15 ● komposisi hujan: 20% air 80% kenangan

725 155 22
                                    

[ EGIS POV ]

"nih, lo ganti di kamar gue." jay memberikan celana training serta kaos berwarna coklat muda.

gue menerimanya walau dengan ragu. "gue salin pake ini?"

jay seperti mengerti kecanggungan gue, dia membuka pintu kayu putih itu. "lo maunya pake karung goni sama daun pisang?"

karena sebel sama omongannya barusan, gak sadar gue ngentakin kaki langsung masuk dan menutup pintu gitu aja.

padangan gue menyapu seisi kamar yang terkesan simpel. sepertinya jay menyukai warna putih dan navy, itu tertuang pada cat dinding kamarnya serta beberapa furniture yang juga memiliki warna senada. kamar jay terlihat aesthetic, tapi percuma aesthetic kalo malaikat enggan masuk mah buat apa, ya kan?

gue selesai mengganti seragam gue dengan pakaian jay. gue perhatiin celananya kepanjangan dan kaos yang membalut tubuh gue terlihat kedodoran di badan gue. ditengah gue lagi ngerapihin pakaian, pendengaran gue terusik sama suara berisik yang bersumber dari sebelah kamar jay.

👦: adek jangan bandel, nanti ditembak sama pak polisi lho!"

👶: "ya kalo ditembak tinggal nino terima ajalah, bang."

👦: "...."

gue yang penasaran pun membuka pintu lalu berjalan keluar dari kamar jay. karena pintu sebelah kamar jay gak ditutup gue bisa langsung ngeliat si jay dengan wajah frustasi sedang memarahi nino yang tengah duduk di tepi ranjang.

nino menoleh karena menyadari eksistensi gue yang berdiri diambang pintu masuk kamar ini. "ka egis!" pekik nino sumringah menatap gue.

"kalian saling kenal?" jay bertanya seraya memperhatikan gue dari atas sampe kaki, dia sepertinya memperhatikan pakaian yang tengah gue pake, bikin gue kikuk sendiri.

gue menggaruk pipi yang sebenernya gak gatel. "eum... jake yang ngenalin gue ke nino," jawab gue singkat, dahi jay berkerut samar. enggan membahas lebih lanjut gue mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, "jay, lo kenapa marahin nino?"

"gue dapet telpon dari baby day care katanya nino pulang sendiri dari sana. pas gue cari ini bocah malah lagi ngumpet di dalem lemari sambil ngegadoin mie mentah." jay mendengus balik natap nino lagi.

"nino laper, " sahut nino makin cemberut. "lagian, siapa suruh nino terlahir jadi manusia? kenapa nino gak jadi singa aja biar bisa makan daging barongsai."

"kak egis bisa noh masak makanan singa," ujar jay yang membuat gue berjengit mendengar ucapannya.

"kalo gitu ayo kak kita bikin makanan singa," heboh nino beringsut dari kasur menghampiri gue dangan mata yang berbinar.

nino narik-narik tangan gue dengan langkah kecilnya membawa gue keluar dari kamar ninggalin jay yang gue yakin dia masih cekikian di sana. dengan pasrah gue mengikuti tarikan nino yang ngebawa gue berjalan ke arah dapur.

sesampainya kita di dapur, gue geleng-geleng nolak keras yang bilang nino mau ngabantuin gue. "biar kak egis aja nino tunggu di sini aja oke," titah gue lembut sambil menggeser kursi dari meja makan.

nino senyum mengambil duduk anteng di kursi seraya melipat tangannya di atas meja makan. sedangkan gue yang bingung memijat pangkal hidung karena ini bocah minta makanan singa?

Uncle's Girlfriend | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang