chapter 08

108 34 4
                                    

08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08

    ~Semua manusia mempunyai takdir, mau takdir baik ataupun takdir buruk, hanya saja tidak semua manusia mampu melewati dengan sabar dan ikhlas, maka dari itu tetap percayalah terhadap kuasa-Nya, karena dengan itu hidupmu akan tersusun dengan baik.

  

🕊

"Makanannya dari siapa yah?" tanya Qinthara melihat dua kotak nasi di atas meja.

"Dari Basma." jawab Abdullah singkat.

Qinthara membuka kedua kotak itu, satunya berisi pecel lele kesukaan Abdullah satunya lagi ayam panggang kesukaan Qinthara, melihat porsi ayam panggang Qinthara kembali teringat dengan makanan yang di antar sosok misterius minggu lalu, sama persis dengan makanan ini.

Apa orang itu a Ama ya? batin Qinthara.

"Kamu belum makan kan Kak?" tanya Abdullah membuyarkan lamunan gadis itu.

"Belum sih Yah, tapi ini buat Ayah sama Aaez aja, Kakak gak mau makan ini."

"Lho kenapa? Gak baik nolak pemberian orang, harusnya kita bersyukur nak."

Qinthara menghela pelan, "Bukannya gak bersyukur Yah, tapi Kakak kan udah masak sayang kalau gak dimakan, besok pasti udah basi, lagi pula sejak pulang kemaren Ayah gak nafsu makan siapa tahu dengan makanan kesukaan Ayah, Ayah bisa makan lebih banyak dari kemaren-kemaren."

Sejak pulang dari berdagang Abdullah mengalami demam tinggi, dan sejak itu pula dia tidak ikut sholat berjamaah di mesjid, alhasil dia hanya sholat di rumah bersama anaknya.

"Ayah sama Aaez aja ya yang makan ini, Kakak makan pake makanan kita aja." bujuk Qinthara akhirnya di turuti oleh sang Ayah.

Sebenarnya bukan hal itu yang membuat Qinthara enggan untuk memakan pemberian Basma, hanya saja ia merasa sikap pria itu sedikit berlebihan dengan dirinya dan itu harus Qinthara batasi supaya Basma bisa paham dan tidak menimbulkan perasaan yang tidak semestinya muncul.

Setelah makan, Abdullah langsung tidur, kepala dan pinggangnya begitu sakit tapi dia berusaha menahan agar Qinthara tidak terlalu cemas, karena sejak kemarin anaknya itu terus bersikeras untuk membawanya ke rumah sakit namun Abdullah tidak mau.

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, Qinthara yang sudah terbiasa bangun segera bangkit dan mengambil wudhu, ia akan melakukan kegiatan rutinnya yaitu sholat tahajjud.

Di dalam sholat gadis itu begitu tentram dan khusu' di dalam do'anya dia mengatakan seluruh isi hatinya, mendoakan kebaikan kepada orang-orang terdekatnya, tentu yang pertama orang tuanya, adik dan seseorang yang sudah menjadi peran favorit di dalam do'anya.

Tangisan Senja ; Asyura's DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang