05 - Gue Punya Nama

128 22 1
                                    

Kita selalu dipertemukan akan suatu hal. Apakah itu tandanya kita berjodoh? Aku harap iya, dan jika tidak aku harap setidaknya kita pernah bersama. Walaupun sebentar.

~~~

Elang terus saja berjalan tanpa menghiraukan panggilan dari gadis itu. Sejak bertemu dengannya di lorong kelas, setelah ia keluar dari toilet saat jam istirahat.

Gadis ini terus mengikutinya. Menanyakan apakah ia sudah memakan bekal darinya, apakah bekalnya enak, apakah ia sudah memfollowback akun instagramnya, dan banyak hal lagi.

Elang muak lalu berhenti dan gadis itu dengan tersenyum sumringahnya berdiri di depan Elang dan kembali menanyakan hal tadi.

"Bekalnya gimana? Enak, kan? Besok mau gue buatin apa?!"

"Request aja gapapa," Tanyanya lagi sambil menaikkan kedua alisnya.

"Nggak usah bikinin bekal lagi!"

"Loh, kenapa? Pangeran nggak suka ya?"

"Iya! Gue nggak suka dan nggak mau makan bekal dari lo!" Tegasnya lalu kembali berjalan.

Safira mengerucutkan bibirnya lalu kembali mengejar laki-laki itu.

"Pangeran, walaupun lo nggak suka bekalnya. Tapi, tetep dimakan, kan?!"

"Pangeran!" Panggil Safira lagi karena Elang terus berjalan dan tak menjawab pertanyaannya.

"Nggak! Gue udah buang bekal lo! Nggak usah buatin gue bekal lagi!" Ungkapnya membuat Safira berhenti berjalan mengikuti Elang.

Dibuang? Padahal itu adalah pertama kalinya ia belajar memasak sendiri dan tanpa bantuan mamanya.

Dan bekal itu sangat spesial, karena sudah ia hias dengan sangat cantik. Tomat berbentuk hati dan telur ceplok di atas nasi goreng. Dia masih ingat itu. Begitu susahnya, ia membentuk tomat berbentuk hati itu.

Safira menghela napas pelan lalu kembali mengikuti Elang dan berusaha menyamai langkah kakinya.
Lalu, saat Safira berhasil menyamakan langkahnya. Ia kembali memanggil Elang dengan sebutan Pangeran.. Pangeran..Pangerann..yang membuat Elang risih mendengarkannya.

Sejak tadi juga ia sudah menjadi pusat perhatian karena tingkah gadis itu dan ia tidak jadi ke kantin gara-gara dia terus membuntutinya.

"Sialan," Umpat Elang pelan.

Safira terus mengikuti Elang, kali ini keduanya memasuki lorong-lorong belakang sekolah. Tempat yang jarang dilewati oleh orang-orang. Sepi dan banyak tanaman liar yang tumbuh di sana. Kemudian, ia segera menyamakan langkahnya dengan Elang begitu ia hampir tertinggal di belakangnya.

"Pangeran! Lo mau kemana sih? Kok nggak berhenti-berhenti! Lo mau bolos ya?" Tanya gadis itu tapi tak mendapatkan jawaban dari Elang.
Kemudian gadis itu kembali memperhatikan sekitarnya.

Brukk...

Elang tiba-tiba berhenti mendadak, membuat Safira meringis kesakitan ketika dahinya bertabrakan dengan punggung Elang yang besar dan kokoh itu.

"Aduh, kenapa berhenti tiba-tiba sih, Pangeran!" Omel gadis itu.

Elang membalikan badannya dan menatap gadis itu dengan tatapan tajam.

"Stop! Mulai sekarang, jangan panggil gue pangeran!" Ucapnya tegas.

Ia berjalan mendekat ke arah gadis itu dengan tatapan tajamnya. Seolah siap untuk menerkam mangsanya. Langkahnya terhenti tepat di depan gadis itu dengan jarak yang begitu dekat.

"Pang-----"

Elang meletakan tangannya pada bibir Safira. Menginterupsi Safira untuk diam. Ia menahan sebelah tangannya ke dinding sehingga tentunya jaraknya dan gadis itu sangat dekat. Safira bahkan dapat merasakan hembusan napas Elang.

Tatapan tajam yang tak dapat diartikan itu membuat gadis itu menutup matanya cukup lama karena laki-laki di depannya itu tidak bereaksi.

"Ngapain lo tutup mata?" Tanyanya yang membuat gadis itu otomatis membuka matanya. Dan saat itulah bola matanya bertemu dengan bola mata bewarna hitam yang selalu menatapnya tajam.

"Gue peringatin sama lo! Berhenti panggil gue pangeran! Gue punya nama! Elang! Ngerti, lo?!" Jelasnya dengan penuh penekanan pada kata-kata terakhirnya.

Lalu, ia menjauhkan wajahnya dari gadis itu dan beranjak pergi. Tapi, gadis itu kembali menahannya.

"Pang-- Elang!" Elang mengangkat sebelah alisnya menunggu gadis itu menyelesaikan ucapannya.

"Jadi, Elang suka makan apa? Makanan favorit lo,gitu," Tanyanya.

"Rese. Masih aja nanyain soal ini," Umpat Elang lalu pergi dan benar-benar meninggalkan Safira.

***

Disebuah pusat pertokoan buku, Safira dan teman-temannya sedang berada disini untuk membeli buku setelah pulanh sekolah.

Lebih tepatnya menemani Safira mencari buku. Sudah lebih dari satu jam, gadis itu masih disini dan tidak beranjak pergi.

"Fir, lo betah banget sih disini! Gue sama Mauren udah keliling satu Senayan lo belum selesai juga milih buku!" Gerutu Luna begitu menghampiri Safira yang masih setia membolak-balikan lembar cover buku.

Kalian jangan salah. Walaupun Safira adalah orang yang terbilang cukup ceroboh. Tapi, ia cukup ahli dalam hal memilih-milih buku yang terbilang bagus. Seperti sekarang! Walaupun memerlukan waktu yang cukup lama.

"Ah, lo pada berisik! Gue belum selesai cari bukunya," Ujarnya yang membuat keduanya menghela napas.

"Mau sampai jam berapa, sih lo milih buku. Lama amat. Gue udah laper!Kalo lo lama banget kayak gini, cuma cari buku doang. Mending tadi gue jalan aja sama Frans," Omel Mauren sewot.

Safira menolehkan kepalanya ke arah kedua sahabatnya yang tampaknya sudah kesal dengannya.

"Ih, kalian ini. Belum lama juga gue milih buku! Udah loyo aja! Kalo kalian capek, mending lo berdua duduk di ujung sana, ada kursi tuh disitu!" Usir Safira dan teman-temannya pun mengikuti saran Safira dan menjauh dari gadis itu yang masih fokus pada buku yang sedang ia cari.

***

TBC#

Jangan lupa follow instagram ini ya, nanti difllbck!

@elangmanggalaa
@safiraalanaa
@zeandavidson
@lalunajessica
@claudiaputri1919

Salam cinta,
Cindy.

Safira : She Is a Good PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang