I8. minggu pagi

650 173 1
                                    

minggu merupakan hari sakral bagi keola, dalam 7 hari, hanya pada hari minggu ia bisa benar-benar beristirahat. makanya, setiap hari minggu setelah pulang dari gereja ia akan langsung berbaring lelap di kasur.

sayangnya minggu kali ini berbeda, kedua orang tuanya sedang pergi berlibur ke luar kota sehingga tak ada yang memasak sarapan pagi ini.

maka kali ini ia terpaksa harus keluar rumah untuk membeli sarapan.

keola menutup pagar rumah cepat sebelum akhirnya berlari menuju warung nasi uduk di dekat rumahnya. wajar saja berlari, ini sudah jam 9, ia takut kehabisan dan berakhir menahan lapar sambil menunggu ojol go-food.

gadis penyandang nama maheswari itu terengah-engah sampai di depan warung.

"mas, nasi satu, gak pake sambel, kerupuknya yang banyak, sama es teh manis satu," pinta gadis itu sembari berusaha menarik nafas pelan-pelan.

mas penjual nasi uduk itu langsung mengangguk dan mulai membuatkan nasi uduk. sementara keola kini mulai memilih tempat duduk yang tidak terpakai.

rahang gadis itu terjatuh lebar, bersamaan dengan pria yang juga sedang menganga terkejut. keduanya beradu tatap sejenak.

keola mengumpat keras dalam hati. sial, kenapa ia bisa bertemu varo? kenapa juga semua kursi di warung harus dipakai.

gadis itu dengan cepat berdeham pelan sebelum akhirnya menghampiri varo. ia tersenyum manis dan berkata, "permisi, boleh dipake kan?"

varo belum menjawab namun keola sudah terlebih dahulu menduduki kursi di depan keola. varo yang awalnya ingin menolak menjadi pasrah dan mengangguk pelan.

pemuda adhitama itu berpikir bahwa keola sengaja duduk di depannya, padahal keola sendiri juga tak ingin duduk di depan pria itu kalau bukan karena kursi yang sudah terpakai semua.

suasana menjadi canggung sehingga keola memutuskan untuk menatap ponsel alih-alih memperhatikan varo makan. varo sendiri sibuk menghabiskan makanan agar bisa pergi dari tempat keola.

untungnya makanan keola cepat datang, keola pikir ia bisa cepat-cepat menghabiskan nasi uduknya agar bisa segera menghindar dari varo.

namun nyatanya salah, keduanya malah berakhir selesai bersamaan dan beranjak dari tempat bersamaan.

maka mereka berdua juga berakhir antri membayar bersama. varo membayar lebih dulu, pria itu lekas meninggalkan warung.

varo berada tepat di depan motornya ketika keola mencekal pergelangan tangannya. keduanya beradu iris lagi, keola tak bisa menahan malu, ia memutus kontak mata dan menunduk. sementara itu varo menatap gadis di hadapannya ini bingung.

"eum, gue lupa bawa dompet," cicit gadis itu pelan.

varo mendengus pelan, ia kembali ke warung diikuti oleh keola di belakang. keola merutuki dirinya sendiri, kenapa ia sampai bisa lupa membawa dompet juga.

"berapa mas?" tanya varo lugas karena tak tahan berada di dekat keola.

"yang punya mbaknya ini kan? lima belas ribu, mas."

mendengar itu varo segera menyodorkan selembar uang sepuluh ribu dan lima ribu.

"makasih mas," ucap mas si penjual nasi uduk itu yang dijawab anggukan oleh varo.

varo pikir setelah membayar keola akan pergi namun ternyata tidak, gadis itu masih saja setia mengekori varo sambil menunduk.

varo yang sudah berada di puncak emosi segera berbalik dan menatap gadis itu marah.

"apalagi?" tuturnya ketus.

keola masih menunduk, guna menutupi wajahnya yang merah merona karena malu.

"ma—makasih."

satu detik setelah berucap keola langsung berlari pergi dari hadapan varo. membuat varo bertanya-tanya atas kebingungan yang ia hadapi.

pagi ini merupakan minggu pagi penuh sial bagi keduanya.

—anindita—

anindita | doyjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang