"Ini siapa? Kok dia chat km begini?". Tanya Ricis memperlihatkan percakapan dari salah satu teman cewekku bernama Ica
______________________________
Ica
Dan kapan-kapan jalan berdua kuy
Kangen ni gue sama lu______________________________
Aku hanya melihat dan membacanya tanpa menjawab pertanyaan Ricis
"Jawab bang. Dia siapa?" Katanya sedikit berteriak
"Apaan sih. Temen itu". Ucapku masih fokus kejalan
"Temen tapi kok begini. Ini selingkuhan km ya?" Tuduhnya. Aku menatapnya saat mobil berenti karna lampu merah
"Kalo iya emang knp? Ada masalah?" Ucapku tanpa sadar. Ntah knp kata-kata itu keluar dari mulutku. Kulihat Ricis terdiam seribu bahasa. Kulihat tatapannya menyiratkan kekecewaan
"Kok abang jahat sih selingkuhin aku". Ucapnya dengan nada bergetar. Aku kembali menjalankan mobil saat ku lihat lampu lalu lintas berwarna hijau
"Daripada aku nunggu yg ga pasti mending aku cari yg lain". Ucapku fokus kejalan. Ricis menyodorkan handphoneku dengan paksa ke tanganku sebeleh yg tak memegang stir. Setelah itu Ricis tak berbicara lagi. Dia hanya menatap kaca jendela mobil. Melihat kendaraan yg lewat.
"Knp? Udh ga mau main hp aku lagi?" Tanya ku menatap. Dia hanya diam. Menggelengpun nggk. Lalu dia mengeluarkan handphonenya. Memasang earphone yg di bawa di dalam tasnya. Setelah itu dia kembali menatap kaca jendela mobil. Aku bisa mendengar lagu yg di putar Ricis saking besarnya suara lagu itu
"Jangan kenceng-kenceng suara musiknya. Nanti telinga km sakit loh". Ucapku mencoba mengajaknya bicara. Namun dia masih nggan bicara. Masih dalam posisi yg sama
"Jadi kerumah mama?" Tanyaku lagi. Dia tetap diam. Bahkan menggelengpun nggan. Aku mengehembuskan nafas pelan. Salah banget gue ngomong kaya tadi. Lagian knp sih tu kata-kata bisa keluar. Ck gara-gara omongannya Taqy ni. Maafin aku Cis. Aku ga bermaksud buat nyakitin km
"Cis ngomong dong. Jangan diemin aku kaya gini". Ucapku sesekali menatapnya. Dia tetap diam. Ku lihat dia membuka layar handphonenya. Lalu membuka galeri. Ntah apa yg dia lakuin. Kulihat dia ingin menghapus foto-fotoku berdua dengannya
"Km ngapain sih? Knp mau dihapus fotonya?" Tanyaku menghentikan pergerakan tangannya
"Lepas". Ucapnya tajam mencoba melepaskan tanganku yg menggenggam tangannya yg ingin menghapus foto-foto ku dan dia
"Nggk. Ga akan aku lepas kalo km mau hapus fotonya". Ucapku menatapnya sekilas
"Lepas Wildan". Ucapnya kesal. Aku menggeleng masih memegang tangannya
"Km apaan sih. Terserah aku lah mau ngapus fotonya atau nggk. Knp km yg ngatur? Hak aku mau hapus foto. Ini handphone aku". Ucapnya ketus menatapku tajam. Aku melihat kemarahan dimatanya. Ya Allah apa semua ini bakal berakhir?
"Ya tapi knp? Kasi aku alasan knp km mau hapus foto kita". Ucapku
"Yakin lu nanya begitu? Gue ga suka cowok tukang selingkuh. Udh jelaskan sekarang lepas". Ucapnya tajam. Aku terdiam namun masih menggenggam tangannya
"Knp diem? Lepasin sekarang". Ucapnya yg masih marah. Aku merebut handphone itu dari tangan Ricis. Melepas earphone yg terpasang di handpone itu. Lalu memasukkan handphone itu ke kantong celana ku. Dia menatapku kesal
"Balikin". Ucapnya penuh penekanan
"Nggk". Ucapku menatapnya lembut
"Serah". Ucapnya ketus lalu menghadap kejendela mobil. Selama perjalanan aku mengajaknya berbicara namun dia sama sekali tak menjawab omonganku.
"Cis ngomong dong. Aku minta maaf udah ngomong kaya tadi. Aku ga bermaksud buat bilang gitu". Ucapku bergantian menatapnya. Ricis hanya diam. Kulihat tangannya mengusap pelan pipinya
"Cis jangan nangis lagi. Hey". Ucapku lembut berusaha menyentuh pipinya. Ricis menepis tanganku kasar saat aku ingin mengusap air matanya
"Jangan pegang gue. Gue benci sama lo". Ucap Ricis tanpa menoleh sedikitpun padaku
"Dia itu cuma temen aku. Ga lebih dari itu. Maaf aku udh bilang gitu. Aku ga bermaksud buat bikin km sedih apalagi nangis". Ucapku
Aku menepikan mobil di pinggir jalan bermaksud ingin menyelesaikan semuanya sama Ricis
"Mau nurunin gue disini? Ya udh gue turun". Ucapnya ingin membuka pintu mobil. Dengan cepat aku menarik pergelangan tangannya menghentikan pergerakan Ricis yg ingin turun
"Aku ga mau nurunin km disini. Aku cuma mau lurusin masalah kita tentang chat tadi". Ucapku masih memegang tangannya. Ricis melepas genggaman tanganku dan menutup kupingnya tak mau mendengar penjelasanku
"Cis dengerin aku dulu. Jangan tutup kuping". Ucapku
"Jalan atau gue turun disini". Ucap Ricis menatap lurus kedepan dengan telinga yg masih di tutup. Aku menghela nafas panjang. Wajar dia marah. Aku udh nyakitin dia. Apalagi bahasanya yg pake lu gue. Bukan Ricis yg aku kenal
"Km knp sih ngomongnya lu gue sekarang? Km bukan Ricis yg aku kenal". Ucapku menatapnya lembut
"Serah". Ucapnya final dan ingin keluar lagi dari mobil. Aku menghentikannya lagi tak ingin dia kenapa-napa
"Ok. Aku jalan sekarang". Ucap ku pasrah. Aku menjalankan kembali mobil ku untuk mengantarkan Ricis pulang
Sampai depan rumahnya pun Ricis tetap diam seribu bahasa. Ku lihat Ricis langsung keluar dari mobil tanpa memperdulikan handphonenya masih berada dikantong celanaku
"Cis dengerin aku dulu". Aku menyusulnya masuk ke dalam rumah. Sepertinya dia ga jadi kerumah mama. Dia udh marah banget.
"Cis berenti dulu. Dengerin aku hey". Ucapku memangil namanya. Ia berlari memasuki rumahnya dan menaiki tangga menuju kamarnya. Aku menyusulnya sampai depan kamarnya yg terkunci
"Cis. Keluar sebentar. Aku mau ngomong". Ucapku mengetuk pintu kamarnya yg dia kunci dari dalam. Tak ada sahutan dari dalam
"Sayang buka pintunya. Aku mau ngomong. Dengerin aku dulu". Ucapku mencoba membujuknya
"Dan. Ricis knp?" Tanya Derry yg tiba-tiba berada di sebelahku
"Lu bikin kaget aja Der". Ucapku menatap Derry
"Ya sorry. Gue tadi denger ribut-ribut jadinya gue keluar. Ternyata lu sama Ricis udh pulang". Ucap Derry. "Lah trus Ricis knp?" Tanya Derry lagi
"Der bisa tinggalin gue dulu ga. Gue harus nyelesein masalah gue sama Ricis. Tolong ya tinggalin gue sendiri". Ucapku memohon pada Derry
"Oo ya udh. Gue kekantor Diky dulu". Ucap Derry lalu pergi melewati pintu yg ada di depan kamar Ricis yg langsung menghubungkan dengan kantor editor. Setelah Derry pergi aku lanjut fokus ke Ricis
"Cis, buka pintunya". Ucapku mengetuk pintunya. Namun sama sekali ga dibukain
"Jangan sampe aku masuk secara paksa ya. Kalo km ga mau buka pintunya". Ucapku sedikit mengancamnya.
.
.
.
.
.
.
To Be Continue....
.
.
Bisakah Ricis nerima Wildan lagi?
.
.
Sesuai janji aku ya. Ini aku up next partnya
.
.
.
.
21 Vote for next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Owner Of My Heart
Fanfiction"Ketika Tuhan belum mengizinkanku untuk memiliki dirimu aku akan bertahan sampai jangka waktu yg panjang. Aku tidak akan berhenti memperjuangkan kamu. Aku tidak akan lelah untuk bisa membuatmu bahagia. Aku sadar sekarang. Kenapa orang tuamu masih be...