Semangat hari ini begitu besar karena ini adalah hari pertamaku memasuki Sekolah Menengah Akhir (SMA). Suasananya berbeda sekali dengan sekolahku dulu saat masih menduduki bangku SMP, semua terlihat berbeda kecuali aku yang masih terlihat sama untuk menikmati dunia.
Aku mengawalinya dengan senang sekali menikmati seragam baru yang aku pakai saat ini. Tapi aku merasa sedikit sedih karena salah satu dari temanku tidak satu sekolah denganku. Ia adalah Beni. Dia memasuki sekolah terbaik di desa ini. Impiannya sudah terwujud, kami tetap masih bersama kalau sudah selesai bersekolah. Tetap saja begitu.
Harapanku kali ini dengan memasuki sekolah ini untuk menjadi yang terbaik dan melampaui kakakku yang berpredikat baik di sekolah. Aku tak ingin menghancurkan masa-masa sekolahku dengan berperilaku negatif. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk menjadi yang terbaik. Mulai dari awal aku memang bertujuan untuk memasuki grup sastra disini. Karena ini adalah kesempatanku untuk belajar membuat karya hebat seperti kakakku.
O ya memang terkadang aku meminta untuk diajari kakak belajar Bahasa yang baik. Terutama tentang karya-karya yang sangat indah. Sangat menyenangkan memang belajar karya sastra. Menurutku semua karya adalah hal yang terbaik yang telah di ciptakan oleh sastrawan, seniman, musisi, dan lainnya. Kakak memberitahuku tentang semua itu. Walau hanya sedikit saja tapi bagiku itulah hal yang terindah ketika aku melihatnya.
Semasa sekolahku saat ini sangatlah berbeda. Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan sampai melewati tahun. Aku mulai mencari tau apa itu karya seni. Juga mencoba membuatnya sesekali aku mendapat inspirasi. Karena inspirasi itu datang secara tiba-tiba dan tak perlu dicari. Maka aku selalu membawa buku kosong untuk mencatat tiap kata-kata yang aku temukan.
Pernah sesekali aku berdiam diri di tengah sawah untuk menyegarkan pikiranku yang sangat rumit karena pelajaran sekolah. Aku merenung memandangi tiap sudut sawah dan sungai kecil yang dibuat untuk perairan sawah. Secara tiba-tiba inspirasi itu datang begitu saja. Aku tak menyangka kalau inspirasi sehebat ini untuk di temukan. Bahkan aku suka berjalan sendirian saat aku sedang bosan sekali dirumah. Kakak yang mengerti itu sangat memahamiku bahwa aku sedang merasa bosan dan butuh kesegaran otak.
Bahkan saat perjalanan renunganku, aku mendapatkan suatu puisi tentang para petani yang sedang menggarap sawahnya. Aku menuliskannya dengan lancar tanpa memikirkan apapun yang menghadang otakku.
Petani
Kuberi genggam tangan melapang
Diperantauan kebun berladang
Kicau burung bersautan
Tentram penuh kesunyian
Petani yang mengeruk tanahnya
Ditengah terik panas penuh canda
Tanpa lelah jari tangannya
Dipenuhi benih cinta
Kira-kira seperti itu puisi yang kudapatkan dalam perjalananku sendirian. Aku memberitahu kakakku bahwa aku sudah dapat membuat puisi. Itu sangat mengagumkan untuk membuat kata-kata menjadi bait puisi yang berima.
"Kak aku sudah bisa seperti kakak. Membuat puisi sepertimu sangatlah mudah." Ujarku memerkan puisiku.
"Wah bisa-bisa kamu melampaui kakak ini." ujarnya menghiburku.
"memang haruslah aku melampauimu." Ujarku meledeknya.
Sepertinya dia mulai membanggakan aku yang telah berkembang saat memangku sekolah menengah akhir ini.
Dalam hal ini aku semakin kelaparan dengan mencari-cari imajinasi. Aku selalu membaca buku dari penyair-penyair terkenal yang ada di dunia. Seperti halnya aku menjadi Chairil Anwar salah satu penyair yang ada di negeriku ini. kisahnya memang menyedihkan namun aku sangat mengagumi karyanya. Aku sempat berpikir akan menjadi sepertinya. Namun aku tak ingin karena untuk menjadi diri sendiri dengan bebas adalah hal yang terbaik daripada aku memaksakan untuk menjadi orang lain dan malah menjadi gagal.
Masa-masa sekolahku selalu kulewati dengan membaca buku-buku dari penulis terkenal. Aku tak mau melewatkan masa ini dengan hal yang tidak begitu berarti menurutku. Aku hanya ingin terus menjalani hidup seperti ini. Walau kadang aku merasa bosan untuk membaca dan aku akan berhenti membaca untuk sementara waktu. Kembali dengan urusan duniaku untuk berkumpul dan bercengkrama dengan dunia dan juga teman-temanku.
Hal ini tak berlansung lama karena waktu sekolah hanyalah 3 tahun untuk menempuh pendidikanku. Selanjutnya aku memang harus bekerja atau menlanjutkan pendidikanku ke jenjang perguruan tinggi.
Aku tak perlu memikirkan lebih dalam, karena keputusanku ada di dalam diriku sendiri. Aku ingin menikmati kebebasan dulu setelah aku melewati sekolah menengah akhir ini. entah harus membantu ayah atau membaca lebih banyak buku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Layang-layang
General FictionArya hanyalah anak kecil yang bermimpi ingin terbang seperti layang-layang. Ia tumbuh besar ditemani dengan kebahagiaan yang ia alami saat-saat ia menjalani kehidupan yang telah ia jalani. Namun ketika ia beranjak dewasa masalah mendatanginya. Bukan...