8. Nomor Hp

7 2 3
                                    

8. Nomor Hp

Lulu yang baru saja selesai mengantri ia terlonjak kaget ketika mendapati dua orang senior dimejanya kini yang ditemani. Jihan, Dhifa, Mauran, Yolla.

"Eh!" Lulu terlonjak kaget didepan mejanya. Melirik dua orang yang kini tengah menatapnya juga. Pandangan Lulu terkunci oleh dua bola mata milik seseorang sepersekian detik kemudian Lulu lebih dulu memutuskan kontak matanya, menetralkan derap jantungnya yang kini sudah seperti habis lari maraton saja.

"Lu duduk sini" ucap Jihan pada Lulu yang kini masih berdiri didekatnya.

Lulu mengangguk lalu duduk di samping Jihan tepatnya didepan Langit.

"Khem" deheman Andri membuat Langit menoleh kearahnya. Lalu andri pun menaik turunkan alisnya seraya melirik Lulu dan Langit bergantian.

Lulu terlihat biasa-biasa saja padahal dalam hatinya dag-dig-dug-der tuh ada pangeran tampan didepannya.

Lulu melirik langit sekilas tersenyum seraya berbasa-basi. "Makan bang" katanya kemudian menyendokan bakso yang ia bawa tadi.

Langit bangkit kemudian pergi tanpa sepatah katapun. Andri meliriknya heran menaikan salah satu allis tebalnya.

"Kenapa dah tu bocah" gumamnya seraya mengedikan bahu.

"Beb aku tinggal dulu ya bentar" ucap Andri pada Dhifa. Lalu Dhifa mengangguk.

***

Pulang sekolah akhirnya tiba. Kini Lulu menuju sebuah gerbang dan ingin menuju halte untuk menunggu angkutan umum. Lulu memang jarang membawa kendaraan seperti teman-temannya yang lain. Bukan berarti Lulu ga mau, hanya saja Ia tidak diizinkan. Soalnya pertama, kendaraan yang keluarga Lulu punya cuman satu dan yang keduanya, dulu Lulu pernah mengalami kecelakaan dan itu membuat keluarganya syok berat sampai saat ini Lulu tidak diizinkan membawa Motornya.

"Hai" sapa seseorang disebrang jalan. Tepatnya didepan Lulu duduk.

Lulu melihat orang itu menelitinya. Sepertinya Ia kenal. Ia masih terdiam melihat orang itu mendekatinya sampai akhirnya. Ah iya! Ia sampai lupa jika orang itu-

"Lulu?" Panggil orang itu tepat didepan Lulu.

"Ah, iya ka?" Lulu mengerjapkan matanya beberapa kali saat tersadar bahwa orang itu adalah kakak tingkatnya.

"Mau bareng?" Ajaknya.

"Eh, gausah ka. Bentar lagi jemputan Lulu datang ko" tolak Lulu lembut.

Orang itu mengangguk seraya duduk disamping Lulu. Membuat Lulu sedikit mengerutkan dahinya "Mmm, lo tau nama gue kan?" Tanya orang itu.

Lulu melihat kearahnya yang ternyata orang itu sedang memandang Lulu. Lalu Lulu menggeleng.

Terdengar helaan napas dari samping Lulu lalu Ia tersenyum kecil saking kecilnya Lulu  pun tidak menyadari itu, lalu melihat kearah depan.

"Nama gue Seluruh Alam Langit" ucapnya.

Lulu terkekeh mendengar itu, "Ka Langit?" Tolehnya kearah samping.

Langit ikut terkekeh, "iya"

Sebuah angkutan umum berhenti tepat didepan mereka.
"Naik ga neng?" Kata Bang angkot yang ternyata sudah akrab dengan Lulu pelanggan manis nan kalemnya itu.

Lulu tersenyum lalu mengangguk kearah angkot itu. Saat Lulu berdiri-

"Tunggu" ucap Langit merogoh sakunya lalu mengeluarkan benda pipih menyodorkannya kearah Lulu.

Lulu yang tak mengerti pun menaikan salah satu alisnya seraya bertanya, "apa ka?" Tanyanya.

"Nomor lo" ucap Langit.

"Maaf ka. Lulu duluan" ucap Lulu menundukan kepalanya lalu meninggalkan Langit menuju angkutan umum yang sudah menunggunya.

Langit yang melihat itu pun tersenyum pedih merutuki dirinya sendiri yang telah dihiraukan oleh adik kelasnya itu.

'Gue gak bakal nyerah' batin Langit.

***

"Si Lalang kemana nih? Lama amat" ucap seseorang dari dalam Cafe tempat nongkrong mereka.

"Nyari cabe dulu kali di pinggir jalan" timpal Doni pada temannya itu.

"Itu mah kebiasaannya si Andri. Meski udah punya cewe tetep aja nyari cewe buat ganti. Heran gue. Ga pernah mau bersyukur" timpal Azka.

Orang yang tersangkut-pautkan pun menoleh yang tadinya sedang memainkan Hp, "enak aja lo" ucapnya mengelak.

"Tobat bro" ucap Doni seraya menepuk pundak Andri pelan.

"Harusnya lo tuh bersyukur Dri bisa dapetin Dhifa. Meskipun dia tau udah di selingkuhin berkali-kali sama lo, tapi dia tetap sabar ngadepinnya. Jarang loh ada cewe kaya dia" kata Azka bijak.

"Weh! Tumben kutu beras sok BIJAK" kata Doni menekankan kata diakhir kalimat.

"Lo pada udah TOBAT? Nyeramahin gue?" Celetuk Andri yang tak terima di ceramahi.

"Lah gue si cukup atu. Atu di sini, atu disana, atu disono, atu lagi dibelahan dunia" ucap Azka watados.

Andri dan Doni menoyor kepala Azka sarkas. "Itu si lo mh MARUK" kata Doni.

"Kalo gue maruk. Lo apa dong?" Ucap Azka sambil mengelus kepalanya yang sakit akibat gebukan temannya yang laknat itu.

"Gue mah nak alim. Mana ada cewe deket gue" ucap Doni.

"Eh bang Lalang baru datang lo? Kemana aja bambang. Setengah taun ni kita nungguin sampe bulukan gini" ucap Andri saat melihat Langit memasuki Cafe lalu berjalan menuju meja yang Andri, Azka dan Doni duduki.

"Kenapa bro? Muka lo lesu gitu" tanya Andri lagi saat Langit mendudukan bokongnya dengan muka yang sedang sedih.

***

N E X T C A P T E R !

MAAF KALO MAKIN GA NYAMBUNG!.


Absurd GangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang