Part 11

61.2K 1.7K 285
                                    

"Udah deh gausah dipikirin, Ya. Palingan juga pacarnya Pak Daffa. Ayuk makan lagi, Ya", Merly berucap.

Aya jadi tidak bersemangat melanjutkan makannya. Ia penasaran. Siapa wanita yang menelpon Daffa tadi? Mengapa Daffa terlihat panik?

-----------------------------------------------------------------
"Hebattt kamu, Ya. Keren. Aku emang ga salah pilih kamu jadi calonku", Dewa mengomentari foto-foto hasil jepretannya.

"Apaan sih"

"Ck yailah Aya. Masih belum maafin aku gara gara nyerobot taksimu? Nih ya, temennya temen temennya temenku belom maafin orang tapi udah mening.."

"Nggak, udah Aya maafin"

"Hahahaha lucu banget si. Harus ya aku ancem dulu baru mau?"

"Ngeselin banget"

"Jangan marah marah nanti kamu tambah cantik, kan aku yang repot. Pengenya cepet cepet aku nikahin!"

"Woeee jambang Ridho Roma, lu godain Aya terus dari tadi, inget umur dong. Aya masih bau kencur lah elunya udah bau tanah gitu", karna kesal dengan Dewa, Merly menimpali percakapan mereka.

"Sembarangan!! Nih ya Mak Merly, yang namanya jodoh itu ga mandang umur. Yang namanya cinta itu buta, ga mandang apapun. Tau tau udah klik aja gituu"

"Jamaah oh jamaah. Udah ceramahnya, Pak Dewa?"

"Kurangajar lu, Mak. Gue serius ini"

"Yaudah lu tanya tu sama si Aya. Emang dia mau sama lu? Lagian ya, emang Aya belom ada yang punya? Dia cantik gitu"

"Eh ehm, Aya, kamu belom punya pacar kan?"

Aya menggeleng.
Tapi suami. Ucap Aya dalam hati.

"Tuh kan, Mak. Rezeki gue"

"Dah lah terserah lu. Mana liat hasilnya, Wa!"

Dewa, Merly, dan pegawai lainnya melihat hasil pemotretan Aya.

"Wah gilak, emang aura Aya terpancar gitu ya. Emang bakat jadi model kamu, Ya"

"Kamu cocok banget pake produk itu, emang Pak Daffa gak salah pilih model"

"Kamu cengo aja cantik, Ya. Wah keren deh, cocok banget sama produk produknya"

Berbagai pujian menghadiahi Aya. Memuji kecantikan Aya. Memuji peran Aya sebagai model. Ia hanya tersenyum menanggapinya. Entahlah, ia hanya mengharapkan pujian dari seseorang yang dari tadi ada di pikirannya. Siapa lagi jika bukan Daffa, suaminya yang sibuk bertemu dengan wanita lain. Oh Tuhan. Mengapa ia tidak bisa berpikir jernih. Mengapa ia overthinking terhadap Daffa. Ia hanya takut apa yang ada dipikirannya benar benar terjadi, bahwa Daffa bertemu dengan wanita yang mungkin saja kekasih Daffa. Ia hampir saja melupakan hal itu, bisa saja sebelum menikahinya, Daffa sudah memiliki kekasih bukan?
Ia merasa takut. Takut jika Daffa akan memilih wanita itu dan kemudian menceraikannya. Mengapa ia takut diceraikan? Perceraian adalah suatu hal yang sangat dibenci Allah.
Ya, itulah alasan ia enggan bercerai dengan Daffa.
Namun..
Benarkah hanya karena itu?
Apakah 'tidak ingin jauh dari Daffa' bukan menjadi alasan yang lain selain itu?

Hhhhh...
Aya menghela nafas. Ia bimbang dengan perasannya. Ia belum yakin dengan apa yang dirasakannya. Tidak mungkin kan, ia jatuh cinta secepat itu?
Ya, tidak mungkin.

"Bengong aja, Neng. Mikirin apa sih?", Dewa kemudian duduk di samping Aya.

"Ehm, engga mikirin apa apa. Cuma capek aja"

Menjadi IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang