdengar, itu tandanya mereka harus kembali ke kelas masing-masing.

Antariksa mendengus kesal mendengar bel tersebut. Ganggu aja!

"Anta, Rain ke kelas dulu ya."

"Aku anter."

Raina mengangguk. Antariksa meraih tangan Raina untuk di genggam.

"Emangnya Anta masuk kelas apa?"

"XI IPA 3."

"Ooh, kenapa gak sekelas sama Rain aja sih?"

"Gak tau."

"Tau gak, Jujun sekelas loh sama Rain."

"Ooh."

Raina berdecak malas mendengar respon yang diberikan Antariksa. Memang kalau sama Antariksa itu harus banyak bersabar. Kadang bisa cuek, dingin, kadang juga bisa manis kayak tadi.

Mereka sampai di depan kelas Raina. Antariksa melepas genggamannya.

"Makasih Anta."

Antariksa mengangguk dan mengusap kepala Raina. Kemudian berbalik arah menuju kelasnya. Tapi saat langkah kedua, Antariksa memberhentikan langkahnya karena teriakan seseorang.

RAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang