chapter 09

80 24 6
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Bismillahirrahmanirrahim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

09

_

~Robot rakitan ayah, gak boleh kalah!

_

"Uhuk! Uhuk!" Abdullah begitu kesusahan menahan batuknya yang sangat menyakitkan di bagian dadanya, ia kemudian bangkit dari duduknya dan kembali terbatuk sejadi-jadinya hingga ia memuntahkan darah.

"Ya Allah, Ya Allah...." gumamnya kemudian Abdullah langsung membersihkan muntahnya yang berada di lantai, jangan sampai Qinthara tau, karena jika putrinya itu sampai tau, keberangkatan dia dengan Maulana untuk kembali berdagang pasti akan di larangnya.

Setelah membersihkan semuanya, Abdullah segera mengemasi beberapa baju yang akan ia bawa untuk berdagang, setelah itu barulah ia kembali istirahat.

"Assalamu'alaikum Ayah.." Qinthara datang menghampiri Abdullah dengan menenteng plastik berisikan obat.

"Ayah udah makan belum?" ujarnya mengusap bahu Abdullah.

"Walaikumsalam, kamu sudah pulang nak?" ujar Abdullah kembali duduk.

Qinthara tersenyum, "Sudah Ayah, ini tadi Fatimah beliin Ayah makanan dan Kakak juga beliin Ayah obat paracetamol biar panas badan Ayah turun." perempuan itu langsung membuka makanan itu dan menyuapkan kepada ayahnya.

"Adekmu mana?" tanya Abdullah tak melihat putra kecilnya dari tadi pagi.

"Baru aja tidur Yah, oh ya untuk sekarang Ayah jangan pergi berdagang dulu ya, tunggu Ayah benar-benar pulih dulu." ujar putrinya, ia kembali menyuapkan satu sendok lagi ke Abdullah.

"Tidak bisa nak, Ayah sudah terlanjur janji sama om Maulana, gak enak."

"Tapi Ayah, sekarang kondisi Ayah lagi tidak sehat, pokoknya kakak gak mau Ayah pergi, nanti biar Qinthara yang bilangin sama om Maulana deh."

"Uluh-uluh anak Ayah sudah bisa menjadi jagoan, tapi Ayah tetap mau pergi, tuh Ayah sudah siapkan baju-baju Ayah." Abdullah menunjuk tas kecil di belakang Qinthara.

Qinthara memelas, "Ayah...jangan pergi dulu, tunggu sampai sembuh baru Ayah pergi lagi." mohonnya yang langsung di jawab gelengan oleh Abdullah.

"Sudah Ayah mau mengambil wudhu dulu, kita sholat berjamaah kali ini, Kakak ambil wudhu juga gih." ujar Abdullah pergi meninggalkan Qinthara.

Dengan terpaksa dan perasaan yang kesal Qinthara ikut pergi dari sana, namun sebelum ia pergi matanya tak sengaja menatap amplop putih yang berada di tas ayahnya.

Tangisan Senja ; Asyura's DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang