09

1.7K 420 133
                                    


"Nyet, udah sih jangan sedih terus!"

"Apasih, Sak?" Kinar berkata sewot pada Saka. Malam ini Saka datang ke rumah Kinar, niatnya ngajakin Kinar buat makan sate tapi Kinar nolak katanya nggak pengen makan. Padahal Saka udah bilang mau traktir Kinar, tetep aja Kinarnya nggak mau.

"Udah cukup lo nangisin dia, tau nggak?"

"Sak!"

"Apaan?"

"Emang kalo cowok risih ya diledek-ledekin gitu walaupun sama cewek yang dia suka?" Kinar menatap Saka, menanyakan alasan yang Kariz katakan pada Catra kenapa dia nggak ngejadiin Kinar.

"Kalo gue iya."

"Walaupun sama cewek yang lo suka?" Kinar mengulangi pertanyaannya.

"Iya, risih sih gue walaupun gue suka sama ceweknya tapi orang-orang pada ribet nyuruh gue jadian." Saka berkata lugas dan Kinar mengangguk-angguk mendengarnya.

"Gitu ya, Sak?"

"Tapi gue juga nggak akan sebrengsek itu nyakitin cewek yang gue suka hanya dengan alasan males diledekin. Kalo emang guenya nggak mau jadian ya gue ngomong. Tapi kalau guenya udah suka sih bodo amat juga sama omongan orang." Saka berkata lagi, ia paham maksud Kinar menanyakan hal itu.

Saka sendiri juga tau apa yang dimaksud Kariz, emang risih diledekin orang-orang walaupun sama cewek yang disukai. Rasanya kayak semua orang jadi ngatur hidup kita karena tau saling suka.

Tapi, kalau Saka udah suka dan udah niat deketin dia nggak akan sejahat itu buat ninggalin gitu aja tanpa kejelasan. Apalagi dengan jadian sama orang lain kayak yang Kariz lakuin ke Kinar di saat sebenernya hubungan Kariz sama Kinar masih sangat baik-baik aja, nggak ada tanda-tanda Kariz ngejauh atau apapun.

Seenggaknya ngomong kek atau apa. Nggak kayak gini caranya.

"Kariz brengsek ya, Sak?"

"Brengsek! Makanya udah nggak usah lo tangisin lagi." Saka menjawab pertanyaan Kinar dengan santai membuat Kinar mendelik.

"Sakaaaaa!!!"

"Udah anjir, yuk lah makan sate aja." Saka menarik tangan Kinar agar mau beranjak dari kursinya. Mau nggak mau Kinar akhirnya mengikuti Saka buat makan sate nemenin dia.

Mereka ke warung sate yang ada di komplek penjual makanan di dekat rumah Kinar.

"Lo berangkat sekolah gih, ngapain ngendon di rumah doang?" Saka mendorong lengan Kinar pelan saat masih menanti sate mereka selesai dibakar.

"Ngapain berangkat sekolah?"

"Tunjukin kalo lo baik-baik aja."

"Kan gue nggak baik-baik aja?"

Saka menatap lurus pada Kinar. Emang temennya ini keras kepalanya kebangetan. Susah dibilangin. "Mau sampe kapan?"

"Sak---"

"Mereka udah jadian, lo mau ngapain lagi? Nangisin Kariz sampe mereka putus?"

Brengsek emang yang namanya Saka, kalau ngomong nggak ada filternya kalau sama Kinar. Kinar pun agak menciut denger kata-kata Saka. "Ya enggak."

"Ya udah makanya, sekolah lah. Lo emang nggak perlu sih nunjukin kalo lo baik-baik aja, tapi jangan lama-lama gini lah. Dia nggak pantes lo sedihin segininya. Ngapain lo sedih dia aja nggak mikirin lo?"

"Sak, mulut lo cabenya berapa sih?"

"Banyak!"

"Sak."

"Apaan lagi?" Saka bertanya sewot, kalau Kinar masih aja ngebantah rencananya Saka mau nyocolin cabe ke Kinar biar panas beneran.

"Makasih ya. Lo emang beneran temen gue."

NyctophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang