Part 13 : Bad Thing

1.1K 185 193
                                    

"Apa maksudnya ini Ravi?!." Sehun membanting berkas di hadapannya dengan keras hingga kertas-kertas dokumen di atas mejanya berserakkan di atas meja kerjanya.

Sang sekretaris pribadi Direktur, Ravi. Pria itu hanya menundukkan kepala dengan tangan terkepal di sisi tubuhnya. Keringat dingin membasahi pelipisnya dan Ia bisa merasakan bos besar di hadapannya ini tengah memandangnya tajam bak tatapan pembunuh.

"Maafkan saya, Direktur. Tetapi, memang tidak ditemukannya camera CCTV di bar tempat Anda mengunjunginya bersama nona Seohyun kemarin malam. Dan CCTV juga tidak ditemukan di sepanjang lorong tempat kamar Anda menginap." Ravi menjelaskannya bersama dengan suara bergetar.

Brak!

Sehun memukul keras meja kerjanya yang dilapisi kaca tebal itu, bahkan kacanya tampak retak hingga kepalan tangan pria itu lecet dan mengeluarkan darah.

"Keparat! Wanita itu pasti sudah melakukan sesuatu pada CCTV—nya! Tidak mungkin di hotel berbintang itu tidak terpasangnya CCTV!." Sehun menggeram marah. Nafasnya cepat dengan dada yang bergerak naik-turun.

"Tu—tuan..."

"Pergilah. Aku yakin kau tidak berbohong padaku. Seharusnya aku tidak mengiyakan ajakkan wanita itu untuk bertemu di hotel tersebut meski pada awalnya akulah yang lebih dulu mengajaknya untuk berbicara." Sehun memijat kepalanya yang terasa pening, "apa yang harus kulakukan sekarang...aku yakin bahwa tidak mungkin aku mengkhianati Luhan..." sambungnya dengan nada lirih yang sarat akan penyesalan. Dan Ravi hanya bisa diam dengan tatapan iba melihat direkturnya yang biasanya tampak tegas dan berwibawa itu sekarang begitu rapuh serta terpuruk.

"Ravi, jangan sampai Luhan tahu masalah yang menimpaku dan Seohyun..."

"Baik, direktur."

Sehun beranjak dari kursi kebesarannya dan memakai kembali jasnya. "Aku akan ketempat Luhan, tolong handle perusahaan selama aku pergi." Titah Sehun pada Ravi yang hanya bisa mengangguk memberi hormat dan ikut mendesah lelah.

Lagi-lagi, limpahan pekerjaan berat sang bos harus menimpanya hari ini. Apalagi direkturnya itu mempunyai jadwal meeting penting bernilai miliyaran Won dengan kolega bisnisnya siang nanti.

.
.

Sehun memacu mobil mahalnya menuju ke Kimnary Hospital. Hari ini Ia bolos dari pekerjaan dan berniat mengunjungi kekasihnya di rumah sakit tempat wanitanya bekerja.

Sehun memakirkan mobilnya di basemant kemudian keluar dengan wajah sedikit kusut. Tangannya bahkan masih mengeluarkan darah hingga membuat beberapa pasang mata menatapnya heran.

Sehun menanyakan keberadaan sang kekasih pada bagian resepsionist dan mereka mengatakan jika wanitanya masih di ruang operasi. Lelaki itu memutuskan untuk menunggu di ruangan wanitanya dengan menyandarkan punggungnya ke sofa dan mata terpejam.

Tiga puluh menit setelahnya Ia mendengar pintu terbuka dan Sehun membuka matanya.

"Sayang kau disini—Astaga! Ada apa dengan tanganmu?!." Luhan berlari dengan panik menghampiri kekasihnya dan memegang tangan Sehun yang terluka cukup serius.

"Apa yang terjadi, Hun—ah? Mengapa tanganmu luka seperti ini?." Luhan segera mengambil kotak obat dan duduk di samping prianya. Sehun hanya memandangi kekasihnya dengan tatapan kosong. Melihat mimik Luhan yang mencemaskannya, membuatnya merasakan sesak di dada. Ia yakin, Ia tidak menkhianati kekasihnya ini.

"Sehun..." Luhan memanggil lembut pria itu dan sedikit mengernyit bingung. Sehun hanya diam sambil terus memandangnya. Luhan pun memilih menyelesaikan pengobatannya pada luka milik sang kekasih dan memotong lembar perekat perban ketika tugasnya selesai.

Wedding ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang