Part 04 : Connected Feelings

2.3K 272 100
                                    

Jatuh cinta, bukan hal tabu lagi bagi Luhan untuk merasakannya. Ia pernah memiliki rasa euforia bahagia dari perasaan itu, bahkan komplit dengan rasa pahitnya juga.

Apalagi rasa cinta itu membelenggunya terlalu erat hingga ketika Ia di hadapkan pada ketidakadilan pada takdir yang tak seharusnya menjadi miliknya, Ia jatuh terpuruk dalam kehancuran. Syukurnya, Ia bisa bijak dalam menempatkan langkah kaki hidupnya kedepannya.

Tak ada acara patah hati selama bertahun-tahun seperti gadis kemarin sore yang seolah baru kenal cinta monyet ala anak remaja. Luhan punya kehidupan yang berharga daripada terus menangisi mantan kekasihnya yang amat brengsek itu.

Namun dari masa lalu lah Luhan belajar, bahwa menata hati untuk kembali membuka diri pada cinta yang baru Ia perlu berhati-hati. Ia tidak ingin mengulangi bencana yang sama. Jadi, ada baiknya Ia menjaga dan menyadari diri sebelum mengalami kegagalan lagi.

Seperti itulah yang Ia rasakan sekarang. Luhan bukan perempuan naif yang tak mengerti maksud perkataan Sehun kala mereka telah selesai berciuman singkat itu. Pria itu meminta kesempatannya, Luhan paham. Dan Sehun pun mengerti dengan kondisi hatinya mengingat lelaki itu sudah mengetahui seluk-beluk kegagalan cintanya sejak lima bulan lalu.

Untuk sekarang, Luhan ingin semuanya mengalir apa adanya. Ia mungkin belum siap sepenuhnya membuka hati, pertemuannya dengan Sehun terlalu singkat jika ingin bertahap ke tingkat lebih serius dari seorang teman. Jadi sekarang Ia tidak ingin mengambil pusing memikirkan keinginan pria itu.

Biarlah waktu yang menjawab. Jika memang Tuhan mengizinkan, Ia pasti akan jatuh cinta pada Oh Sehun tanpa Ia sadari nantinya. Dan bersyukur bahwa Sehun bukanlah pria yang menuntut jawaban cepat, pria itu membebaskannya dan hanya perlu menunggu.

Semuanya apa adanya seperti yang Ia ungkapkan pada Luhan. Jika Luhan hanya perlu tahu bahwa Sehun mengharapkannya, namun tidak memaksakan kehendaknya. Dan hubungan pertemanan mereka tetap berjalan damai seperti biasanya.

Luhan mensyukuri hal itu. Sekarang, mereka sedang menghabiskan sisa waktu sebelum nanti malam kembali ke Seoul. Sehun mengajaknya untuk pergi berkeliling jalanan Paris untuk berbelanja. Tentu saja Luhan menyetujuinya.

"Bagaimana? Apa ini bagus?." Luhan meminta pendapat Sehun tentang mantel baru yang ingin dibelinya. Selain suka mengoleksi berbagai jenis gaun dan dress, Luhan juga suka mengoleksi berbagai jenis model mantel dan blazer. Ia suka tampil casual namun elegan di saat bersamaan.

"Hm, tampak manis. Bagus untukmu." Nilai Sehun setelah memandangi Luhan secara saksama. Perempuan itu mencobai mantel incarannya yang berwarna cream dengan hiasan bulu-bulu lembut di bagian kerah. "Akan lebih bagus jika di padukan dengan ini." Sehun menyaut sebuah syal berwarna merah muda yang tampak menggemaskan jika dikenakan oleh Luhan.

Dengan telaten, Ia melilitkan syal imut itu di leher Luhan, menyentuh surai cokelat sang gadis dan membelainya dengan lembut. Tak menyadari akibat tindakannya itu membuat Luhan menahan napas dengan jantung berdebar. Ia tersenyum puas menatap hasil akhirnya.

"Baiklah, sekarang kau sudah siap untuk menyambut musim dingin sebentar lagi." Tepuk Sehun di puncak kepala Luhan yang menatapnya dengan mata mengerjap menggemaskan.

"O—oke, akan kuambil syal dan mantel ini." Balasnya kikuk, Ia kemudian berbalik dan memilih sebuah mantel yang cocok untuk Sehun lalu mengenakannya pada pria itu.

"Nah, yang ini cocok untukmu." Ia menepuk dada Sehun pelan setelah memakaikan pria itu sebuah mantel abu-abu yang tampak modis dan berkelas, "dan ini juga." Menyaut syal abu-abu gelap lalu memakaikannya di leher pria itu. Ia menatap puas akan hasilnya yang sempurna. "Sekarang kita siap menyambut musim dingin tiba."

Wedding ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang