"Kamu tenang saja, tidak akan terlihat dari luar apa yang kita lakukan di dalam mobil ini"
Daffa mengecup kening Aya.
"Pergilah"
Aya tersenyum.
"Assalamualaikum, Mas"
"Waalaikumsalam"
-----------------------------------------------------------------
Bell istirahat berbunyi. Sebagian murid berbondong menuju kantin, untuk makan siang atau sekedar bergosip saja. Aya memilih untuk tinggal di kelas. Ia memang selalu membawa bekal dari rumah. Selain itu, ia memang tidak suka dengan tempat yang berisik, banyak orang, dan sangat ramai. Ia tidak suka diperhatikan banyak orang. Ya, Aya memang murid idaman di sekolahnya. Ia cantik dan manis, berprestasi, ramah, dan sangat baik. Siapa yang tidak menyukainya jika begitu? Bahkan sebenarnya banyak murid laki-laki yang mendekatinya. Namun Aya masih pada pendiriannya, Ia ingin fokus sekolah saja. Mengapa harus pacaran jika hanya menimbulkan dosa? Begitu pikir Aya.
Smartphone Aya bergetar ketika ia hendak mengambil kotak makan di tasnya. Ia tersenyum kala melihat siapa pengirim pesan itu. Ialah suaminya. Daffa.
Mas Daffa : Sudah makan siang, Ay?
Geli. Geli sekali ia dipanggil seperti itu. Tapi ia suka. Ay.. manis sekali. Lalu ia segera membalas pesan suaminya itu.
Aya : Ini Aya mau makan bekal. Mas udah makan?
Beberapa detik kemudian, pesan baru kembali datang.
Cepat sekali suaminya itu membalas, pikir Aya.
Mas Daffa : Udah. Tapi tidak seenak masakanmu. Mas rindu :* "
Rindu? Rindu aku atau masakanku? Aya tersenyum sendiri membayangkan ekspresi Daffa apabila mengatakan itu.
Satu lagi, tanda apa titik dua bintang itu? Ia tidak paham. Lalu ia mencari artinya di google. Sungguh ia tidak tau. Biasanya ia hanya berbalas pesan dengan sahabatnya, orangtuanya, dan almarhum kakaknya.Cium? jadi titik dua bintang itu cium?
Ahh.. mengapa pipinya memanas. Ia jadi teringat dengan ciuman panas dirinya dan Daffa tadi pagi di mobil. Bibir lembut Daffa yang melumat bibirnya. Tangan besar Daffa yang mengusap tengkuknya.. Lidah Daffa yang...
Stop!!!
Fokus Aya!!
Kenapa ia jadi mesum seperti ini. Oh Tuhan!!Aya : Nanti Aya masakin Mas.
Mas Daffa : Pengen cepet pulang:(
Aya : Mas harus semangat kerja.
Mas Daffa : Mas semangat demi kamu.
Aya tersenyum sendiri. Ia tak menyangka. Hanya karena percakapan singkat seperti itu ia merasa sangat senang. Seperti perasaan menggebu. Ternyata seperti ini rasanya?
Belum sempat ia membalas pesan Daffa tadi, pesan baru dari Daffa datang.
Mas Daffa : Ay, mas minta maaf. Nanti kamu pulang naik taksi ya? Mas ada janji dengan klien Mas.
Aya : Iya, Mas. Tidak masalah.
"WOIIIIII!!!!!!", ketiga sahabat Aya, Mona, Raras, dan Angela, menghampiri Aya.
"Kenapa lu senyum senyum gitu dari tadi", tanya Angela penuh selidik.
"Engga, ehm ini, nonton di youtube, lucu", kilah Aya. Ia memang belum siap menceritakannya pada sahabatnya itu.
"Tapi ngga biasanya kamu nonton youtube, Ya. Pasti kamu punya pacar baru yaaaa?", Raras menatap intens wajah Aya yang sebenarnya sudah memerah.
"Muka Aya aja udah merah tuh. Bener ni pasti", Mona menimpali dengan kurangajarnya.
"Kalian ini kenapa sih?! Aku ga punya pacar. Kalian kan tau sendiri, aku ga suk pacaran pacaran", Aya membela diri.
"Berarti lo punya suami?", Angela yang ceplas ceplos dan terkadang lemot itu entah mengapa membuat Aya jantungan.
Aya tersedak. Matanya melotot. Oh Tuhan. Sahabat sahabatnya itu sungguh menyebalkan!!!
"Hahahaha maap, Ya. Gue cuma becanda. Yakali lu udah punya suami. Ga mungkin sih. Pacar aja lu ga punya"
Huft. Aman. Tak perlu lagi ia berusah payah berbohong. Ia memang sangat sulit berbohong dengan ketiga sahabatnya itu. Tapi kali ini, ia terpaksa. Ia belum siap sahabatnya tau. Setidaknya untuk saat ini.
"Eh guys, btw, besok ada kimia. Seneng aku kalo pelajaran kimia", Mona memecah keheningan.
"Lu ganjen banget jadi orang", balas Angela sengit.
"Gabisa Pak Daffa buat gue", Mona tetep bersikukuh.
"Buat apa Pak Daffa milih istri bar bar kayak kalian, pasti milih aku lah", Raras dengan percaya dirinya.
Aya terdiam. Ia baru menyadari, ternyata suaminya itu disukai banyak orang. Belum lagi kabar kedekatannya dengan guru muda baru, perempuan cantik dewasa yang sangat lembut. Bu Nayra.
Oh Tuhan. Kenapa ia bisa melupakan kenyataan itu?
Ia cemas..
Ia takut jika.. jika Daffa memilih dengan perempuan lain. Perempuan yang lebih cantik darinya, perempuan yang lebih dewasa darinya, perempuan yang lebih bisa mengimbanginya..
Kenapa?
Kenapa rasanya sakit ketika membayangkannya?
Kenapa terasa sesak dadanya?-----------------------------------------------------------------
Hallo semuanya.
Maaf banget. Maaf. Baru bisa up hari ini. Aku banyak deadline tugas kuliah kemarin kemarin. Sekarang aku UAS. Doain lancar ya. Aamiin.Maaf yaa kalau typo. Maaf lagi kalau masih sedikit.
04/05/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istrimu
RomancePliss ini 21++, yang di bawah umur tolong ya:" Naraya Zulkarnain (17 tahun) Entah suatu kesialan atau keberuntungan hal yang dialami Aya malam itu. Malam di mana ia dinikahkan secara paksa dan mendadak karena kesalahpahaman semata. Dan lagi, ia meni...