37 - Pergi

2.6K 260 60
                                    

Baru kali ini, rasa ingin memiliki begitu dalam bagi Cakra. Baru kali ini, rasa tak ingin kehilangan yang Cakra rasakan. Dan baru kali ini, Cakra tak ingin melepaskan sosok yang begitu ia cintai.

Cakra begitu cinta dengan sosok Dira. Terlepas gender yang sama, Cakra tak memperdulikannya. Biarlah ia di anggap aneh, tidak waras dan semacamnya. Karena memiliki sosok Dira adalah sebuah kebahagiaan baginya.

Rasa menyesal, kecewa, marah, dan sedih menjadi satu dan itu tidaklah mengenakan. Karena rasa itulah yang membuatnya susah untuk pergi ke alam mimpi, tidak fokus dalam setiap perkuliahan.

Cakra tak mau berdiam lagi, ia harus mengakhiri semua yang terjadi dan ia harus meyakinkan Dira bahwa ia sangat seserius itu. Ia tidak mau membuat Cowok itu sedih lagi.

Cakra berjalan menuju lorong Rumah Sakit, karena saat itu ia pernah datang untuk mengantar Dira yang tidak sadarkan diri. Beruntung Cowok itu hanya mengalami sakit yang tak begitu parah dan di tangani dengan cepat.

Sesampainya ia di depan ruangan dimana Dira di rawat, Cakra membukanya. Namun alisnya mengerut karena ruangan ini kosong tanpa sosok Dira. Kemana Cowok itu?

Cakra berbalik saat ada derap langkah di dekatnya, sosok Suster yang sedang melewati dirinya.

"Permisi, Suster. Mau tanya, orang yang di rawat di sini kemana ya?" Tanya Cakra.

"Oh, pasien sudah pulang kurang lebih dua jam yang lalu Mas."

Cakra terdiam sejenak, lalu ia mengangguk dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Dira sudah pulang tandanya ia sudah sembuh bukan? Jadi Cakra putuskan untuk kembali walaupun rada kesal, ya gimana gak kesal... Dira tidak mengabarinya.

Ya, si Masnya gimana sih... Orang sakit emang sempet main HP? Lagian situ masih di musuhin Dira kali.

Jarak Rumah Sakit menuju Rumahnya memakan waktu dua puluh menit. Namun sesampainya ia di rumah kecil milik Dira, yang ia lihat hanya kesunyian tanpa ada orang. Oh, harusnya Cakra mengetuk pintu dulu untuk memastikan.

Cakra menuju Rumah itu, lalu ia mengetuk pintu. Hening, Cakra tak menyerah dan tetap mengetuk pintu Rumah itu.

Masih hening.

Rasa kesal dan marah telah menguasai diri Cakra, mengapa untuk bertemu saja sangat sulit? Cakra tak kehabisan akal dan ia menghubungi nomor milik Dira.

Namun usaha yang di lakukan pun sia-sia, Cakra tak mendapatkan jawaban dari nomor pemilik. Cakra menggeram dan meninju dinding Rumah milik Dira.

"Arrghhhh!!" Beberapa kali ia meninju dinding itu pun tak akan memperbaiki suasana, yang ada hanya menyakiti diri sendiri. Tangan Cakra memerah dan terdapat darah di bagian kulitnya.

"Kenapa harus susah cuma buat ketemu kamu, Dira." Cakra masih tidak puas dan kembali meninju dinding itu.

Entah kemana Dira pergi saat ini, yang ia pikirkan Dira pasti bersama sahabatnya itu---Ryn atau Lucas. Karena merekalah yang dari awal tidak mengizinkan dirinya untuk bertemu Dira. Ya, Cakra harus menemui pasangan itu.

*****

"Dira, kamu masih inget 'kan sama aku?"

Dira memutar kedua matanya malas, sudah berapa kali pertanyaan itu di lontarkan oleh Ryn. Tolonglah, Dira itu memang lagi depresi tapi bukan berarti ia itu amnesia.

"Iya inget, kamu itu kupu-kupu." Dalam hati Dira ingin menambah kata 'malam' di bagian akhir, tapi tidak jadi karena ia takut.

Dira juga sudah tahu Ryn bar-bar masih aja di ladenin.

"Udah sayang, nanti Dira makin gila kalo kamu tanya-tanya mulu." Sahut Lucas.

"Itu mulut aku jahit enak kali ya." Sindir Dira, tidak usah di perjelas juga kata 'gila' nya.

1st See U (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang