chapter 07

103 30 7
                                    

Bismillah..

Allahumma shalli 'ala muhammad wa'ala alihi muhammad.

07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

07

🕊

"Ayaaaaah!!" teriak Aaez mengejar Abdullah yang tak jauh tampak dari pintu rumahnya.

Laki-laki berusia 57 tahun itu meletakkan tentengan yang ada di tangan kanannya dan merentangkan kedua tangan untuk menyambut tubuh mungil anak kecil yang berlari ke arahnya.

"Ayaaaaaah." pekik Aaez memeluk erat leher Abdullah, tampak sekali jika anaknya itu sangat merindukan dirinya.

Begitupun dengan Abdullah ia mengecup pipi bocah itu secara berulang-ulang, rasa rindu juga sudah menyerang dirinya. Tak lama seorang perempuan juga berhampiri mereka.

"Assalamu'alaikum Ayah," Qinthara menyalami ayahnya dan ikut memeluk tubuh sang ayah yang masih memangku adiknya.

Melihat itu Abdullah terkekeh, "Aduh kalau begini, Ayah bisa jatuh, anak-anak Ayah sudah berat ternyata." lirihnya gemas dengan tingkah putra putrinya.

"Kita kangen Ayah," sahut Qinthara tanpa melepas pelukan itu.

"Ayah juga kangen kalian, yasudah ayok kita ke dalam, Ayah bawa sesuatu untuk kalian." beberapa detik kedua anaknya, tepatnya Qinthara baru melepaskan pelukan itu, sedangkan Aaez bocah itu masih memeluk Abdullah dengan erat.

"Ayah bawa apa?" tanya Qinthara tersenyum.

"Ayok masuk dulu, gak kasihan apa liat Ayah yang udah pegal berdiri terus?" canda Abdullah membuat anaknya itu terkekeh pelan.

"Oh iya, ayok Yah kita ke dalam."

Setelah membongkar isi kresek bawaan Abdullah yang lumayan banyak menurut mereka, kini Qinthara di berikan sebuah amplop besar bewarna cokelat yang sangat tebal dan cukup berat.

Melihat itu gadis itu tak langsung bertanya, ia menatap lekat amplop tersebut sembari menerka-nerka sendiri dalam hati isi amplop itu.

"Itu buat Kakak, semoga Kakak senang ya," ujar Abdullah melihat anaknya masih bingung.

"Dan ini untuk Aaez, putra satu-satunya Ayah yang paling ganteng." Abdullah menyerahkan satu buah peci dan sepasang baju koko bewarna cokelat kepada Aaez.

"Bajuuuu." sorak bocah itu kesenangan.

"Wah baju Aaez bagus banget, kalo gitu udah bisa jum'atan bareng Ayah nih," cetus Qinthara ikut senang.

Tangisan Senja ; Asyura's DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang