Sudah seminggu Vasco menyimpan sendiri teka-teki tentang dirinya.
Dia ingin bertanya, namun dia juga bingung harus bertanya kepada siapa?
Apakah dia harus bertanya ke Ayahnya yang selalu memanjakannya dan sering menghabiskan waktu bersamanya?
Apakah dia harus bertanya ke ibunya?
Vasco belum siap melihat reaksi Ibu dan Ayahnya.
Tapi di sisi lain, pertanyaan dari pria yang bernama Johan itu terus mengiang di ingatannya. Dan dia ingin tahu kebenaran tentang siapa dirinya.
Rasa ingin tahu Vasco tentang dirinya sudah memuncak, sehingga dia mencari jalan lain.
Sore ini, Ibunya ke tempat nasabah untuk mengambil dokumen klaim.
Kesempatan ini membuat Vasco memberanikan diri membuka lemari kerja ayahnya yang tak jauh dari meja belajar mereka.
Setelah membuka beberapa berkas, dia menemukan akte lahirnya dan buku akte nikah ayahnya Aji dan Isti. Dan dia juga menemukan surat penetapan pengadilan. Hal ini semakin membingungkan bagi Vasco.
Perlahan dia mencoba mengurutkan tanggal pembuatan:
1. Tanggal lahir dirinya sendiri.
2. Tanggal akte nikah ibu dan ayahnya
3. Surat penetapan pengadilan
4. Tanggal pembuatan pada Akte lahirnya.
Vasco merasa janggal dari semua dokumen yang dibacanya, lalu dia menyimpulkan, 'aku sudah ada sebelum pernikahan ibu dan ayah'.
Apakah dia anak yang di adopsi oleh ayah dan ibunya?
Isi kepalanya semakin banyak pertanyaan yang ingin dia lontarkan, dan hal ini membuatnya pening. Vasco kembali ke kamar dan dia menatap ponsel, dia melihat foto keluarga nya.
'Aku siapa?' batin Vasco.
'Aku harus segera menuntaskan masalah ini, apapun reaksi ibu dan ayah.' lanjutnya dalam hati.
Tidak seperti yang kemarin-kemarin, kali ini Vasco lebih diam.
"Nak, kamu baik-baik aja?" tanya Aji saat hendak duduk di meja makan. Dia menyempatkan menyentuh kening anak pertamanya.
"Baik Yah" jawab Vasco singkat dan menatap ayahnya.
"Ada masalah?" lanjut Aji.
Vasco hanya menggeleng dan memaksa senyum.
"Cinta ditolak? Broken heart?" tanya Aji lagi.
Vasco tersenyum dan menggeleng lagi.
Celoteh Nesa selalu meramaikan suasana, Vasco yang biasa ikut menjahili adiknya, kali ini dia lebih banyak diam, hanya menjawab singkat jika ada pertanyaan yang ditujukan padanya.
Sekitar pukul 20.30 Nesa dan Valdi memasuki kamar masing-masing.
Aji dan Isti hendak melangkah ke kamarnya, namun Vasco yang masih berdiri di ruang keluarga memanggil.
"Ayah!"
Aji pun menoleh ke Vasco begitu juga dengan Isti.
"Iya nak?!" balas Aji dengan suara beratnya dan mendekati Vasco. Isti juga menghentikan langkahnya, bersandar di sisi sofa.
"Emmmmm......Vasco mau kalo sekolah naik motor aja." Vasco berusaha mencari topik pembuka.
"Kenapa?" tanya Aji.
"Vasco pengen aja, pengen naik motor, biar nggak macet."
"Vas, kita uda bahas masalah ini kan? Kalian berangkat bareng, ntar pulangnya Pak Im sekalian jemput Valdi renang atau jemput Nesa menari. Lebih hemat dan lebih efisien." ujar Isti.
KAMU SEDANG MEMBACA
#6 ART OF LIFE (TAMAT)
RomanceLebih baik baca 'Cinta Yang Berliku' dulu ya.....