Bittersweet Seventeen #2

142 23 2
                                    

Happy reading










"Sebenarnya, aku membenci ibuku. Oh bukan, lebih tepatnya hanya sedikit kesal."

Vanilla mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

"Aku sedikit kesal karena dia melahirkanku di tanggal yang buruk. Baiklah, mungkin aku bisa menerimanya. Tapi kenapa tidak menuliskan tanggal 1 Maret saja di akta kelahiranku. Jika seperti ini aku merasa orang di sekitarku tidak akan mengingat ulang tahunku, atau bahkan aku seperti tidak pernah dianggap lahir ke dunia ini."

Memang benar, Hazel seringkali berpikir seperti itu karena tidak ada yang mengucapkannya selamat ulang tahun. Dan sekarang saat ulang tahun ke-17 nya juga tidak ada yang mengucapkannya.

"Pfft," Vanilla menahan tawanya, tapi setelah itu ia malah tertawa sangat keras. Membuat Hazel mengernyit bingung, apa ada yang lucu?

Tawa Vanilla mereda ketika melihat Hazel seperti melemparkan tatapan tidak suka ke arahnya. "Ah maaf, bukan maksudku menertawakan permasalahanmu. Aku hanya tidak abis pikir dengan pemikiranmu itu."

Hazel tetap terdiam, masih tidak mengerti maksud dari gadis di sampingnya. "Boleh aku bercerita?" Tanya Vanilla sambil menatap Hazel serius.

Mendapat respon anggukan dari Hazel, Vanilla menghela napasnya sebelum mulai bercerita. "Aku piatu, tidak memiliki ibu. Ibuku meninggal ketika melahirkanku, dan aku harus hidup tanpa kasih sayang darinya selama hampir 17 tahun.

"Kamu tau kalau di sekolah aku tidak memiliki teman, sejak kecil pun tidak ada yang mau berteman denganku. Terkadang aku suka iri melihat orang lain bahagia bersama keluarga mereka yang lengkap. Tapi aku bersyukur masih memiliki ayah dan kakak yang kuanggap seperti orang tuaku sendiri." Cerita Vanilla sesekali tersenyum kecil ke arah Hazel.

"Sekarang aku bingung, besok adalah hari ulang tahunku sekaligus hari kematian ibuku. Kadang aku berpikir mungkin jika aku tidak lahir, ibu pasti masih ada di sini, ayah dan kakakku pasti tidak akan menyalahkanku atas kematiannya. Karena memang lebih baik aku tidak pernah lahir, tidak ada yang menginginkanku untuk hidup. Termasuk keluargaku sendiri." Lirih Vanilla dengan suaranya yang perlahan memelan.

"Kamu beruntung, Hazel. Kamu memiliki segalanya. Keluarga yang lengkap, harta yang berlimpah, teman yang mengelilingimu dan hidupmu sangat berbeda dengan hidupku. Kamu bilang karena kamu lahir di tanggal yang salah membuat semua orang seperti tidak menganggapmu. Kamu salah, harusnya kamu bersyukur mereka masih ingin berteman denganmu, tidak sepertiku yang tidak memiliki teman dan seringkali merasa bersalah atas kematian ibuku.

"Aku selalu berusaha menjadi juara kelas sepertimu, mungkin dengan cara itu aku bisa mendapatkan teman. Tapi nyatanya mereka tetap tak mau berteman denganku." Hazel menatap Vanilla iba, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Kamu bilang kamu benci ibumu hanya karena melahirkanmu di tanggal yang salah. Kamu bodoh, bagaimana bisa kamu berpikir begitu? Tidakkah kamu berpikir seberapa besar perjuangan ibumu ketika melahirkanmu? Saat melahirkan, hanya ada empat kemungkinan. Ibu dan anak selamat, hanya ibu yang selamat, hanya anak yang selamat atau dua-duanya tidak selamat. Dan saat itu, ibuku tidak kuat. Ayahku memintanya untuk menggugurkanku, tapi ibu tetap ingin melahirkanku.

"Ayah sangat mencintai ibu, begitupun dengan kakakku. Sejak ibu meninggal, mereka selalu menyalahkanku. Memanggilku si anak pembawa sial dan mengatakan seharusnya aku tidak pernah lahir." Vanilla menunduk, rasa sesak semakin menjalar di dadanya mengingat perlakuan ayah serta kakak yang sering menyiksanya.

Gadis itu segera menghapus jejak air mata di sudut matanya, lalu beralih menatap Hazel dalam. "Hazel, perayaan ulang tahun itu tidak penting. Yang terpenting adalah seberapa dewasa kamu menghadapi masalah, dan berapa banyak kamu membahagiakan orang tersayangmu karena jatah hidupmu di dunia semakin berkurang. Tidak ada kesempatan kedua, aku hanya tidak ingin kamu menyesal dan berakhir sepertiku."

Love Stories || Sumji/VerjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang