Selesai bikin konten seperti biasa. Tim Ricis bebas melakukan apapun di rumah Ricis. Andre sedang karaokean bersama tim Ricis lainnya. Sedangkan Ricis pergi ke ruang makan untuk mencari minum. Ella membereskan barang-barang Ricis di kamar. Para editor di kantor sedang mengedit. Aku menghampiri Ricis di ruang makan. Terlihat dia sedang duduk sambil minum air putih yg sudah ia ambil tadi. Aku pun duduk di sebelahnya menghadapkan tubuhkan ke arahnya. Jadi dia tepat berada di depanku. Dan aku disampingnya
"Cis". Panggilku pelan takut mengagetkannya
"Hmm". Sahutnya yg masih minum
"Aku minta maaf ya soal tadi. Aku cuma becanda kok". Kataku memohon padanya. "Maafin ya". Kataku lagi sambil memiringkan kepalaku untuk menatapnya yg masih minum
Ia pun menaruh gelas yg sudah kosong itu ke atas meja lalu menatapku dengan kesal
"Ga lucu". Ucapnya datar langsung menghadap depan
"Iya aku tau itu ga lucu. Lagian aku juga ga ngelawak kok. Beneran deh aku cuma becanda tadi itu. Mana mungkin aku begitu". Kataku mencoba meyakinkannya
"Bisa aja kan. Apa yg ga mungkin. Dari aku liat live-live km dari kemarin-kemarin. Membuktikan omonganmu itu bener. Bener-bener tebar pesona". Ucapnya dengan nada kesal. Susah kalau bujuk Ricis yg udh ngambek
"Nggk. Kan aku live IG cuma buat ngurangin gabut aja loh. Ga maksud buat apa-apa". Kataku yg masih berusaha membujuk dia biar ga ngambek lagi
"Oo ngurangin gabut ya. Trus si Zayn itu anak km sm siapa? Hah?" Tanyanya menatapku tajam
"Itu kan calon anak kita nanti. Aku udh kasi nama Zayn". Ucapku sembari menatapnya lembut
"Anak kita? Ngayal lu. Nikah aja belum". Katanya lalu menopang wajahnya menggunakan satu tangan dengan wajah cemberutnya
"Ooo jadi kode nih minta di nikahin?" Tanyaku menggoda dia
"Apaan sih. Nggk ya. Udh ah males ngomong sama kamu." Katanya lalu bangkit dari duduknya. Dengan cepat aku menarik pergelangan tangannya yg terbalut dengan kaos lengan panjang. Sehingga kami tidak sentuhan secara langsung
"Tunggu dulu dong. Main pergi-pergi aja. Ga baik loh kaya gitu sama calon suami. Duduk dulu disini sama aku". Ucapku menyuruh Ricis duduk. Dengan pasrah Ricis kembali duduk seperti semula
"Maafin aku ya. Aku tadi cuma becanda sayang. Lagian mana mungkin aku begitu. Kan aku lagi nunggu restu. Lagi merjuangin km buat masa depan kita. Biar km bahagia sama aku. Ga sedih sama aku. Udh ya jangan marah lagi. Km mau apa? Biar aku beliin? Asal km ga marah lagi sama aku". Ucapku yg masih berusaha membujuknya
"Aku lg ga pengen apa-apa". Katanya singkat. Aku menghela napas panjang
"Udahan ya marahnya. Maafin aku plis". Ucap ku memohon padanya. Aku ga pengen dia marah. Gila kalo dia ngambek di diemin gue sampe seminggu
"Iya. Tp km janji ya jangan ngomong gitu lagi. Aku ga suka. Nanti beneran terjadi gimana". Ucapnya sedikit merengek manja. Aku tersenyum lembut menatapnya
"Iya tuan putriku yg manja. Janji ga akan aku ulangi kaya gitu lagi. Lagian aku lg merjuangin cintaku nih buat km. Iya ga?" Ucapku dengan tatapan menggoda. Ricis tertunduk malu menyembunyikan wajahnya yg memerah
"Cie malu neng. Pipinya merah bener". Godaku lagi
"Ii wildan udh ah. Aku malu tau". Ucapnya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku tertawa melihatnya. Ricis kenapa sih km bisa semenggemaskan gini. Pengen aku culik deh km. Biar jadi milikku seutuhnya
"Knp sih liatin aku sebegitunya?" Tanyanya. Ya aku memang sedang menatapnya. Menatap bidadariku yg makin hari makin cantik
"Cantik". Ucapku tetap pada posisi menatapnya penuh kagum
"Apa Dan?" Tanyanya memastikan. Aku terkekeh pelan
"Ga ush pura-pura ga denger deh. Padahal denger juga". Kataku yg tak hentinya menggoda dia. Menurutku wajah memerahnya sangat lucu. Dan aku suka ketika dia tersipu malu. Cantik.
"Ii apaan sih". Katanya malu-malu. Aku tertawa. Ntah kenapa setiap didekatnya rasanya sangat bahagia. Dan aku nyaman. Bahkan setiap ada dia aku tertawa. Padahal hanya melihat dia tersenyum. Sebahagia itukah aku bersama dia. Ya Allah aku ingin segera memilikinya. Bantu aku untuk bisa membahagiakan bidadariku ini. Aku akan berusaha untuk masa depannya. Benar kata orang tuanya. Berumah tangga tak cukup dengan cinta. Aku berjanji akan selalu membahagiakannya
"Wildan". Panggilnya. Suaranya itu seakan membuatku candu. Ingin ku dengar setiap harinya
"Hmm". Sahutku yg tak henti menatapnya
"Knp sih? Ada yg salah dari aku?" Tanyanya sambil mengamati dirinya
"Nggk ada yg salah kok". Jawabku sembari tersenyum manis kepadanya
"Trus knp km ngeliatin aku sebegitunya. Aku malu tau km liatin begitu". Ucapnya dengan wajah memerah menunduk malu
"Knp harus malu? Kan udh banyak yg natap km kagum. Termasuk aku. Penikmat wajah cantikmu, senyum manismu, dan tawa renyahmu". Kataku masih menatapnya
"Duh dasar penulis. Kata-katanya bisa aja bikin orang meleleh. Tapi beda Dan. Di tatap km sm di tatap orang lain. Aku malu karna aku nyaman dekatmu". Ucapnya. Senyumku makin lebar untuknya. Dia lah penyemangat hidupku. Aku sayang bidadariku. Walau dia ga tau besar rasa ini untuknya
Drettt drettt
Getaran ponsel disaku celana ku bergetar yg menandakan notif masuk di polselku
"Bentar ya. Ada chat whatsapp kayanya nih". Kataku lalu mengambil ponselku di kantong celana. Ku buka lock screen yg kemudian menampilkan foto bidadariku sedang tersenyum manis. Siapa lagi kalau bukan Ricis. Aku membuka whatsapp yg ternyata grup dari sahabat-sahabat lama ku
Asli ni si pecok. Minta gue cincang dia
"Siapa yg wa bang?" Tanya Ricis penasaran
"Hah ini biasa dari grup". Jawabku menatap wajah Ricis sekilas lalu beralih melihat layar ponsel
"Dih km dikatain bucin tu sama bang Pecok haha". Kata Ricis yang ikut membaca chat grup itu sambil ketawa. Aku suka saat dia ketawa. Aku hanya tersenyum manis menatap dia
"Bales itu bang chat temen-temennya". Kata Ricis membuyarkan lamunanku. Aku beralih lagi ke ponselku dan mengetikkan balasan
.
.
.To Be Continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Owner Of My Heart
Fanfiction"Ketika Tuhan belum mengizinkanku untuk memiliki dirimu aku akan bertahan sampai jangka waktu yg panjang. Aku tidak akan berhenti memperjuangkan kamu. Aku tidak akan lelah untuk bisa membuatmu bahagia. Aku sadar sekarang. Kenapa orang tuamu masih be...