Entah mengapa, sudah jam makan siang ini, gue ga liat keberadaan Pak Johnny di sekitar kantor.
Ngapain juga gue mikirin dia?
Oh, iya, kan gue mau ijin ngambil rapot besok, sayangnya, setelah kejadian kemarin yang cukup tegang, bikin gue ragu bakal dapet ijin dari dia.
Semua ini salah gue, segala sok kuat, ga perlu bantuan, ga perlu dikasihani, padahal emang butuh. Huft.
"Eh, Nay, lu hari ini liat Pak Johnny ga?" tanya gue saat Nayla yang baru saja mau duduk di kursinya.
"Tadi pagi, gue liat."
"Kalau siang ini?"
"Eum ... engga deh, mungkin dia di ruangan terus dari pagi?" sahut Nayla yang bikin gue makin down.
Waduh, gimana kalau dia beneran marah sama gue? Gue kemarin, kenapa ya? saking capeknya, ga bisa ngontrol emosi sendiri.
"Kenapa emangnya, Chi?" tanya Nayla dan gue menggeleng pelan.
"Yaelah, lemes banget belum ketemu doi?"
"HEH, GA GITU!"
"Ya terus, kenapa?"
"A-aneh aja gitu," sahut gue asal.
"Lu yang aneh tau ga, Chi? tumben nanyain dia, hahahahah," jelas Nayla sambil tertawa, gue mulai menatapnya tajam.
"Heh, gue nyariin dia karena ada perlu ya, mikirin yang aneh mulu sih, ni orang."
"Terserah deh, semoga cepet ketemu ya, biar ga lemes lagi, haha."
"Berisik lu, Nay," sahut gue dan Bu Dian langsung mendatangi meja kita.
"Kayaknya Nayla seneng banget ya? kenapa, nih?" tanya Bu Dian tertarik sama pembahasan kita.
Gue mulai menatap Nayla, berharap Nayla ngerti sama kode gue untuk menutup mulutnya. Jangan sampai berita gue sama Pak Johnny makin ke sebar, gue masih mau nikmatin gaji pertama gue dulu, gue masih mau ngerasain nyamannya kerja di sini, please.
"Tau nih, Ochi segala masang muka lemes, bikin ngakak, Bu," sahut Nayla berbohong diselingi tawa garing yang berbeda dari sebelumnya.
Thanks, Nay, lu emang yang paling bisa gue percaya di sini.
"Kalian mau mie ayam ga? saya lagi pengen banget mie ayam nih, ada rekomen mie ayam yang enak ga?" tanya Bu Dian dan gue mulai mengacungkan tangan gue.
"Ada, Bu! Mie ayam sunter namanya, tapi di deket daerah rumah saya," sahuy gue dan Nayla mulai mendorong gue.
"Ga usah bilang, Chi."
"Eh, tapi rumah gue kan ga jauh-jauh amat dari kantor, Nay."
"Ada di aplikasi ojol ga?" tanya Bu Dian dan gue mulai ingat, kalau gue pernah pesan antar di rumah.
"Iya, ada, Bu!"
"Oke, pesenin ya, kalian juga pilih aja, nanti saya yang bayarin."
"Eh? makasih ya bu," sahut Nayla senang.
"Oke, saya ke sana dulu, ya?"
"Oke, bu," sahut Nayla yang langsung mengambil ponselnya.
Nikmatnya dapet makanan gratisan.
"Lu mau apa?"
"Samain aja, deh."
"Si Yosi mau ikut mesen makan ga ya? biasanya dia pengen nebeng," seru Nayla.
Lah, iya, selain Pak Johnny, Yosi juga jarang keliatan akhir-akhir ini, kenapa ya?
"Bentar, gue chat deh," seru gue yang mulai mengirimi chat ke dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Johnny [SUDAH TERBIT]
General FictionAkhirnya Ochi mendapatkan pekerjaan di Rumah Sakit Mandaya di bagian Tim Marketing. Namun siapa sangka bahwa Bos HRD-nya, Johnny Airlangga ternyata menyukainya. Cara pendekatan Pak Johnny ini terbilang cukup unik. Ia seringkali melakukan hal-hal ran...