< sembilan >

18 5 0
                                    

"Ju, kayaknya aku harus pergi" kata Minkyu.

"Hah? Kemana"

Minkyu hanya diam tidak menjawab.

"Minkyu jawab, kenapa diem"

"Aku bingung."

Minju menghela napasnya. "Kamu tega ninggalin aku? Keluarga kamu yang sayang banget sama kamu? Terus temen temen kamu juga, pasti mereka sedih"

Minkyu mulai menundukan kepalanya. "Mereka yang malah pengen aku pergi, Ju"

"Hah?"

"Kalo aku pergi semua bakal baik baik aja"

"Gak. Kamu salah, kamu pergi yang ada semuanya bakal kacau"

Minju meraih kedua tangan pacarnya ini. "Kembali ke tempat kamu semula,"

"Aku yakin kamu bisa dapetin itu," ucap Minju meyakinkan. "Kamu bakal jadi hero nya,"

"Hn?"

Minju senyum, Minkyu bales senyum.

Minju meyakinkan dirinya untuk tidak jadi pergi, maka keputusan Minkyu adalah ia harus bertahan demi orangtua dan Minju.

Minju sudah seperti rumah bagi Minkyu.

Tapi bagaimana jika rumah itu malah tidak ada? Apakah Minkyu akan baik baik saja menerima kenyataan bahwa selama ini Minju hanya bagian dari mimpi panjangnya.








🎯🎯








Junho terlihat kebingungan dan itu berhasil disadari oleh Dongpyo.

"Lu kenapa dah? Kayak cemas gitu" ujar Dongpyo

"Gak, masih kepikiran aja tu script kemana" elak Junho

"Yaelah masih aja dipikirin, yaudah kalo udah ilang mah berarti bagus dong" sahut Minhee.

"Tapi kalo itu ada ditangan yang salah gimana?" tanya Wonjin.

Semua diem, gak ada yang nyautin lagi.

"Eunsang kemana? Kenapa dia kayak menghindar gitu sih dari kita" ucap Minhee.

"Persis kayak Minkyu waktu itu, jarang bareng sama kita" tambah Dongpyo

"Iyaa lu bener," jawab Minhee.

Tiba tiba aja,

Unknow (5)

Eunsang: ada detektif yang waktu itu
Eunsang: mau ngapain lagi ya

Semua bertatapan satu sama lain.

Wonjin: ngumpet aja lah daripada ribet

Minhee: malah makin mencurigakan, gmn sih

Eunsang: serius mau ngumpet??

Junho: lu dimana sang?

"Lah kok cuma dibaca doang sih sama Eunsang?" pekik Dongpyo.

"Tu anak kenapa dah?" tanya Wonjin. "Gue mau cari Eunsang,"

"Gue ikut!" ujar Minhee.

Tersisa Junho dan Dongpyo, mereka tidak terlalu akrab untuk duduk berdua dalam satu ruangan seperti ini.

Baru saja Junho bangun dari duduknya.

"Cha Junho,"

Dongpyo memanggilnya dengan nama lengkap. Junho mengeraskan rahangnya. "Apaan"

"Semalam lu abis ngapain diruangan Minkyu?"

Pertanyaan Dongpyo barusan berhasil bikin Junho kembali duduk, menatap serius pada Dongpyo.

"Maksud lu?" tanya Junho balik.

"Kenapa lu mau jenguk gak bilang kita kita?" ucap Dongpyo.

"Buat apa? Terserah gue lah mau kapan aja jenguk temen gue"

"Temen?" kemudian Dongpyo tertawa sarkas. "Gue liat apa yang lu perbuat malem itu,"

Junho menahan diri untuk tidak tersulut emosinya. "Liat apa? Lu gausah nyebar berita yang lu sendiri gak tau kepastiannya"




















"Gue liat malem itu lu dorong Minkyu dari atap."

Junho menaikan kedua alisnya. "Kayaknya lu salah liat deh? Gue ga pernah dorong Minkyu sama sekali"

"Terus kenapa kalian ada di atap berdua? Kalian debat pula" balas Dongpyo. "Gue curiga waktu lu telat dateng. Ternyata abis bunuh Min—"

"Jaga omongan lu!"

Kini Junho sudah menarik kerah seragam Dongpyo sama seperti yang Eunsang lakukan pada Junho tempo hari.

"Terus kenapa? Lu mau kayak Minkyu?" bisiknya.

Dongpyo tersenyum licik. "Gue lebih penasaran, siapa yang bantuin lu sampe lu se berani itu"

"Ada. Seseorang yang lu bahkan gak akan bisa nandingin dia"

In The Moment -Minju, MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang