28

2K 427 106
                                    


"Kariz, Kinar itu siapa? Pacar kamu ya?"

"Hngggh."

"Kariz, bangun." Ibu menggoyangkan badan Kariz namun kembali Kariz hanya menggumam nggak jelas.

"Hngggh."

"Kariz! Bangun, udah sore!" Dorongan tangan Ibu di lengan Kariz semakin kencang, merasakan badannya didorong-dorong Kariz mengerjapkan matanya mencari cahaya. Dilihatnya Ibu masih menggoyangkan lengannya, ia pun meregangkan badannya kemudian bangun dari posisi tidurannya.

"Apa, Bu?"

"Bangun, udah sore, udah mau maghrib."

"Hmm." Kariz menggumam malas. Kakinya turun dari kasur dan berjalan keluar kamar karena ia haus. Ia berjalan menuju kulkas dan mengambil botol air minum, baru saat akan meneguknya mata Kariz menoleh ke belakang karena sejak dari dalam kamarnya tadi Ibu berjalan mengikutinya. Kariz lalu meneguk airnya kemudian kembali menoleh pada Ibunya karena Ibu masih berdiri di belakangnya. "Ibu kenapa?"

"Kinar siapa? Pacar kamu?"

"HAHAHA, bukan Bu." Nggak tau kenapa Kariz malah tertawa mendengar pertanyaan Ibunya. Bener-bener nggak tau aja kalau Kariz ditolak sama Kinar, malah ditanyain Kinar itu pacarnya bukan.

Kan sakit.

"Terus?"

"Temen, Bu."

"Kenapa nggak jadiin pacar aja?"

"Bu????" Kariz mengernyit mendengar penuturan Ibunya. Bisa-bisanya baru sekali ketemu Kinar, Ibunya udah nyaranin buat jadiin Kinar pacarnya. Apa Ibu saking pasrahnya sama Kariz karena nggak pernah bawa cewek jadi beliau semangat banget nyuruh Kariz buat jadiin Kinar sebagai pacar.

"Kenapa?"

"Enggak." Kariz menggeleng, nggak jadi menjelaskan pada Ibunya. Ia menghela napasnya dalam-dalam, mengingat perkataan yang baru beberapa detik lalu diucapkan oleh Ibu. Ibu bilang apa tadi? Kenapa nggak jadiin Kinar pacar?

Ya Kariz juga maunya jadiin Kinar pacar, tapi Kinarnya yang nggak mau.

Nasib.

"Cantik lho Riz si Kinar." Kembali Ibu membahas Kibar dengan memujinya.

"Iya Bu, aku juga tau."

"Nah itu kamu tau, kamu nggak suka emangnya? Dia temen kantor kamu ya?" Berbagai pertanyaan Ibu lontarkan karena beliau penasaran sama Kinar. Belum pernah liat temennya Kariz yang namanya Kinar, nggak pernah Kariz ceritain juga.

"Temen SMA dulu Bu." Kariz menjawab salah satu pertanyaan Ibunya. Ia lalu menatap Ibu sambil kembali menarik napas panjang. "Dia yang aku ceritain Bu, cewek yang pernah aku sakitin."

"...."

"Aku ya mau jadiin dia pacar, tapi dianya yang nggak mau sama aku." Kariz tersenyum tipis.

Ibu pun ikut menghela napas mendengar penjelasan Kariz tentang siapa Kinar. "Kamu udah bilang sama dia?"

"Iya, beberapa waktu lalu Bu. Dia nolak."

"Dia punya pacar ya?"

"Enggak kayaknya." Kariz menggeleng karena setau dia Kinar nggak ada pacar, kalo yang suka sih pasti ada. Mata Kariz kemudian menatap Ibunya lagi. "Aku bingung, Bu. Nggak bisa maksa dia tapi aku masih mau sama dia, nggak tau harus gimana. Ya emang salah aku juga kenapa dulu begitu. Sekarang udah kayak gini tinggal nyeselnya."

Ibu tersenyum mendengar curhatan anak laki satu-satunya tersebut. Beliau mengelus lengan Kariz pelan. Kariz pun kembali menatap wajah Ibunya. "Kalau pendapat Ibu soal Kinar gimana?"

NyctophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang