26

2.2K 375 68
                                    


"Kinar?"

"..."

"Kinar?"

"..."

"Kinar!" Mama sedikit mengeraskan suaranya dan baru membuat Kinar menoleh.

"Kenapa Ma?" Tanya Kinar dengan wajah bingung.

"Kamu ngelamun?"

"Hah?" Kinar baru menyadari bahwa sejak tadi ia hanya melamun saja karena ia hanya menggerakkan sendok di atas piring dan belum memakannya sama sekali. "Hehe, enggak Ma."

"Enggak apanya, dari tadi nasi cuma diaduk-aduk aja gitu?" Mama menunjuk piring Kinar yang isinya belum berkurang sedikit pun.

"Ini mau dimakan, Ma." Kinar mulai menyuap nasi goreng yang dibuat oleh Mamanya tersebut. Saat ini ia dan Mamanya baru akan sarapan, rencana Kinar hari ini adalah ke kantor terlebih dahulu kemudian lanjut ke kampus.

"Kepikiran apa kamu?" Mama memperhatikan Kinar yang dari tadi terlihat tidak berkonsentrasi, ngelamun dan pas diajak ngobrol pikirannya kayak nggak di sini.

"Enggak Ma, cuma ngantuk aja."

"Jangan malem-malem tidurnya, jaga kesehatannya."

"Iya, Ma."

"Itu cowok yang waktu itu ke sini nggak main lagi?" Mama tiba-tiba bertanya membuat Kinar gugup, karena seingat Kinar cowok yang terakhir ke rumah kalau nggak Saka ya berarti Kariz. Nggak mungkin Mama menanyakan Saka, jadi maksud Mamanya adalah Kariz.

Di saat seperti ini kenapa Mamanya tiba-tiba menanyakan hal yang sebenarnya sedang Kinar pikirkan saat ini?

Bukan hanya saat ini tapi bahkan sejak semalam. Karena gugup menjawab Kinar malah berpura-pura nggak ngerti aja sama pertanyaan Mamanya tersebut.

"Yang mana, Ma?" Kinar menjawab sambil menyuap nasinya lagi. Berusaha tidak menatap ke arah Mamanya.

"Itu yang waktu itu ke sini, siapa ya namanya? Mama kok lupa?" Mama mengingatkan Kinar karena beliau hanya sekilas saja bertemu temennya Kinar tersebut. "Yang temen SMA kamu itu lho, yang waktu itu nganterin kamu pulang pas ujan."

"Kariz?" Nada suara Kinar terdengar bergetar saat menyebut nama Kariz barusan.

"Nah iya, Kariz. Nggak main lagi dia?"

"Enggak, Ma." Kinar hanya menggeleng singkat.

"Dia suka sama kamu ya?" Tanya Mama lagi, kali ini Kinar langsung menoleh pada Mamanya.

"Ih Mama apaan deh?" Protes Kinar karena nggak siap sama pertanyaan Mamanya.

"Kayaknya anaknya baik deh, keliatannya nggak neko-neko. Senyumnya juga manis." Mama kembali membahas tentang Kariz, memberikan pendapat terhadap orang yang bahkan baru beberapa kali beliau lihat.

"Haduh Mama, kayak abege aja sih ngomongin cowok? Pake ngomongin senyumnya segala lagi?" Kembali Kinar malah mengalihkan ke pertanyaan lain, tidak menjawab pertanyaan dari Mamanya.

"Lho, siapa tau dia jadi menantu Mama kan? Mama kan harus menilai dari sekarang."

"Mama apaan siiiih?" Kinar menggelengkan kepalanya mendengar penuturan Mamanya. Ada-ada aja tiba-tiba ngomongin menantu segala.

"Hehehe, tapi dia kayaknya suka sama kamu ya?" Mama kembali bertanya pertanyaan awalnya tadi.

"Mama sok tau deh."

"Keliatannya aja dari yang Mama liat, tapi bener nggak?"

"Iya, tapi aku nolak dia, Ma." Kinar akhirnya berkata, menjawab pertanyaan Mamanya.

NyctophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang