Happy reading
Malam itu di sebuah meja makan terlihat seorang gadis tengah menatap kosong ke arah makanan yang tersedia di depannya. Gadis itu kemudian menolehkan kepalanya ke kursi meja makan di samping kanannya dengan tatapan nanar. Hampa, itulah yang selalu Nila rasakan setiap kali makan malam tanpa sang mama.
"Bi, mama kapan pulang?" Tanya Nila kepada pembantunya yang sedang merapikan meja makan.
"Bi Surti juga kurang tahu, Non. Tadi nyonya cuma bilang ada rapat penting, jadi gak bisa jemput Non Nila." Balas Bi Surti.
Terlihat ekspresi kecewa di wajah cantik Nila, namun gadis itu kembali tersenyum tipis menatap wanita paruh baya di depannya. "Yaudah. Nila ke kamar ya, Bi."
"Iya, Non."
Nila kemudian beranjak dari kursi dan berjalan menaiki anak tangga menuju kamar tidurnya. Jujur, Nila benar-benar kecewa kepada sang mama. Padahal ia sudah berjanji akan menjemputnya dan menemaninya kursus piano malam ini.
"Huhhh," Nila menghela napas kasar seraya menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Bulir air menetes dari sudut matanya saat ia memejamkan mata. Entah kenapa gadis itu sangat kecewa karena sang mama mengingkari janji.
Teng...teng...teng...
Nila sontak membuka mata ketika mendengar suara denting piano dari luar kamarnya. Ia beranjak dari ranjang dan berjalan keluar kamar. Gadis itu tampak terkejut melihat bayangan seseorang tengah duduk di kursi piano yang biasa ia duduki di sudut ruangan.
Nila berjalan mendekat ke arah orang itu berada, sambil sesekali memicingkan mata kareba cahaya lampu di ruangan itu yang temaram. "Mama?" Panggil Nila yang berpikir bahwa orang tersebut adalah mamanya.
Orang itu menghentikan jari-jemarinya yang sedari tadi menekan tuts-tuts piano, lalu ia membalikkan badan menatap ke arah gadis yang tengah menatapnya terkejut.
"Kamu siapa?" Tanya Nila ketika melihat wajah orang itu yang ternyata adalah seorang pria yang terlihat seumuran denganya.
Pria itu diam sejenak sebelum membalas, "kenapa malam ini guru privat pianomu tidak datang?"
Nila menatap bingung pria di depannya, lalu memasang wajah datar. "Aku membatalkan kursus piano malam ini."
"Apa karena Mamamu?"
Nila sontak mengerutkan keningnya, "darimana kamu tahu?"
Pria itu tidak menjawab lalu melanjutkan permainan pianonya, mengabaikan pertanyaan Nila. Nila kemudian duduk di kursi panjang piano, tepat di sebelah pria yang fokus memainkan piano miliknya. Dia ternyata pintar bermain piano juga, batin Nila.
"Kamu siapa?"
"Apa kamu tetangga baruku di komplek ini?"
"Rumahmu di sebelah mana?"
"Bagaimana bisa kamu masuk ke rumahku?"
Pria itu tersenyum kecil, lalu menolehkan kepalanya ke arah Nila dengan tangan yang masih memainkan piano. "Jika aku mengatakannya kau tidak akan percaya."
Nila mengangkat sebelah alisnya, "maksudmu?"
Terjadi keheningan cukup lama. Pria itu masih fokus memainkan lagunya, sedangkan Nila mulai hanyut dalam alunan piano dari pria misterius di sampingnya.
"Jangan sedih, Nila. Kamu tidak pernah sendirian. Jika kamu butuh teman untuk menemanimu bermain piano, aku bersedia." Nila sontak menolehkan kepalanya ke kiri, menatap pria yang kini menatap lurus ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Stories || Sumji/Verji
Short StorySeries pertama dari #LoveSeries [On Going] [Slow update] Hanya berisi short story yang tiba-tiba muncul di pikiranku. Fanfiction : 1. My Summer Rain (Verji) 2. Two World (Sumji) 3. But it's Destiny (Verji) 4. Time Machine (Sumji) 5. Birth-die (Verji...