4 - Bertemu

6.3K 603 42
                                    

Saat itu Dira berada di meja makan dapur. Sibuk menghitung jumlah uang yang ia dapatkan dari hasil berjualannya hari ini.

"Alhamdulillah, dapet uangnya selalu memuaskan." Ujar Dira tersenyum puas, lalu menatap Mamanya yang sedang menyusun wadah bekas jualan Dira tadi.

"Alhamdulillah kalo gitu," Balasnya tersenyum dan duduk di samping anaknya. "Nanti udah mulai Kuliah 'kan?"

Dira mengangguk. "Ma, gak apa-apa 'kan kalo Dira pake sebagian uang ini untuk bayar buku-buku materi Kuliah?"

"Ya tentu boleh, sayang. Pake aja semuanya kalo bisa. Jangan sampai kamu nunggak uang untuk buku itu. Syukur-syukur udah dapet Beasiswa."

Dira menghitung uang itu lagi, setelah itu di baginya menjadi dua dan ia beri kepada Sinta. "Gak Ma. Dira ada sebagian uang yang Dira kumpul kok," Ujarnya tersenyum. "Ini untuk Mama tabung aja, siapa tahu ada keperluan mendesak."

Sinta hanya bisa menerima uang itu dengan tersenyum hangat. Hidupnya memang sangat berkecukupan, tetapi ia tak menyesali itu. Bisa di katakan ia sangat bahagia. Bahagia bisa mempunyai anak yang begitu baik, penurut, dan juga cerdas.

"Yang rajin ya sayang Kuliahnya nanti. Mama cuma berharap kamu cepat sukses dan bahagia selalu."

"Aminnnn. Tentu dong, Ma. Bahagianya Dira 'kan, bahagianya Mama." Dira langsung memeluk Mamanya itu dengan senang. Ah, pelukan Ibulah yang paling membuatnya bahagia melebihi apapun.

"Kapan nih kamu ajak pacar ke sini? Masa ganteng-ganteng gini belum ada yang punya." Ujar Sinta lalu terkekeh pelan.

Dira melepaskan pelukannya dan menatap Mamanya cemberut. "Dira belum mau pacaran Mama."

"Oh ya? Terus orang yang suka jemput kamu itu siapa?"

"Lucas? Itu temen Mamaku..." Jawab Dira malas. "Lagian, dia udah pacaran sama Ryn."

Omong-omong, Lucas dan Ryn adalah sahabat dekat Dira di Kampus.

Mamanya hanya mengangguk. Tetapi, ia teringat akan satu hal. "Terus, Cowok yang suka kamu bilang itu siapa sayang? Yang suka beli sarapan itu?"

Ucapan Sinta membuat Dira teringat akan Cakra. Ah, dia memang menceritakan tentang Cowok yang suka beli sarapan di tempatnya.

Tetapi, bukan berarti ia suka.

"Ih, Dira 'kan cuma cerita kalo ada Cowok ganteng yang suka beli sarapan tempat kita. Bukan berarti Dira suka tau!"

"Iyain aja deh, iya.." Goda Sinta membuat Dira merengut masam.

"Udah ah, Dira mau siap-siap ke Kampus dulu."

Sepeninggalnya Dira, Sinta hanya bisa tersenyum puas melihat anaknya yang kesal dan cemberut lucu. Baginya Dira bak anak kecil yang sangat menggemaskan, ia tetap menganggap Dira anak yang lucu walaupun postur tubuh dan wajah begitu maskulin.

Sinta hanya bisa berdo'a jika suatu saat Dira akan bahagia. Bagaimana pun kondisi anaknya saat ini.

Mencintai seseorang, baik Wanita ataupun Pria. Dira tetaplah Dira, anak kandungnya yang begitu istimewa dan nyata. Harta berharga melebihi emas dan permata.

*****

Dira yang baru saja dari ruangan Dosen pun berlalu, ia menuruni anak Tangga untuk pergi ke Perpustakaan pusat Kampus. Tetapi, sialnya ia melupakan satu buku yang tertinggal di ruangan Dosen tadi akibat terlalu banyak buku yang ia bawa. Mau tak mau ia harus kembali naik.

Dira menaiki anak tangga satu persatu, sesampainya lantai atas ia terdiam sejenak karena teralu capek. Naik dan turun anak tangga itu sangat melelahkan, guys!

1st See U (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang