"Saya transfer 1 juta ya."
"Apa engga kebanyakan, Dok?"
"Daripada kurang, lebih baik dilebihin aja, kan?"
"Iya juga sih, nanti saya ke ruangan Dokter Jeff lagi kalau udah selesai pesan, sekalian anterin kembaliannya."
"Ga usah, kembaliannya buat kamu aja."
"Jangan gitu, Dok, saya padahal cuma bantu, sekalian saya keluar."
"Padahal cuma sisa sedikit, ga masalah."
"Ih, kok Dokter Jeff, gitu?"
"Haha, terima saja sebagai tanda terima kasih saya."
"Ta-tapi, Dok-"
"Kamu polos juga ya, Ros? padahal cuma sisa seratus atau dua ratus aja dipermasalahkan begini, haha, sana berangkat, nanti kesiangan."
Gue mulai menggelengkan kepala. Berusaha menghentikan khayalan selanjutnya, setelah beberapa ingatan itu terlintas di pikiran gue.
Yailah, katanya cuma seratus dua ratus, padahal segitu juga, gue bisa makan 2 kali di Mall sendirian, dan dia bilang "cuma"! Heran, ga keotakan pikiran orang kaya tuh.
Enak kali ya jadi orang kaya? mau apa-apa, tinggal beli, gesek, transferlah dan lain-lain. Ga kayak gue, harus nabung dulu, harus banyak pertimbangan dulu, duit masih ada atau engga.
Gue cuma bisa berharap, semoga bisa jadi orang kaya dadakan nanti.
Gue mulai masuk ke dalam mobil dan Pak Tobi, seperti biasa sudah standby di bagian kemudi.
"Sekarang kita mau ke mana ini, Neng?"
"Saya udah selesai, Pak, tapi kita nyari toko karangan bunga dulu ya, Dokter Jeff nyuruh saya buat pesen."
"Oalah, oke siap, Neng."
Pak Tobi mulai menyalakan mesin mobilnya dan langsung tancap gas.
"Kalau toko karangan bunga langganan Dokter Jeff, saya udah hapal, Neng, karena saya sering nemenin dia atau asistennya ke sana."
"Oh, gitu ya, Pak?"
"Iya, Neng, yang punya toko karangan bunganya juga sampai hapal, kalau buat pesenan Dokter Jeff itu kayak gimana."
Sesering itu Dokter Jeff beli karangan bunga, ya? Bisa kebayang kolega bisnisnya Dokter Jeff sebanyak apa.
Kami pun sampai di tempat. Gue mulai turun dan memasuki toko tersebut. Wangi semerbak bunga, mulai menyerang penciuman gue.
Gila, gue baru tau, kalau secandu ini wangi bunga ya?
"Selamat datang, Kak," seru penjaga tokonya ramah dan gue berbalik tersenyum ke arahnya.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya mau pesen karangan bunga."
"Boleh, Kak, dari perusahaan apa ya?"
"Dirakasa Grup, RS. Mandaya."
"Oh, pesenan Dokter Jeff, ya Kak?"
"Eh? i-iya."
Dia mulai tersenyum sambil menulis sesuatu di bukunya.
"Oh, iya Kak, silahkan ditulis formatnya di sini, ya."
Gue mulai mengambil buku yang ia tulis tadi, dia masih tersenyum selama gue menulis format yang disuruh oleh Dokter Jeff.
"Kok ... bukan Dokter Jeff atau asistennya yang ganteng itu yang ke sini ya? sayang banget," serunya sambil tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Johnny [SUDAH TERBIT]
Ficção GeralAkhirnya Ochi mendapatkan pekerjaan di Rumah Sakit Mandaya di bagian Tim Marketing. Namun siapa sangka bahwa Bos HRD-nya, Johnny Airlangga ternyata menyukainya. Cara pendekatan Pak Johnny ini terbilang cukup unik. Ia seringkali melakukan hal-hal ran...