10 - Bekal Biru

85 18 7
                                    

Cintaku kepadamu itu seperti hutang. Sedikit lalu lama-lama meledak.

***

A/N: Jangan lupa vote dan komen.

~~~

Pagi harinya Safira diantar oleh abangnya ke sekolah karena paksaan mamanya. Sebenarnya Septian malas sekali mengantar adik sok imut dia ini kalau bukan juga karena lututnya yang lecet. Septian menghentikan motornya tepat di depan gerbang SMA DIRGANTARA.

"Makasih ya abangku yang jeleknya ngalahin mimi peri,"Ejek Safira begitu ia turun dari motor Septian.

"Nggak tau terimakasih lo, dasar tikus got," Balasnya sambil teriak tidak peduli dengan beberapa tatapan murid SMA DIRGANTARA yang tampaknya malah tertarik dengan ketampanan Septian. Rambut berwana hitam legam, hidungnya yang mancung, dan parasnya yang sangat sempurna untuk dilirik dan matanya yang bewarna cokelat.

Luna yang baru saja turun dari mobilnya menghampiri Safira yang sedang adu mulut dengan seseorang.

OH MY GOD!

Septian! Favorit gue!

Luna berlari ke arah Safira lebih tepatnya di samping Septian yang kini tengah menyambut kedatangannya dengan tatapan yang sangat manis saat memandangnya.

"Hai kak Sep. Pagi-pagi gini udah ganteng aja sih. Mau ngampus ya kak?" Tanyanya sambil membenarkan rambutnya yang diterpa oleh semilir angin.

Septian mengangkat sudut bibirnya ke atas membuat para kaum hawa yang masih berdiri disana berteriak kegirangan.

"Bisa aja lo Lun. Nanti pulang sekolah biar kakak jemput, deh. Mau nggak?" Rayu Septian sambil menaik turunkan alisnya.

"OMG! Mau banget dong kak. Jarang-jarang kakak mau ngantar aku pulang kan. Yaudah kak, nanti aku sms aja kalo udah pulang," Ucap Luna tersipu malu.

Safira yang melihat tingkah abangnya dan sahabatnya ini menggelengkan kepalanya.

"Ck. Ck. Ck. Jangan-jangan ini lagi alasan lo mau ngantar gue, Bang. Biar bisa modus sama temen gue. Ya, kan?!" Tuding Safira yang langsung mendapat tukikan keras dari abangnya.

"Wah, benar juga lo,"Balas singkat.

"Aw. Iya dong, pasti. Gue tau akal-akal lo!" Sombongnya sambil melipat tangannya di dada.

"Oke. Mulai hari ini gue nggak bakal lagi mau bantuin ngerjain pr-pr lo. Bye!" Todongnya.

Sedangkan Safira kini sedang terbengong sendiri dengan ucapannya yang tadi seperti salah.

"Bang, tap---"

Septian menganggukkan kepalanya ke Luna sebelum melajukan motornya yang tentu saja membuat jantung Luna berdebar-debar.

"Yahh, bang Sep. Jangan ngambek lo!" Teriak Safira yang kini mencebbikkan bibirnya.

Safira memang selama ini selalu meminta abangnya untuk mengerjakan tugas-tugasnya apalagi seperti, matematika dan pelajaran lain yang menghitung. Selintas ia ingat akan sesuatu. Dan sekarang ia menepuk dahinya sendiri.

"Haduhh. Mati nih, gue. Besok kan ada pr fisika! Gue belum kerjain!" Decaknya sambil menyesali perbuatannnya.

"Ngapain sih lo senyum-senyum kek gitu. Gue lagi sedih juga. Lo malah seneng banget. Ish," Protes Safira yang melihat Luna tengah senyum sendiri menghadap ke jalan raya.

Safira : She Is a Good PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang