Part 02 : Started from a friend

2K 287 100
                                    

Menjadi dokter adalah pekerjaan yang mulia. Selain dapat menyembuhkan dan menolong orang yang sakit, Luhan merasa hidupnya tidak sia-sia jika Ia menjadi seorang dokter. Memang butuh banyak proses dan kesulitan di awal sebelum mencapai karir sukses ini. Namun, Luhan sudah menikmatinya sebagai penghibur di kala waktunya sekarang hanya Ia habiskan untuk dirinya sendiri.

Dia bukan lah gadis cengeng. Dia adalah wanita karir yang mandiri. Meski hidupnya kini hanya sendirian, Luhan tetap bersyukur menjalani segala proses kehidupan yang di takdirkan untuknya. Setidaknya, rumah sakit cukup menjadi penghibur hati meski tak jarang Ia akan di buat pusing jika pekerjaannya begitu menumpuk dan menyita waktu istirahatnya.

Menjalani proses operasi bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang di kuras dalam hal ini. Menyelamatkan nyawa seseorang yang berada di ambang kematiaan bukan hanya mempertaruhkan harga dirinya, namun Ia juga akan merasa was-was jika pertolongan yang Ia berikan akan mengalami kegagalan. Jadi sebisa mungkin, Ia meminimalisir semua kemungkinan buruk itu. Dan jika semua proses sudah selesai, betapa leganya hatinya atas kerja kerasnya yang tak sia-sia.

"Oke, operasi untuk nyonya Oh sudah selesai. Segera pindahkan pasien ke ruang rawat agar bisa di jenguk oleh keluarganya."

"Baik, dokter."

Luhan keluar dari ruang operasi dan membuang maskernya. Menyambut wajah tampan Sehun yang sedikit kurang baik karena pria itu banyak berkeringat karena mengkhawatirkan kondisi Ibunya.

"Bagaimana dengan Ibuku?."

"Operasi beliau berjalan lancar, Ibumu berhasil melewati masa kritisnya dan kami akan segera memindahkannya di ruang rawat. Anda bisa langsung mengunjunginya di sana nanti."

Sehun mendesah lega dan tersenyum puas. Spontan, Ia mengenggam kedua tangan Luhan hingga membuat dokter cantik itu sedikit terkejut.

"Terimakasih, dokter. Aku mendengar bahwa reputasimu sangat bagus dalam kedokteran, dan kau berhasil menyelamatkan nyawa Ibuku. Kami berhutang budi padamu."

Luhan hanya tersenyum tipis dan melepaskan tangannya.

"Sama-sama, sudah kewajiban saya sebagai seorang dokter untuk menyelamatkan pasien yang butuh pertolongan. Kalau tidak ada keperluan lain, saya permisi undur diri dulu." Luhan undur diri dengan sopan dan melangkah meninggalkan Sehun di belakangnya.

"Kuharap kita bisa menjadi teman."

Kakinya berhenti saat mendengar pria itu kembali berbicara.

Sehun menghampirinya dan mengulurkan tangannya. Masih dengan senyuman ramah.

"Mungkin kau sudah tahu namaku tetapi aku akan tetap memperkenalkan diri lagi untuk kedua kalinya. Namaku, Oh Sehun. Kurasa umur kita hanya berbeda beberapa tahun. Tapi, tak perlu terlalu formal padaku. Anggap saja kita sebaya. Bagaimana?."

Luhan menatap uluran tangan pria itu, menghela napas dan menerima uluran tangan tersebut. Tidak ada salahnya juga kan berteman dengan laki-laki meski Ia masih di landa trauma akan sebuah ikatan. Tetapi semoga saja dengan Sehun, mereka akan berteman baik.

"Aku, Kim Luhan."

"Baik, Luhan. Senang berkenalan denganmu."

"Ya. Boleh aku undur diri sekarang?." Tanya Luhan lagi. Ia sangat lelah dan butuh rehat sejenak di ruangannya.

"Ah, tentu. Maaf jika menganggumu. Aku akan menjenguk Ibuku." Sehun berujar kikuk dan mempersilahkan Luhan untuk berjalan mendahuluinya.

Sehun menatap punggung mungil Luhan yang menjauh dengan senyuman tipis.

"Kau gadis yang cerdas dan hebat. Bodoh sekali si Kris itu malah mempermainkanmu." Gumam Sehun dan ikut melangkahkan kakinya untuk menuju ke ruang perawatan sang Ibunda.

Wedding ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang