14 - Pahit

3.8K 407 7
                                    

Cowok yang sedang menggenggam sebuah surat hasil kelulusan SMP itu nampak bahagia dan berseri-seri. Hari ini ia akan memberi kejutan itu kepada sang Papa dan Mama, memamerkan semua nilai yang telah ia dapat.

Hari itu juga, ia akan memberikan sebuah rahasia yang sangat ia tutup-tutupi. Ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri dan ia tak mau menutupi ini lebih lama---apalagi kepada kedua orang tuanya.

Dira, Cowok yang nampak bahagia itu berjalan ke ruang tengah. Di mana Papa dan Mamanya tengah duduk di sofa sembari menanti sang anak.

"Papa, Mama, Dira lulus dengan nilai memuaskan!"

Mendengar itu membuat mereka sangat bahagia, apalagi Papanya yang tak lepas menatap nilai yang begitu sempurna. Anaknya memang sangat pintar.

"Papa dan Mama tau? Dira juga bisa masuk ke SMA unggulan tanpa jalur tes!"

Mamanya begitu senang, lalu memeluk anaknya itu dengan perasaan penuh haru.

"Kamu anak yang terbaik Dira, Mama gak meragukan kecerdasan otak kamu. Kamu kebanggaan Mama dan Papa."

"Iya nak, Papa sangat bersyukur mempunyai anak seperti kamu."

Melihat raut wajah bahagia itu, membuat Dira meragu. Akankah ia menghancurkan kebahagiaan itu sekarang? Sepertinya jangan sekarang, Dira putuskan untuk memberitahu saat makan malam saja.

Lalu, setelah makan malam...

"Pa, Ma, ada yang mau Dira bicarakan."

Andra---Papa dari Dira itu menoleh, begitupun dengan Sinta. Menatap anak sulungnya yang terlihat tenang namun serius.

"Ada apa sayang? Kayaknya serius." Tanya Sinta.

Dira menghembuskan nafasnya, mengatur deru nafas itu agar ia tak gugup dan gerogi.

"M-maaf sebelumnya buat Mama dan Papa kecewa. Cuma D-Dira gak bisa nutupi ini karena Dira sayang sama kalian.."

Andra dan Sinta saling menatap, tak mengerti maksud sang anak.

Dira pasrah. Apapun yang terjadi setidaknya ia sudah jujur kepada kedua orang tuanya.

.

.

.

.

.

"Ma, Pa, maaf. Dira gay, Dira menyukai orang yang sama jenisnya seperti Dira. Maaf." Dira menunduk sangat dalam.

.

.

.

.

.

Hening seketika, kedua orang tua itu nampak shock setelah mendengar penuturan anaknya.

"Jangan bicara asal Dira! Kita lagi makan. Tatap mata Papa!" Ujar Andra tegas.

Dira meragu, tapi tetap mengangkat kepalanya. Bisa ia lihat raut wajah kecewa dari kedua orang tuanya.

"K-kamu lagi becanda kan nak? Iya kan?" Desak Sinta.

Dira menggeleng. "Nggak Ma, Dira gak bohong. Dira harus jujur karena kalian kedua orang tua Dira. Dira gak mau bohong tentang masalah ini. Cuma kalian satu-satunya keluarga yang paling Dira say---"

Brak!

Dira dan Sinta sama-sama terkejut. Andra baru saja menggebrak meja makan dan berdiri mendekati Dira.

1st See U (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang