26 - Menyesal

3.3K 322 50
                                    

Mobil itu melaju dengan kencang, Membuat sang empu merasa was-was karena ulah si penyetir.

"Cakra, jangan bawa ngebut!" Mengidahkan peringatan itu, Cakra tetap memacu pedal Gas dengan kuat.

"Cakra!!"

Bentakan itu membuat Cakra menepikan Mobilnya. Tentu ia marah, bukan karena Cowok yang bernama Nicholas itu saja yang membuat amarahnya memuncak, namun ia juga marah terhadap Dira. Mengapa Cowok di sampingnya itu tak pernah menceritakan perihal yang terjadi.

Cakra menatap tajam lurus, nafasnya sedikit naik turun. Membuat atmosfir begitu mencekam. Dira memilih bungkam karena ia pun tak tahu harus berkata apa.

"Kenapa gak cerita?"

Dira menoleh, melihat Cakra yang enggan menatapnya.

"Aku butuh waktu, aku mohon ngertiin aku Cakra." Ucapan pelan nampak seperti memohon.

Cakra mendengus. "Butuh waktu? Itu kata kamu? Atau kamu gak mau cerita karena kamu masih cinta sama dia?"

Tebakan itu tentu membuat Dira kaget. Apa alasan Cakra berkata seperti itu?

"Kenapa kamu bisa bilang kayak gitu?" Tanya Dira tak percaya.

"Aku lagi nanya kenapa kamu balik nanya? Aku bilang, kamu masih cinta sama Cowok tadi? Iya? Itu juga alasan kamu gak mau cerita sama aku karena kamu masih cintanya sama dia." Cakra kalut, ia tak bisa mengontrol emosi dan ucapannya.

Baiklah, ini sudah di luar dugaan. Dira tahu jika Cakra sedang marah, tapi tidak seperti ini. Menuduhnya dengan sembarangan.

"Aku gak tau pemikiran itu bisa muncul dari mana, tapi itu terserah kamu," Dira menatap Cakra. Tatapan yang mungkin bisa di artikan sirat kekecewaan, mungkin?

"Sekarang gini, kalo aku masih cinta sama Nicholas, untuk apa aku bersih keras minta putus sama dia? Oke, dulu saat aku bilang putus, rasa sayang itu pasti masih ada. Tapi waktu terus berjalan, daun yang menghijau pun akan berubah kering, dan rasa yang aku punya pasti berubah."

Cakra yang mendengar itu mendadak diam membisu, seakan-akan jiwanya telah kembali. Cakra sadar, bahwa ia telah salah berbicara. Ia hanya bisa merutuki mulutnya yang asal gamblang.

"Sekarang, aku paham. Gangguan dalam hubungan yang pernah kamu bilang, sekarang telah di mulai. Dan kamu sendiri yang memulainya, kamu gak percaya sama aku. Aku, berusaha menahan cerita dahulu karena aku menghargai kamu sebagai... Pacar aku sekarang."

"....."

"Yang perlu kamu tau Cakra, hidup itu tentang sekarang dan masa depan. Soal masa lalu yang gak pernah aku bicarakan karena aku bener-bener gak peduli dan anggap itu sudah berlalu,"

"....."

"Aku turun, aku mau kamu ngerti apa yang sudah aku dan kamu perbuat. Assalamualaikum."

Setelah itu Dira keluar dari Mobil, membiarkan Cakra yang masih membeku di tempatnya. Mencerna setiap perkataan yang keluar dari mulut Dira.

Ya, Dira pasti kecewa karena ucapannya. Dan seharusnya ia tak mementingkan masa lalu Dira, karena masa sekarang Dira telah menjadi pacarnya. Dira adalah miliknya.

Cakra paham, alasan Dira tak ingin mengatakan yang sebenarnya. Ia hanya ingin menghargainya, sebagai seorang pacar.

"Wa'alaikumsalam.."

Cakra hanya bisa menyesal.

*****

Hari pun berlalu, dan cukup menjadi pelajaran buat Dira, begitu pun dengan Cakra. Karena bagaimanapun, dalam sebuah hubungan selalu ada rasa pengertian dan percaya. Agar hambatan dan gangguan yang menerjang akan tetap kokoh, tak menghiraukan pengaruh eksternal.

1st See U (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang