Daffa tidak tahan lagi.
Ia memajukan tubuhnya, meraih tengkuk Aya. Meraih Aya mendekat ke arahnya. Semakin rapat. Bibir Daffa menempel di bibir Aya. Daffa yang merasa tidak mendapat penolakan dari Aya segera melumat bibir mungil istrinya itu. Ia merebahkan Aya di sofa dan kembali melumat bibir Aya.
-----------------------------------------------------------------
Bibir mereka saling beradu. Desahan halus keluar dari mulut Aya. Gairah dan hawa panas menyelimuti keduanya seakan-akan lupa segalanya. Yang mereka pikirkan hanya bagaimana cara menuntaskan gairah itu. Ciuman Daffa semakin menuntut dan tak terkendali. Ia bagaikan menemukan air di tengah teriknya padang pasir. Ciuman Daffa turun menuju leher Aya. Menyesapnya. Menciumnya dengan lembut dan basah.
Sedang Aya? Ia diam dan hanya mampu menerima perlakuan Daffa. Ia kaku tak tau harus berbuat apa. Perasaannya campur aduk. Ia sebenarnya ingin melakukannya dengan orang yang mencintainya dan ia cintai. Sedangkan ia dan Daffa, belum ada rasa itu, belum ada pengakuan dari keduanya. Ia merasa bimbang namun juga merasa sangat menginginkannya. Oh sungguh, apa yang dilakukan Daffa sangatlah nikmat. Ia tidak tahu rasa apa itu, tapi ia sangat menginginkan sesuatu yang lebih, lebih, dan lebih lagi. Ohhh.. salahkan saja darah mudanya. Ia remaja yang penuh dengan rasa ingin tahu. Ia sangat penasaran bagaimana rasanya. Pikirannya sudah terkalahkan oleh rasa nikmat yang Daffa berikan. Ia menginginkan Daffa sekarang juga, toh mereka sudah sah, sudah halal, bahkan melakukannya adalah ibadah. Sungguh ia juga menginginkan Daffa!!
Daffa semakin intens mengecup leher Aya, semakin turun hingga di atas dada Aya. Ia berhenti sejenak. Membuka kancing piyama Aya. Dan kini terlihatlah buah dada Aya yang begitu mulus. Putih. Bersih. Ia ciumi kulit dada Aya. Lalu ia angkat ke atas bra Aya, hingga terlihat puting buah dada Aya yang mungil ranum menggemaskan. Ia takjub melihatnya.
Aya malu bukan main. Ini kali pertama ia sangat intim dengan lelaki. Kali pertama ada orang yang melihat bagian terlarangnya. Ia merasa malu. Ia melihat Daffa yang memandang putingnya dengan mendamba. Dan ia malu dibuatnya. Kemudian ia merasakan putingnya sudah berada di dalam mulut Daffa.
"Eunggghh..", Aya mengerang.
Sungguh nikmat. Beginikah rasanya? Pantas saja banyak remaja yang terjerumus perbuatan zina. Beruntungnya ia dan Daffa sudah halal melakukannya. Ia tidak perlu merasa takut akan dosa dan khawatir masa depannya. Ia sungguh sudah pasrah sekarang. Ia akan menyerahkannya kepada Daffa. Karena ia juga sangat menginginkannya. Sungguh. Ia sangat ingin lebih.Ciuman Daffa semakin turun. Mengecup tiap inchi dada hingga perut Aya. Ia berhenti di bawah perut. Ia menatap Aya. Aya terlihat memerah menahan gejolak gairah sama sepertinya. Ia menatap manik mata Aya meminta persetujuan. Aya menggigit bibir. Lalu mengangguk. Seperti anak kecil yang mendapatkan es krim, ia sangat bersemangat. Ia tarik celana serta celana dalam Aya. Ia menelan ludah. Semenjak istrinya sakit, lalu meninggal, dan hingga saat ini, ia benar-benar puasa. Kebutuhan biologisnya tidak tersalurkan. Lalu sekarang ia memiliki istri, dan ia bisa melakukannya dengan istrinya. Ia seperti berbuka puasa. Ia kemudian mencium pusat diri Aya, mengecupnya. Dan kemudian ia tidak tahan lagi. Ia segera melepas seluruh pakaiannya.
Melihat itu, Aya merona. Baru pertama ia melihat pusaka laki-laki. Oh sungguh. Apakah akan muat di dalamnya? Pikir Aya setelah melihat pusaka Daffa. Namun ia tak ingin berhenti. Oh Tuhan. Mengapa ia jadi seperti jalang yang haus akan belaian.
Daffa membuka paha Aya. Menatap milik Aya. Lalu mengarahkan miliknya menuju milik Aya. Sangat sempit. Ia berusaha masuk secara perlahan. Namun susah. Ia coba lagi, kepalanya sudah masuk. Aya meringis. Melihat itu, Daffa menjadi tidak tega. Sungguh ia tidak tega dengan Aya. Aya masih perawan. Sangat susah ia memasukinya. Ia tidak tega Aya kesakitan. Ia..
Ia ingin.
Sangat ingin malah.
Namun ia tidak tega. Ia tidak bisa melihat Aya kesakitan, sedang besok Aya sekolah.
Oh shit.
Ia melupakan fakta bahwa Aya harus sekolah. Aya masih sekolah.
Ia tidak ingin mengganggu sekolah Aya. Masa depan Aya.Ia kemudian berguling ke samping. Memejamkan mata menahan gairah yang sudah menggunung. Ia berusaha menahannya. Ia tidak akan tega menyakiti Aya. Ia tidak sanggup memerawani Aya.
Lalu ia menatap Aya yang kini menatapnya dengan penuh tanda tanya. Ia tau Aya juga sama sepertinya, sedang dalam gairah yang membumbung tinggi.
"Mas.. Aya.. Aya bersedia.."
"Aya.. Mas tidak tega memerawanimu saat ini. Mas tidak tega menyakitimu"
"Tapi.."
Sungguh. Aya sebenarnya kecewa. Ia sedang dalam gairah yang tinggi. Ia sudah merelakannya untuk Daffa. Ia sudah ikhlas menyerahkannya. Ia ingin Daffa lebih. Tapi Daffa tiba tiba menghentikannya. Ia merasa... kecewa.
Daffa melihat mata Aya berkaca kaca. Oke ini memang salahnya. Ia yang memulai. Ia yang membuat Aya seperti itu.
Ia bangkit lalu menunduk di depan milik Aya.
"Mas akan memuaskanmu tanpa mengambil keperawanmu"
Lalu Daffa mencium milik Aya. Memasukkan lidahnya. Jarinya mulai menari di klitoris Aya. Aya menegang kembali. Matanya terpejam. Tangannya meremas sprei.
Dua jari Daffa memasuki milik Aya. Mengocoknya. Memaju mundurkan jarinya dengan cepat. Aya mendesah, mengerang. Lalu kemudian rasa nikmat menjalari seluruh tubuhnya. Aya telah melakukan pelepasan.
Sedang Daffa. Ia kembali berbaring telentang, memejamkan mata. Ia sangat bergairah dan harus menahannya.
"Mas.."
"Hmm.."
"Itu milik Mas?"
"Biarkan saja, tidak apa-apa"
Daffa kaget, Aya memegang miliknya yang tegang. Ia mendesah.
"Shhhhhhh Aya..."
"Aya mau bantu Mas"
"Aya serius?"
Aya mengangguk.
"Remaslah, urutlah. Sesuai nalurimu"
Kemudian Aya meremasnya, mengurut milik Daffa. Cepat. Dan semakin cepat.
"Ashhh.."
"Arghhhh.."Daffa mendesah dan mengerang. Sungguh nikmat tangan mungil Aya. Lalu sampailah ia ke puncaknya. Pelepasan yang nikmat.
Daffa kemudian menarik Aya dalam pelulannya. Mereka berbaring berpelukan di sofa. Dengan tubuh yang masih telanjang. Mereka tidak kedinginan.
"Maaf Mas belum bisa melakukannya. Mas akan melakukannya setelah kamu lulus. Mas tidak tega"
Aya mengangguk di dekapan Daffa.
"Baiklah. Mulai sekarang kita pacaran nakal aja ya?"
"Pacaran nakal?"
"Ya. Seperti tadi"
Aya tersenyum. Memukul dada Daffa.
Lalu mereka terlelap. Menuju alam mimpi.
-----------------------------------------------------------------
Huaaaaaa. Lelah sekali mikirnya. Sungguh deh aku bisa bikin kaya gitu karna nginget2 cerita yg pernah kubaca hehehe. Belom ada pengalaman kaya gituu.
Btw jangan kecewa yaa, Aya belom pecah telor wkwkw. Sabar guys.Maaf yaa aku baru up. Lagi UAS aku. Doakan semoga lancar dan ipk bagus yaa hehe. makasih.
9/5/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istrimu
Roman d'amourPliss ini 21++, yang di bawah umur tolong ya:" Naraya Zulkarnain (17 tahun) Entah suatu kesialan atau keberuntungan hal yang dialami Aya malam itu. Malam di mana ia dinikahkan secara paksa dan mendadak karena kesalahpahaman semata. Dan lagi, ia meni...