Huhhh.
Daffa menghembuskan nafas kasar. Ia memejamkan mata. Baru sehari Aya menjadi istrinya, ia sudah terpengaruh. Lalu bagaimana besok? Besoknya? dan besoknya lagi? Ia sangsi bisa memenuhi janjinya kepada Aya. Janji untuk melepaskan Aya ketika gadis itu menemukan lelaki yang dicintainya. Mampukah ia memenuhi janji itu?
-----------------------------------------------------------------"Mas langsung berangkat ke kantor aja ya, Ya"
"Iya, Mas. Assalamualaikum. Hati-hati di jalan", ucap Aya sambil mencium tangan Daffa.
Ya, selain menjadi guru, Daffa juga seorang pengusaha. Ia memiliki perusahaan di bidang fashion, fashion pria dan sekarang merambah ke fashion wanita. Daffa berangkat ke kantor setiap pulang mengajar dan pulang ke rumah hingga malam hari, bahkan lembur hingga menginap di kantornya.
Daffa memandang foto-foto model wanita yang akan ia pilih menjadi model fashion wanita di perusahaannya. Berkali-kali ia membuka lembar-lembar foto itu. Namun ia tidak menemukan satupun yang cocok. Suatu pikiran terlintas di kepalanya,
Mungkin akan sangat cocok jika Aya yang jadi modelku.
Ia tersenyum.
Baiklah. Aya.
-----------------------------------------------------------------Daffa sampai di rumah pukul 10 malam. Rumahnya sepi. Orangtuanya dan mertuanya sudah pulang. Kini tinggal mereka berdua di rumah itu. Asisten rumah tangganya, Bi Murti, hanya datang dari pagi sampai sore saja. Malamnya kembali ke rumah, merawat suaminya.
"Assalamualaikum, Mas", Aya menghampiri Daffa yang sedang melepas sepatu, mencium tangannya dan mengambil tas Daffa dari tangannya.
"Ehh.. Waalaikumsalam. Kamu belum tidur, Ya?"
"Aya nungguin Mas pulang"
Daffa tersenyum. Manis sekali istrinya itu.
"Kenapa?"
"Kenapa? Mas keberatan?"
"Emm tidak. Mas senang kamu tungguin"
Daffa gelagapan.
Sial. Kenapa kalimat terakhirnya keluar begitu saja.
Hhhh. Entahlah. Ia selalu lepas kendali."Ehmm maksud Mas, kamu kan besok sekolah. Tidak baik tidur terlalu malam"
"Baiklah, besok Aya langsung tidur saja", ucapnya melemah. Ia sedih. Ia hanya ingin menjadi istri bagi suaminya itu.
Daffa semakin gelagapan. Ia kecewa dengan jawaban Aya. Padahal ia sendiri yang memintanya.
Sial.
Sial."Aya"
Aya menoleh.
Daffa menunduk, menyejajarkan wajahnya di depan wajah Aya.
"Mas seneng kamu nunggu Mas pulang, besok tungguin Mas lagi ya?", bisik Daffa.Aya berdebar. Sangat. Ini kali pertama ia sedekat ini dengan Daffa dalam keadaan normal.
Aya menggigit bibirnya. Sudut bibirnya berkedut. Ia ingin senyum. Namun ditahannya. Ia malu."Kenapa bibirnya digigit?"
"Ehmm..", Aya menggeleng.
"Kalau mau senyum, senyum aja. Ngga usah gigit bibir gitu", ucap Daffa berlalu sambil mengacak rambut Aya.
"Mas mandi dulu ke atas"
"Iya, Mas"
Aya tidak bisa lagi menahan senyumnya. Ia tersenyum. Ia senang Daffa seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istrimu
RomancePliss ini 21++, yang di bawah umur tolong ya:" Naraya Zulkarnain (17 tahun) Entah suatu kesialan atau keberuntungan hal yang dialami Aya malam itu. Malam di mana ia dinikahkan secara paksa dan mendadak karena kesalahpahaman semata. Dan lagi, ia meni...