chapter 11

79 23 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Bismillahirrahmanirrahim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


11
-

~Ini bukan pengkhianatan, melainkan sebuah perjuangan untuk seseorang yang sangat berarti, meski menghancurkan salah satu hati menjadi resikonya.

-

Seluruh acara sudah berjalan sebagaimana mestinya, kini waktunya acara sungkeman yang diadakan untuk memberi kesempatan kepada para siswa-siswi untuk merenungi, meminta maaf dan mengucapkan ribuan terimakasih kepada orang tua tercinta, ada kalanya sifat dan sikap yang tak sengaja terucap dan di lakukan melukai hati kedua malaikatnya.

Meski, waktu itu bisa mereka lakukan di lain hari, atau kapanpun mereka mau, namun dengan adanya acara seperti ini di sekolah, para murid akan lebih mudah mencurahkan isi hati mereka tanpa adanya halangan dari keegoaan dan gengsi dari diri masing-masing.

"Seluruh murid kelas Agama diharapkan berbaris dengan tertib." Titah guru yang mengomandoi.

Tak hanya para anak, orang tua merekapun akan turut meminta maaf kepada putra-putri mereka, terkadang sebagai orang tua mereka juga tidak sengaja melontarkan kalimat yang tak seharusnya terucap, bukan berarti menjadi seorang orang tua, mereka tak pernah melakukan kesalahan.

Karena manusia, tak luput dari dosa.

"Semua anak-anak ibuk, di harapan memeluk orang tua masing-masing, peluk bunda ayahmu nak, berikan kehangatan lembutmu kepada mereka yang sudah membesarkan kalian dengan penuh kasih sayang, tanpa meminta balasan kecuali kasih sayang yang tulus dari anak-anaknya." Seluruh murid yang telah berdiri di dekat orang tua mereka memeluk erat bunda dan ayah mereka.

Acara tersebut di iringi oleh alunan musik yang menambah suasana semakin haru. Dengungan tangisan mulai terdengar dari para siswa-siswi dan orang tua.

"Berlututlah di kaki bunda atau ayahmu, minta maaf lah atas segala perilaku dan sifatmu yang tak sengaja melukai perasaan mereka, katakan beribu-ribu maaf dan ampunan kepada orang tua kalian nak, karena tanpa mereka, kalian tidak ada di dunia ini, tanpa orang tuamu nak, kalian tidak akan bisa menikmati kehidupan hingga seperti saat ini, mereka menumpahkan ribuan keringat dan air mata demi kebahagiaan sang buah hati, membanting tulang mulai terbitnya hingga tenggelamnya matahari, demi sang buah hati." Untaian kalimat di bacakan dengan irama yang berhasil membuat seluruh yang ada disana terisak menahan tangis.

Termasuk, Qinthara dan teman-temannya, bayangan almarhumah sang ibu berputar jelas diingatan gadis itu. Begitupun dengan sang ayah, begitu besar pengorbanan ayahnya untuk dirinya agar tetap bisa bersekolah seperti sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tangisan Senja ; Asyura's DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang