Aya yang baru saja makan malam sendiri di ruang keluarga rumah Daffa, mantan kakak iparnya, dikagetkan dengan suara teriakan Daffa memanggil namanya. Aya heran dibuatnya, sebab setelah kakaknya, istri Daffa meninggal, Daffa tak sering bertegur sapa dengannya. Entahlah, mungkin Daffa masih bersedih atas meninggalnya Alma, kakaknya. Bergegas Aya menuju kamar Daffa di lantai atas.
"Iya, Mas. Sebentar...", teriak Aya sambil berlari menaiki tangga.
Aya memasuki kamar Daffa, namun tak terlihat Daffa di kamarnya.
"Mas? Mas dimana?", panggil Aya yang masih berdiri di dekat pintu. Ia sedikit enggan sebenarnya memasuki kamar seorang pria.
"Di kamar mandi, Ya. Tolong bantuin Mas, Ya.", suaranya terdengar lemah.
"Astaghfirullah, Mas kenapa?", Aya kaget melihat Daffa terduduk lemas di depan kloset.
"Cepet, Ya. Bantuin Mas ke kamar"
"Mas kenapa kok bisa gini?", tanya Aya sambil memapah Daffa menuju ranjang.
"Ngga tau, perut Mas rasanya seperti diaduk-aduk, Ya. Pengen muntah terus. Kayaknya Mas masuk angin", Daffa meringkuk di balik selimut tebal miliknya.
"Mas udah minum obat belum? Aya beliin obat ya, Mas? Atau mau kupanggilin dokter langganan Mas?", tawar Aya sambil membenarkan letak selimut Daffa.
"Ngga manjur, Ya. Mas tu jarang masuk angin. Sekalinya masuk angin ya gini", susah payah Daffa bicara. Aya menghela nafas panjang,
"Trus gimana, Mas?"
"Mas sembuh kalau dikerikin", Daffa sebenarnya sungkan meminta tolong Aya untuk mengerik punggungnya, tapi ia sudah tidak tahan lagi, seperti ada angin tornado di perutnya.
Lagi-lagi Aya menghela nafas,
"Yaudah Aya kerikin sini Mas", Aya tidak tega melihat Daffa yang meringkuk seperti itu. Aya terbiasa melihat Daffa yang tegas dan dingin."Mas gak minta kamu kerikin kok, Ya"
Tapi Mas ngode aku supaya dikerikin.
"Mas yakin?", mendengar hal itu, Daffa langsung terduduk dan membuka kaos oblongnya. Aya terpekik kaget,
"Masss..", pekik Aya sambil menutup matanya.
"Gimana mau ngerikinnya kalo ga lepas kaos, Ya"
Tarik nafas, Aya. Tenang.
Aya keluar kamar Daffa berniat mengambil minyak kayu putih dan koin di kamarnya, tepat sebelah kamar Daffa.
"Ayaaa.. Mas minta to..", belum selesai melanjutkan kalimatnya, Aya sudah berteriak sambil berlalu,
"Iya Mas sebentar, Aya ambil koin sama minyak dulu"
"Mas tengkurep aja ya", pinta Aya yang kini sudah duduk di ranjang dengan koin dan minyak di tangannya.
Dengan tangan sedikit gemetar, ia mulai mengerik punggung Daffa. Sungguh, baru sekali ini ia bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Ia memang tidak seagamis itu, tapi ia memang menjaga jarak dengan laki-laki. Ia ingin fokus belajar tanpa harus merasakan yang namanya galau dan sebagainya.
"Kalau terlalu keras bilang ya, Mas"
"Mas emang suka keras"
Apa maksudnya?
Aya yang takut menyakiti Daffa hanya mengerik dengan sekenanya saja, hanya mengambang.
"Kurang keras Aya"

KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istrimu
RomansaPliss ini 21++, yang di bawah umur tolong ya:" Naraya Zulkarnain (17 tahun) Entah suatu kesialan atau keberuntungan hal yang dialami Aya malam itu. Malam di mana ia dinikahkan secara paksa dan mendadak karena kesalahpahaman semata. Dan lagi, ia meni...