Part 8

49.1K 1.2K 33
                                    

"Baiklah. Mulai sekarang kita pacaran nakal aja ya?"

"Pacaran nakal?"

"Ya. Seperti tadi"

Aya tersenyum. Memukul dada Daffa.

Lalu mereka terlelap. Menuju alam mimpi.
-----------------------------------------------------------------

Pagi ini, Aya sudah berada di kelas. Hari Jumat. Hari yang disukai banyak murid, tak terkecuali Aya. Weekend menanti di depan mata. Pagi ini, pelajaran pertama Aya adalah kimia. Pelajaran yang tidak begitu ia sukai, namun saat ini ia jadi menanti pelajaran kimia itu. Entahlah sejak kapan. Sebab ia bisa melihat suaminya mengajar dengan penuh wibawa. Namun juga bisa menampilkan sisi jenakanya. Sungguh guru idaman memang suaminya itu. Aya mengakui itu. Mengingat pelajaran kimia, ia jadi teringat dengan kejadian tadi malam. Kejadian dimana ia dan Daffa hampir saja 'meresmikan' hubungan suami istri. Ia merona. Masih terigat jelas rasanya. Bagaimana Daffa mengecup seluruh tubuhnya, lalu...

Stop!!
Tuhan!! Ia sedang di kelas saat ini, bisa bisanya ia membayangkan hal itu. Mesum sekali!!!

"Selamat pagi, anak-anak!"

Aya menegang. Itu suara Daffa. Aya gugup. Ia menunduk, belum berani menatap Daffa. Bahkan sejak bangun tidur, lalu sarapan, kemudian berangkat sekolah, ia belum sanggup menatap mata Daffa, hanya sekilas lalu memalingkan wajah. Ia malu bukan main mengingat kelakuannya semalam yang begitu mendamba menginginkan Daffa. Ia merasa dirinya sangat jalang. Ia sungguh malu dengan Daffa.

"Pagiiii, Pak"

Daffa melirik Aya sekilas. Aya masih sama seperti tadi pagi. Masih menghindarinya, enggan menatapnya. Sungguh ia sangat tidak suka Aya seperti itu. Ia merasa diabaikan oleh Aya. Namun ia tak tahu penyebab Aya seperti itu. Apakah mungkin kelakuannya tadi malam yang hampir memerawani Aya? Apa mungkin sebenarnya Aya tidak menginginkannya? Apakah ia terlalu terburu-buru?
Berbagai macam pertanyaan dan asumsi menghantui Daffa. Ia menghela nafas, lalu melanjutkan mengajar.

"Baiklah sampai di sini materi hari ini. Mungkin ada pertanyaan?"

"Saya, Pak"

"Ya silakan, Mona"

"Pak, kalau ikatan antara logam dan non logam kan ikatan ionik, trus kalau ikatan antara Bapak sama Mona ikatan apa, Pak?"

"Huuuuu... hahahahah", tawa dan sorak sorai teman-temannya kepada Mona. Mona hanya nyengir sambil tertawa juga.

Daffa juga tertawa, lalu melirik sekilas ke arah Aya. Ternyata Aya juga masih sama, menunduk, tak memandangnya barang sedetik pun. Sepertinya memang ia harus bicara dengannya segera.

"Mona, belajar dulu yang rajin, biar peringkatmu naik dulu", balas Daffa bergurau.

"Yah, Pak. Mustahil dong"

"Hahahahahah.."

"Baiklah anak-anak, saya cukupkan sekian materi saya. Selamat pagi!"

"Pagiiii Pak"

Daffa beranjak meninggalkan ruang kelas. Sekali lagi ia melirik Aya. Tetap sama. Murung. Benar. Ia memang harus segera bicara dengan Aya. Ia tidak bisa membiarkan sikap Aya, ia tidak suka diabaikan Aya.

-----------------------------------------------------------------

Saat ini Aya sedang makan bekal makan siangnya di dalam kelas bersama ketiga temannya. Lalu kemudian salah seorang murid lainnya menghampiri mereka.

Menjadi IstrimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang