06- Go Away

52 12 4
                                    

-ailyn-

"Huaa-aku sangat kenyang. Telurnya enak kak." Ara menepuk-tepuk perutnya. Aku hanya tersenyum dan membereskan kotak bekalku.

"Itu telur buatan nenekku. Masakannya memamg selalu enak." Aku mengingat beberapa makanan yang nenek sajikan untukku. Semua makanan yang nenek olah dengan tangannya memang selalu enak. Bagiku nenek adalah koki terhandal di muka bumi ini. Meskipun makanan yang ia buat kebanyalan adalah makanan tradisional, namun rasanya tak bisa tersaingi oleh makanan modern.

"Kukira kakak yang memasaknya."

Aku menyengir dan menggeleng. "Kakak tak bisa memasak seenak ini. Kalaupun enak, itu pasti kebetulan."

Ara hanya menanggapi dengan anggukan. Aku melanjutkan membereskan kotak bekalku serta remahan remahan yang tadi terjatuh di jalan.

Aku memungut beberapa nasi yang tersisa di dekatku. Di saat aku hendak mengangkat tanganku untuk membuang semua kotoran ini di sampah, tanganku terasa tertahan. Ara menyenderkan kepalanya pada bahuku.

"Ara apa kau lelah?" Aku menempelkan telapak tanganku pada dahi Ara untuk mengecek suhunya. Takut jika ia demam.

"Tidak. Aku hanya ingin bersandar disini sambil melihat bintang bintang diatas." Ara menyingkirkan tanganku dan digenggamnya dengan erat. Sepersekian detik, Ara melemparkan tatapan padaku. Aku tak bisa mengartikan arti tatapan itu.

"Ada apa Ara?"

Ara mengurai genggamannya dan beralih memelukku.

"Ehh," aku benar-benar tak mengerti dengan tingkah laku Ara.

"Akan kuceritakan tentang dia padamu," Ucap Ara tiba-tiba. Pelukannya semakin kencang, hingga membuatku sedikit susah untuk bernafas.

"Kau ini kenapa Ara?" Aku mencoba mengurai pelukan Ara. Namun Ara malah memelukku lebih erat.

"Dia adalah mantan narapidana. Dia pernah membunuh beberapa wanita dan anak-anak. Aku sangat takut kak."

Ara mulai sedikit menguraikan pelukannya. Kepalanya masih setia menyender di bahuku.

"Dia? Siapakah dia?" Tanyaku pada Ara agar mengerti siapa yang ia maksud.

"Fredick, pamanku."

"Fredick?" Telingaku terasa panas saat mendengar nama itu. Nama yang pernah mengisi sederet kesedihan di hidupku. Kenangan itu, satu persatu muncul tersusun rapi di otakku. Fredick, orang yang selalu menganiaya diriku. Aku ingat, disaat umurku menginjak 6 tahun, Fredick pernah mencabuliku.

Aku menutup telingaku erat. Saat kudengar namanya, ingatan buruk selalu datang. Aku tak ingin mengingat namanya. Orang yang telah merebut ibu dariku.

"Fredick? Pamanmu?" Jika memang benar itu adalah Fredick, kekasih ibu, apakah ia berselingkuh dengan ibu Ara? Ku harap itu bukan Fredick Elton Yugaward. Pria keji nan bejat yang telah mengajakku untuk menikmati hidup layaknya di neraka.

"Iya. Dia selalu memberiku makanan sisa dan memaksaku tidur di dalam keranjang yang sempit."

Mataku membelalak tak percaya tatkal mendengar pengakuan dari Ara. Kisah ini pernah kualami sebelumnya ketika aku masih tinggal bersama Fredick.

"Disaat aku menangis, paman selalu berkata aku akan mati jika paman mendengar aku menangis."

Mulutku menganga tak menyangka. Kisah ini sangat mirip dengan kisahku dengan Fredick. Fredick selalu memaksaku untuk tidur di dalam koper kecil. Dan ketika ia mendapatiku menangis, ancaman yang Ara dengar juga kudengar dari mulut pria itu.

CAN I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang