Bab 6

9.3K 624 102
                                    

Rabu

'Mbak Vit, aku ke kantor pusat dulu. Disuruh Almarhum ambil soft copy New SOP ' isi pesan Nesa kepada Vita.

Nesa mengetuk pintu.

"Masuk!" pinta suara berat dibalik pintu.

"Pagi Pak, saya mau copy file..." ucap Nesa saat memasuki ruangan.

Dia berdiri di depan meja, sedangkan Alvaro duduk sambil menatap lekat sosok Nesa.

"Kamu uda makan Queen?"

'Tanya makan mulu, tapi nggak di traktir.' kata Nesa dalam hati.

"Sudah Pak...."mau tak mau Nesa harus menjawab.

Alvaro berdiri, dia berjalan medekati Nesa, dan berdiri tepat di belakang Nesa.

'dia ngapain di belakangku?

Nesa bisa merasakan hembusan nafas Alvaro di lehernya membuat beberapa bagian tubuhnya merinding. Tubuhnya tegak dan kaku.

'ini apalagi Ya Allah....'

"Lain kali rambutnya di gerai aja Q..." suara berat Alvaro berbisik di telinga Nesa.

"Ke-Kenapa Pak? Bukannya Peraturan Company mengharuskan rambut dikuncir atau dicepol? supaya rambut tidak mengganggu aktivitas kita...." sahut Nesa dengan kaku, jantungnya berdetak kencang karena gugup.

'Lehermu mengganggu konsentrasiku' batin Alvaro. 

Lalu pria itu duduk di sudut meja, jarak mereka sangat dekat, Alvaro menatap lekat wajah Nesa dari samping. Nesa hanya menunduk sesekali melihat Alvaro, mata mereka saling bertabrakan, lalu gadis itu menunduk lagi.

"Kalo rambutmu dikuncir, kamu terlihat lebih tua. Kamu nggak mau di sebut 'muka boros' kan?!" Alvaro mencoba mencari alasan.

'Tuhan...di mulutnya ada apanya ya?! kok kalo ngomong pedes amat...bikin hati panas...' Nesa hanya mampu membatin, gadis itu ingin mencabik dan mencakar mulutnya.

"Gitu ya Pak? Terima kasih atas sarannya, besok saya gerai...." jawab Nesa berusaha sabar.

"Bagian depan di jepit, supaya nggak ke depan kalo nulis..."

'Tauuuuuuu Pak.....lemes amat mulutnya'.

"Iya Pak.."

"Mana Flashdisc nya?" tanya Alvaro yang masih menatapnya.

Nesa tak menjawab, dia membuka tote bag nya dan mengambil FD, lalu meletakkan di tangan Alvaro yang sedang menengadah.

'Aku ingin menyentuhnya' Alvaro membatin saat merasakan telapak tangannya menerima FD dari Nesa. Tapi sayangnya mereka tidak bersentuhan sama sekali.

Alvaro kembali duduk di balik mejanya, setelah menyalin file, dia memberikan FD dengan meletakkan FD di meja, tepat di depan Nesa berdiri.

"Terima kasih....Ada lagi Pak?" tanya Nesa dengan menatap wajah Alvaro.

"Maksudnya apa?" Alvaro balik bertanya.

"Maksud saya, nggak ada lagi yang dibawa ke KPM? supaya nggak bolak-balik...."

"Sementara belum ada, nanti kalo saya ingat, kamu mau kan balik lagi ke sini?!"

'APA?! Emang aku nggak ada kerjaan?! Dokumen numpuk Piiiaaakkkkkkk....' lagi-lagi Nesa hanya berani menggerutu dalam hati.

Nesa tersenyum paksa dan berkata, "Iya Pak, ntar Bapak telpon kantor aja..."

"Emang harus telpon ke kantor?! Kalo aku WA atau telpon ke ponselmu nggak boleh?"

#6 ART OF LIFE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang