Time Machine #2

99 13 0
                                    

"Aku telah berlari tanpa tahu dimana aku berada saat ini.
Waktu berlalu begitu saja.
Aku menyembunyikan rasa takut dalam setiap langkahku."

***

Happy reading







Sulit dipercaya bahwa aku ternyata memang berada di masa lalu. Sudah sekitar 5 hari aku tinggal di Jaman yang sangat berbeda dengan Jamanku berasal. Aku rasa aku terjebak di dalam tubuh seorang gadis yang bernama Yewon, tapi wajah kami sangatlah mirip. Apa mungkin Yewon adalah diriku di kehidupan sebelumnya?

Wanita yang kemarin kutemui pertama kali di sini ternyata bernama Kim Sojung, ia adalah kakak perempuan Yewon. Aku tinggal bersamanya dan suaminya yaitu Kim Seokjin. Keluarga Yewon ternyata tidak terlalu kaya, mereka cukup berada dan hidup sederhana. Mereka menjual makanan dan juga aksesoris, dan sejak berada di sini aku membantu mereka berdagang.

Kak Sojung pernah bilang bahwa sifatku berubah, atau lebih tepatnya sifat Yewon yang saat ini tubuhnya aku pakai. Menurut pendapatku sepertinya Yewon adalah gadis yang pemalu dan juga pendiam, tapi sayangnya ia jarang berinteraksi kepada semua orang. Sedangkan sifatku lumayan ceria dan suka berbicara.

Astaga, sifatnya sangat berbanding terbalik denganku. Pantas saja Kak Sojung bilang bahwa sifat Yewon berubah.

"Yewon, aku dan suamiku akan mengecek beberapa barang pesanan kita di gudang. Tolong kau jaga dagangan kita." Ucap Kak Sojung.

"Baik, kak."

Sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan kehidupan di jaman ini, dan juga terbiasa dengan pakaian hanbok yang melekat di tubuhku setiap hari. Tapi bukan berarti aku tidak ingin pulang, aku sungguh ingin bertemu pintu yang akan mengembalikkanku ke kehidupanku di masa depan.

Aku terdiam menatap sekeliling pasar seraya menunggu pembeli datang. Menurutku kehidupan di sini tidak terlalu buruk, aku harus bisa bertahan hidup. Orang-orang di sini juga sangat ramah dan baik, hanya saja ada kegiatan sehari-hari mereka yang masih terlalu sulit untukku ikuti contohnya menyulam pakaian dengan tangan. Percayalah itu sangat sulit.

Saat aku tengah melamun dan sibuk dengan pikiranku, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang menghampiriku diam-diam. Aku sempat tidak mengetahui keberadaannya, tapi saat ia mengambil beberapa makanan daganganku, aku langsung meraih tangannya.

"Apa yang kau lakukan?"

Anak laki-laki yang terlihat seperti pengemis itu tampak ketakutan, mungkin karena perbuatannya berhasil aku cegah. Ia berusaha melepaskan cekalanku di pergelangan tangannya, namun bukannya melepas aku malah semakin menggenggamnya erat.

"Lepaskan!"

"Jawab dulu pertanyaanku, apa yang kau lakukan? Kau akan mencuri daganganku?" Tanyaku.

Anak laki-laki itu tampak menatap sekitar setelah itu baru menjawab pertanyaanku. "Iya, aku butuh makanan untuk adikku yang sedang kelaparan."

Tiba-tiba wajah marahku berganti dengan ekspresi iba tapi sesaat kemudian aku segera memasang wajah galak dan bertolak pinggang.

"Tapi bukan dengan cara mencuri, kau bisa meminta baik-baik." Omelku seraya menjewer telinganya, hanya pelan tidak terlalu keras.

Love Stories || Sumji/VerjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang